Home / Romansa / Malam Pertama dengan Adik Kembar Suamiku / Terlambat Ke Pesta, Berbuah Petaka

Share

Malam Pertama dengan Adik Kembar Suamiku
Malam Pertama dengan Adik Kembar Suamiku
Author: agneslovely2014

Terlambat Ke Pesta, Berbuah Petaka

"Selamat ... selamat, Tuan Winston Cheng. Kebahagiaan ganda tahun yang luar biasa kali ini. Ulang tahun Grung Cheng Yi East Star ke-50 dan pernikahan Joshua. Semoga berlimpah rezeki hingga keturunan berikutnya!" ujar Tuan Charles Yin dari Grup Yin Zhen yang merupakan sobat kental keluarga Cheng.

"Terima kasih, Tuan Charles Yin. Hadiah yang Anda berikan sungguh bernilai, seharusnya tidak perlu repot-repot!" balas Winston dengan senyuman bangga.

Sepasang mempelai pun tiba diawali dengan pertunjukan Liong Sam Sie (Barongsai dan Naga) yang melambangkan doa dengan tujuan mendatangkan keberuntungan. Petasan merah panjang yang digantung di depan teras rumah pun dinyalakan hingga terdengar riuh meletus serta memercikkan bunga-bunga api sehingga menambah meriah suasana keceriaan acara pernikahan Joshua dan Eva.

"Selamat berbahagia!"

"Semoga langgeng selamanya!"

"Istriku, kita telah sah menjadi pasangan suami istri sekarang!" ucap Joshua dengan senyum bahagia terukir di wajah tampannya kepada Eva Xin.

"Iya, Suamiku. Aku senang sekali!" sahut Eva menggandeng tangan Joshua berkeliling ruangan aula kediaman Cheng untuk bersama-sama menyapa tamu.

Acara resepsi pernikahan selanjutnya diadakan di ballroom hotel bintang 5 di tengah kota New York. Di sana juga telah disewa satu gedung penuh untuk penginapan para tamu kehormatan beserta keluarga masing-masing. Banyak yang berasal dari luar Amerika dan luar kota New York. Kamar pengantin pun disewa di hotel yang sama dan telah dihias dengan sempurna.

Sepanjang hari kedua mempelai beserta keluarga besar Cheng dan Xin menerima tamu dan menjamu tiada henti hingga larut malam tak jua berhenti. Maka ibu Joshua, Nyonya Helena Cheng berbisik ke menantu barunya, "Nak, pergilah dahulu ke kamar pengantin untuk bersiap-siap. Biarkan kami saja yang menjamu tamu. Kurasa hingga pagi pun pesta masih akan terus berlangsung. Jangan kecewakan suamimu di malam pertama kalian!"

"Ohh ... baiklah, Mama Mertua. Eva izin undur diri ke kamar kalau begitu!" jawab mempelai wanita cantik itu lalu dia diantarkan oleh beberapa pelayan wanita ke kamar pengantin yang telah disediakan oleh keluarga Cheng.

Rombongan pelayan yang mengantar Eva Xin menuju ke lantai teratas dengan lift. Mereka membawa sebuah kunci akses kamar cadangan untuk membukakan pintu kamar pengantin. 

"Joel, aku enggan masuk ke pesta!" tukas Jason ketika melintasi lobi hotel bintang 5 di mana pesta meriah Grup Cheng Yi digelar.

"TING." Bunyi penanda lift terdengar seiring pintunya terbuka lebar.

"Sebentar saja, Master Jason. Tidak sopan bila Anda sama sekali tidak menampakkan diri di acara ini. Setelah itu kita bisa menyelinap keluar dari ruang pesta dan pergi beristirahat!" saran Joel Yi dengan bijak yang dengan terpaksa dituruti oleh tuan mudanya.

Sudah nyaris tengah malam dan sebagian besar tamu undangan mulai mabuk minuman keras sajian tuan rumah. Jason melihat ayah dan kakak-kakaknya di sebuah meja lebar dilengkapi sepuluh kursi yang terisi penuh. Dia pun melangkahkan kakinya ke sana dengan berat hati.

"Selamat malam, Papa," ucap Jason lalu menatap kakak kembarnya, Joshua seraya berkata, "Pestanya meriah, di mana kakak iparku yang beruntung itu? Kami belum pernah bertemu sama sekali, jangan sampai dia salah mengenaliku dan berpikir aku suaminya. HA-HA-HA!"

Joshua mendesis kesal, alkohol dalam darahnya semakin membakar emosinya mendengar kata-kata usil adik kembarnya hingga dia memukul meja makan.

