"Jason, bisakah kau berkompetisi dengan sportif? Aku memintamu untuk menyalakan listrik mall waktu itu, kenapa masih saja ada gangguan listrik hingga hari ini?" cecar Welson Liu di kantor Jason Cheng.Mendengar protes Welson Liu, tentu saja Jason hanya bisa tertawa. Dia pun menjawab, "Kurasa itu sama sekali bukan karena perbuatanku, tak ada buktinya juga kalau aku yang mengakali aliran listrik mall Grup Liu Dao. Itu hanya sekadar asumsimu saja, Sir!" Joshua pun menimpali dengan kebingungan bercampur kesal di sebelah sofa adiknya, "Seharusnya kau tanyakan ke teknisi PLN, kenapa malah ke Jason? Dia bukan insinyur listrik, dia ini CEO!" Namun, Welson Liu berdecak kesal. "Kau tidak tahu apa-apa, Joshua. Diamlah!" Kemudian dia berkata lagi kepada Jason, "katakan apa syarat darimu agar mallku kembali normal!" "Maaf, aku tak butuh apa pun darimu, Tuan Muda Liu. Aku hanya mengurusi mall Grup Cheng Yi East Star dan nampaknya usahaku sudah cukup berhasil. Lusa aku akan kembali menyerahkan ma
"APA?!" Joshua berteriak seakan tak percaya ketika Arthur Devlinski melaporkan kecelakaan yang menimpa Jason sekeluarga di jembatan tol layang saat berangkat ke Bandara John F. Kennedy tadi pagi."Temani aku ke rumah sakit sekarang, Lucas!" ujar Joshua kepada asisten pribadinya seraya bergegas keluar dari ruangan presdir mall. Jantungnya serasa dipukul kencang, ini kabar buruk yang tak terduga. Joshua diikuti oleh beberapa pengawalnya turun dengan lift. Sebuah mobil sedan telah menunggu di depan pintu lobi utama mall, sopir segera melajukan kendaraan ke rumah sakit. Di dalam mobilnya Joshua menghubungi kepala sekuriti rumah dan mall untuk memeriksa rekaman kamera CCTV di mana mobil yang dipakai Jason dan mengalami kecelakaan itu terparkir sejak kemarin. Tak ada yang nampak kebetulan karena sopir keluarga Cheng yang mengantarkan Jason sekeluarga itu telah melayani selama belasan tahun. Pria paruh baya itu sangat hati-hati bila menyetir mobil, pasti ada yang salah dengan mesin mobilny
"Ohh ... Mister Jason Cheng!" seru Suster Angelina Collins yang baru saja selesai menyuntikkan obat di pembuluh nadi pasien ICU itu.Jason merasakan sakit yang hebat di bagian kepalanya hingga seperti mau pecah saja, pandangannya masih berputar-putar melihat langit-langit putih di ruang perawatannya. Dia bergumam, "Ugh ... tolong, pusing—" Segera saja perawat berusia awal tiga puluh tahun itu berlari memanggil Dokter Russell Octario di ruangan praktiknya. Kemudian dokter asal Mexico itu bergegas masuk ke ruang ICU untuk memeriksa kondisi pasiennya yang tadinya tak sadar."Apa Anda bisa mendengar kata-kata saya, Sir?" tanya Dokter Russell sambil memeriksa fungsi organ vital Jason dengan stetoskop. "Ya, Dok. Kepala saya sakit sekali dan rasanya berputar-putar!" jawab Jason dengan lemas.Dokter Russell berkata, "Segalanya akan baik-baik saja, dengan kembali sadar, itu sudah sangat bagus. Kami tetap monitor kondisi Anda dan berikan perawatan intensif hingga nanti pulih. Tolong jangan ba
"Vonis persidangan Tuan Welson Albertus Liu melawan negara dalam kasus percobaan pembunuhan Tuan Oliver Jason Cheng telah diputuskan yaitu sanksi pidana selama tujuh tahun di Wyoming Correctional Facility, Negara Bagian New York. Demikian putusan dari Hakim Ulysses Malcom!" "TOK TOK TOK!" Palu hakim diketok tiga kali mengakhiri kasus percobaan pembunuhan terhadap Jason Cheng yang merengut nyawa pengemudi mobil.Seisi ruang pengadilan negara bagian New York sontak riuh, pihak keluarga Liu merasakan kesedihan yang mendalam. Sedangkan, keluarga Cheng dan keluarga Xin merasa puas dengan hasil vonis sidang yang baru saja diputuskan oleh hakim.Awak media heboh meliput kasus yang menjadi pusat perhatian publik karena melibatkan dua grup konglomerasi terkaya di China Town. Lampu blitz kamera berkilat-kilat mengabadikan peristiwa tak terlupakan dalam sejarah kelam persaingan bisnis tycoon asal China yang berdarah tersebut.Brenda Yin sambil menggendong Shawn menghentikan rombongan polisi yan