"BRAAKK!" 

"Dasar adik sialan kau! Apa maksudmu berkata tak senonoh tentang istriku?! Sekali brengsek tetap saja brengsek, tak pernah berubah sekalipun diberi pelajaran keras!" teriak Joshua naik pitam dengan badan sempoyongan berdiri menunjuk ke arah Jason.

Rahang Jason mengetat mendengar kakak kembarnya mengungkit masalah dahulu dia diasingkan ke Pulau K. Rasanya dia ingin menggampar wajah Joshua dan membuat pria itu babak belur.

"CUKUP!" dentum suara Tuan Besar Cheng melerai keributan yang ditimbulkan kedua putera kembarnya.

"Jason, apa kau tak pernah belajar tentang tata krama? Ini hari bahagia kakakmu, tidak bisakah kau sedikit waras dan memberikan ucapan selamat?!" tegur Tuan Winston Cheng yang diperhatikan oleh seisi ruang pesta.

Sementara Joshua tertawa pelan sambil meminum anggur perayaan dari cawan keramik di tangannya. Dia melirik raut muka kembarannya yang mirip dengan dirinya itu, sekilas ada ekspresi kecewa dan amarah di sana. 'Rasakan itu, Jason!' batinnya riang.

Dengan emosi yang terkemas rapi di bawah wajah dinginnya, Jason menyunggingkan senyum palsu seraya menuruti perkataan ayahnya. "Selamat atas pernikahanmu, Kak!" ucapnya ringan.

"Ohh ... senang mendengarnya, Adikku. Nikmati makanan pesta dan bersulanglah untuk kebahagiaanku!" jawab Joshua ramah yang seolah menambah cuka garam di luka hati kembarannya tersebut.

Seorang pelayan membawakan nampan dengan cawan berisi minuman anggur untuk Jason. Pria itu merasa dirinya dipermalukan, tetapi Jason enggan berbuat onar lagi malam ini. Dia hanya ingin segalanya berlalu bagaikan sebuah mimpi buruk yang sesaat saja melintas.

"Gan bei!" seru Jason sebelum meminum isi cawan hingga habis di hadapan keluarganya dan para tamu.

Joshua menyeringai puas. Sekali lagi adik kembarnya itu harus tunduk di hadapannya. Perseteruan mereka sejak kecil lebih banyak dimenangkan olehnya. 'Pecundang tetaplah pecundang!' batinnya.

"Baiklah, sepertinya aku harus mencari kursi untuk duduk merayakan pesta. Perutku lapar sekali setelah berlayar begitu jauh," pamit Jason beralasan karena nampaknya tak ada satu pun yang duduk di meja bundar itu bersedia memberikan tempat untuknya.

Nyonya Helena Cheng menghampiri puteranya itu lalu menggandengnya ke sebuah meja kosong. Para pelayan bergegas menyajikan masakan baru dengan peralatan makan untuk Jason.

"Mama merindukanmu, Jason Puteraku. Kau sudah begitu besar sekarang!" ujar ibunda Jason sembari merangkul bahu pria muda itu.

Sebersit senyum penuh kerinduan terukir di wajah Jason saat menatap Nyonya Helena. Dia menjawab, "Mama, aku pun rindu. Apa kabar, Ma?"

"Selalu baik, Jason. Maafkan Mama yang takut berlayar untuk mengunjungimu di Pulau K. Doa Mama selalu terpanjat untukmu," tutur Nyonya Helena lembut. Dia mengambilkan makanan ke mangkuk nasi putera bungsunya, "makanlah dahulu, katamu tadi kau lapar!"

Maka Jason pun menurut dan mulai makan dengan lahap. Dia memang lapar. Kemudian dia teringat akan Joel Yi yang bersamanya dan melihat ke arah belakang punggungnya. "Joel, duduklah dan makan bersamaku. Kau pasti juga lapar setelah perjalanan jauh!" ujarnya.

Pelayan menyiapkan semangkuk nasi putih untuk Joel Yi. Kemudian pemuda itu menemani tuan mudanya makan malam yang sangat terlambat karena hari jelang tengah malam.

Sambil makan, Jason mendengarkan semua cerita ibundanya tentang perusahaan keluarga Cheng yang kian maju pesat dipegang oleh Joshua di daratan Amerika. Dia hanya mengangguk, tersenyum, dan berkomentar singkat untuk menyenangkan ibunya. Perusahaan maritim miliknya yang berbasis di Pulau K juga sangat maju, tetapi Jason enggan menyombongkan dirinya dan memilih untuk diam.