Tahun-tahun hukuman pidana yang dijalani Welson Liu sama sekali tidak menyeramkan, sekalipun kehidupan dalam penjara itu keras dan menuntut kehati-hatian bersikap serta bertindak. Welson tahu kapan dia harus mengalah sekalipun ditindas penjahat yang menjadi penguasa penjara demi keselamatannya sendiri. Tak jarang dia dihajar hingga memar dan berdarah-darah oleh narapidana lain yang tidak menyukainya. Namun, sipir penjara baik dan menolongnya hingga lama kelamaan dia menjadi tahanan senior. Dia lebih dihargai oleh rekan-rekan satu penjara lain di Wyoming tersebut. Di sana Welson Liu belajar menjadi sosok preman sekalipun tadinya dia seorang tuan muda konglomerat."Welson Liu, ada yang membesukmu. Cepatlah keluar!" seru penjaga penjara di depan pintu sel tahanan sambil membuka kunci gembok.Wajah pria bercambang subur itu terhiasi oleh senyum bahagia. Ini adalah akhir pekan, dia sudah hapal bahwa istri dan anaknya pasti mengunjunginya di Wyoming Correctional Facility. Welson melangkah
"Selamat ... selamat, Tuan Winston Cheng. Kebahagiaan ganda tahun yang luar biasa kali ini. Ulang tahun Grung Cheng Yi East Star ke-50 dan pernikahan Joshua. Semoga berlimpah rezeki hingga keturunan berikutnya!" ujar Tuan Charles Yin dari Grup Yin Zhen yang merupakan sobat kental keluarga Cheng."Terima kasih, Tuan Charles Yin. Hadiah yang Anda berikan sungguh bernilai, seharusnya tidak perlu repot-repot!" balas Winston dengan senyuman bangga.Sepasang mempelai pun tiba diawali dengan pertunjukan Liong Sam Sie (Barongsai dan Naga) yang melambangkan doa dengan tujuan mendatangkan keberuntungan. Petasan merah panjang yang digantung di depan teras rumah pun dinyalakan hingga terdengar riuh meletus serta memercikkan bunga-bunga api sehingga menambah meriah suasana keceriaan acara pernikahan Joshua dan Eva."Selamat berbahagia!""Semoga langgeng selamanya!""Istriku, kita telah sah menjadi pasangan suami istri sekarang!" ucap Joshua dengan senyum bahagia terukir di wajah tampannya kepada E
Suara gemericik air dari arah kamar mandi membuat Eva Xin terjaga, dia telah menantikan kedatangan suaminya sejak berjam-jam lalu. Dia tak ingin merajuk di malam pertamanya dan membuat suasana kacau. Maka dia pun melangkah ke cermin meja rias untuk memeriksa penampilannya.Langkah kaki pria itu tak terdengar olehnya dan sepasang lengan kekar berbulu memerangkap tubuh rampingnya yang terbalut selapis kain tipis putih nyaris transparan."Cantik sekali kau, Sayang!" puji suara yang begitu familiar di telinga Eva. Senyum bahagia bersemi di wajah mempelai wanita itu, dia berpikir suaminyalah yang memuji dirinya. "Hubby, aku telah lama menunggumu!" balasnya lalu membalik badannya dan memanjakan pria yang dia sangka suaminya itu dengan kecupan bibir yang memabukkan. Tubuh berlekuknya menempel erat dengan pria yang ada di hadapannya.Pikiran Jason sudah tak lagi fokus karena menerima godaan yang sedemikian dahsyat di panca inderanya. Sekalipun rasanya aneh dipanggil suami oleh wanita penghib
"Ukhh ... kepalaku rasanya seperti mau pecah!" keluh Joshua. Sinar matahari yang terang menyilaukan matanya ketika dia membuka mata pertama kalinya seusai pesta semalam. Kamar pengantin yang dihias dengan indah itu hanya ada dirinya sendirian. Saat kesadaran memasuki benaknya, dia bangun dan mencari mempelai wanitanya yang tak nampak di mana pun. "Eva ... Eva Sayang! Di mana kamu?" panggilnya nyaring sembari memeriksa kamar mandi yang ternyata kosong. Joshua bertolak pinggang dengan setelan jasnya yang kusut. Dia berpikir keras mengenai keberadaan istrinya. Hari memang sudah siang, jam dinding menunjukkan pukul 11.30 waktu New York. Sayup-sayup dia dapat mendengar suara hiruk pikuk lalu lintas di depan hotel bintang 5 yang disewa keluarganya."Apa mungkin Eva sedang menemui sanak saudara kami di restoran hotel? Aku pasti telah membuatnya kecewa karena menungguku semalaman dan malah tumbang karena mabuk berat. Aku harus mandi sekarang!" Joshua pun bergegas melepas pakaiannya dan man