Seusai makan dengan kenyang, Jason mengecup pipi Nyonya Helena Cheng lalu berpamitan, "Mama, izinkan aku beristirahat malam ini. Rasanya lelah sekali. Terima kasih untuk makanannya, ini lezat!"

"Baiklah, minta kunci kamar hotel ke resepsionis. Suruh saja Joel turun ke lantai lobi kalau kau lelah!" jawab ibunya lalu melepas kepergian Jason.

Namun, Jason tak ingin terkesan bossy. Dia turun ke lantai lobi bersama Joel Yi untuk meminta kunci kamar mereka berdua.

"Selamat malam, atas nama siapa Anda bermalam?" sapa wanita petugas resepsionis itu dengan ramah.

"Selamat malam, Nona. Atas nama Jason Cheng dan satu kamar untuk asisten pribadiku kalau ada!" jawab Jason sopan.

Kemudian dua buah kunci disodorkan ke Jason. Petugas resepsionis itu berkata, "Untuk Tuan Jason Cheng di kamar nomor 3113 dan asisten Anda bisa bermalam di kamar 1001. Berbeda lantai, kedua kamar itu berada di lantai 31 dan 10. Apa Anda mengerti maksud saya, Tuan Jason?"

"Kurasa saya paham. Terima kasih, Nona!" sahut Jason lalu menyerahkan kunci kamar 1001 ke Joel Yi. 

Kemudian mereka berpisah lantai, Joel turun terlebih dahulu di lantai 10, sementara dia terus naik hingga lantai teratas hotel bintang 5 itu. Jason memijit leher dan lekuk bahunya karena penat. Dia ingin segera beristirahat.

"Selamat malam, Tuan Muda Jason. Silakan, kamar Anda yang ini!" sambut seorang pria pendek beruban yang telah menunggunya di depan pintu sebuah kamar sesuai nomor kunci akses yang dipegangnya 3113.

"Ohh ... baiklah. Sampaikan terima kasihku ke Nyonya Besar, Pak!" ujar Jason lalu dia membuka pintu kamar tersebut dan segera melangkah masuk.

Jason mengerutkan keningnya merasa aneh dengan kamar tempatnya menginap. Terlalu ramai dengan dekorasi kain merah dan bunga-bunga hias. Dia hanya tamu di acara malam ini, pikirnya. Maka dia keluar lagi tanpa menyadari ada sesosok wanita yang tertidur di atas ranjang. 

Pria tua yang tadi menyambutnya masih berada di depan pintu seolah memang menunggunya. Jason bertanya, "Apa aku tidak salah kamar?"

"Sama sekali tidak, Tuan Muda Jason. Ada wanita penghibur yang bisa menemani istirahat Anda malam ini. Semoga Anda berkenan!" jawab pria tua itu sembari tersenyum penuh arti.

"Ohh, aku malah belum melihat wanita itu. Apa dia cantik?" sahut Jason dengan polosnya. 

Dia tak menyangka ibundanya akan menyediakan partner ranjang untuk menyambut dirinya agar betah. Namun, tetap besok pagi dia ingin kembali ke Pulau K. Acara keluarga membuatnya muak sejak dulu dan dia selalu saja kabur dari kerumunan.

"Sangat istimewa, wanita itu sengaja dipersiapkan untuk kedatangan Anda. Selamat beristirahat dengan nyaman, Tuan Muda Jason!" ujar pak tua tersebut sembari membungkukkan punggungnya.

Akhirnya Jason kembali masuk ke kamar yang sama dan melihat wanita yang disebutkan oleh pria tua bertubuh pendek tadi. Dia sedikit terpana saat menatap sosok yang terlelap dengan posisi setengah terbaring di kepala ranjang itu.

"Luar biasa menarik, sesuai seleraku!" pujinya dengan tatapan bergairah. Segala rasa kantuk dan lelahnya mendadak sirna. Namun, dia merasa tubuhnya kotor dari perjalanan jauh. Jason pun memilih untuk mandi terlebih dahulu sebelum menghabiskan malam panjang bersama si cantik.

Comments (10)
goodnovel comment avatar
Yanti Amir
wah gawat kayanya Jason salah masuk kamar deh duh Jason apa kamu gk lihat nomor kamar kamu it yg kamu masuk pasti kamarnya Joshua duh jadi deh degan de
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Syahreza
wah jangan2 salah kamar itu si joshon,bisa makin perang klo beneran si istri Joshua di pake joshon
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
eh.. jangan jangan Jason salah masuk kamar. dikira dia Joshua mungkin...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status