"Selamat pagi, Presdir!" Sambutan hangat serempak yang mengiringi langkah-langkah tegap Joshua terdengar sepanjang lantai pusat perbelanjaan milik Grup Cheng Yi East Star. Dia selalu menggunakan tangga berjalan manual dibanding lift untuk berkeliling melihat kondisi mall secara langsung.Tatapan kagum dan mendamba dari para karyawati mall yang berharap bisa mendapat sedikit perhatian darinya mengiringi kepergian Joshua hingga berakhir di ruangan CEO lantai enam.Sesampai di kantor, Joshua menghenyakkan tubuhnya di kursi nyaman bersandaran tinggi berlapis kulit hitam. Dia melirik tajam ke asisten kepercayaannya, Lucas Wang lalu berkata dengan nada kasar, "Dasar tolol! Apa kerja kalian selama sebulan ini, hah? Bahkan mencari seorang wanita saja tidak bisa!""Maafkan kami, Tuan Muda. Namun, tak ada petunjuk yang bisa didapat saat malam Nyonya Eva Xin lenyap. CCTV hotel kebetulan rusak sehingga tidak merekam kejadian di lorong semua lantai hingga lobi. Saya menduga memang penculikan ini t
"Hai, Nona Cantik. Apa aku boleh berkenalan denganmu?" Joshua berjoget penuh semangat di sisi wanita bule Italia sexy bergaun perak berkilauan di lantai dansa. Tatapan matanya menunjukkan ketertarikan istimewa.Mata bermanik biru cemerlang bak batu safir itu berbinar ketika menatap wajah Joshua. Garis bibir merah sensualnya melengkungkan senyuman elok, dia pun menjawab, "Hey ... aku mengenalmu. Kau terkenal di New York, Sir. Joshua Oleander Cheng, itu namamu bukan? Aku Felicia Rosa!" Gadis itu mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Joshua yang menanggapinya dengan antusias."Ohh ya itu memang namaku ... senang berkenalan denganmu Nona Felicia Rosa. Bolehkah aku mentraktirmu minuman?" balas Joshua menyodorkan lengannya kepada wanita berdarah Italia itu.Dengan luwes Felicia melingkarkan tangannya di lengan pria berdarah Asia yang dikenal super tajir itu. Dia tertawa berderai bersama Joshua sambil berjalan membelah lautan manusia yang berjoget seru di lantai dansa Quee
"Aakkhh ... Sayaaaang!" jerit Eva Xin ketika cairan kenikmatannya meluap saat Jason menghunjamkan batang kejantanannya sambil berdiri di dekat jendela kabin kapal yang terbuka..Kedua tangannya bertumpu di bingkai kayu jendela menahan serangan ganas pria yang sedang berada di puncak gairahnya saat bangun tidur di ujung pagi.Telapak tangan lebar Jason meremas bulatan kembar milik kakak iparnya yang tak mengetahui hubungan mereka yang sebenarnya. Bibirnya berkelana di leher mulus beraroma semerbak bunga segar dan meninggalkan lusinan bekas kepemilikan yang jelas. Dia begitu memuja tubuh molek wanita itu dan sudah kecanduan bercinta dalam tahap yang kronis. Sepanjang pelayaran dari Pulau K sampai mendekati benua Eropa, mereka telah puluhan kali berhubungan badan tanpa mengenal waktu."Eva Cantik, kau suka dengan kejantananku bukan? Katakan kalau kau bosan, maka aku akan berhenti!" goda Jason dengan sengaja. Dia mencabut batang berurat itu dalam posisi masih keras dan tegak sempurna lalu
"Sial! Bagaimana bisa kebetulan sekali kakakku pergi Italia juga?!" desis Jason sembari menatap layar ponselnya sambil duduk berselonjor di bangku berjemur yang ada di tepi kolam renang kapal pesiar mewahnya.Artikel kiriman paparazi di situs pencarian internet itu tak sengaja muncul di layar ponselnya. Tentu saja headline berita gosip mengenai tycoon asal New York Joshua Cheng sontak menarik perhatian Jason. 'JOSHUA CHENG BERTOLAK KE NEGERI PIZZA BERSAMA PUTRI KONGLOMERAT ALBERTO GIOVANI.'Mendadak Jason gelisah, dia tak pernah bermimpi ketika sekitar satu jam lagi Great Oceania merapat ke dermaga, justru kakak kembarnya kemungkinan besar telah sampai di Bandar Udara Internasional Milan Malpensa dengan private jet.Dia tak ingin sebuah kebetulan yang tak direncanakan terjadi. Joshua tak boleh mengetahui keberadaan Eva Xin bersama dengannya. Pria tampan dengan celana renang warna hitam itu berpikir keras sembari menatap kakak iparnya yang cantik dalam bikini merah di kolam renang.'Oh
"Wow, kau bak dewi turun dari khayangan, Eva Darling!" puji Jason usai menemukan kembali kesadarannya. Dia lalu mengulurkan blackcard unlimited miliknya ke Madam Elena Trapatoni. "Terima kasih karena telah mempercantik wanita kesayanganku, Madam!" ucap Jason Cheng dengan gestur penuh penghargaan ke wanita Italia pemilik Salon Kecantikan Herodias in Tuscany itu."Istri Anda sudah dasarnya cantik, kami hanya memolesnya hingga aura mempesona itu makin terpancar. Datanglah kembali di lain waktu, Tuan Muda dan Nyonya Cheng!" balas Madam Elena Trapatoni sembari mengembalikan blackcard milik Jason.Pasangan berparas rupawan itu pun kembali naik ke limousine untuk beristirahat sejenak di Villa Esperanza Del Fabrizio yang terletak di area pegunungan Tuscany. Besok barulah mereka akan berkeliling ke beberapa kota yang menarik di Italia.Mobil limousine yang diikuti oleh sebuah van itu melewati jalan pedesaan Tuscany yang berkelok-kelok naik turun, tetapi beraspal halus. Eva Xin melihat pemandan
"Jossshh ... aahh!" desahan kencang Felicia Rosa di kamar berAC itu membuat partner ranjangnya semakin bersemangat menggempur liang hangatnya yang telah meluap beberapa kali. "Felii, kau sangat nikmat. Aku tak ingin berhenti menyentuhmu!" ucap Joshua Cheng sembari terus mencumbu tubuh molek telanjang di bawah gugusan otot padatnya. Dia benar-benar lupa daratan ketika bersama dengan wanita Italia berdarah panas itu.Sepasang betis ramping itu terangkat ke bahu Joshua dan membuat batang keperkasaannya tertancap semakin dalam. Felicia Rosa sudah terbiasa menjalani one-night-stand dengan berbagai pria di setiap tempat dia melancong berfoya-foya menghamburkan harta kekayaan papanya. Tubuh ramping itu dibalik oleh Joshua hingga berlutut memunggunginya, dia masih ingin menunggangi kuda binal dari Italia yang sama tinggi gairahnya. Peluh mereka bercampur menjadi satu dan membuat kulit licin. Joshua mendekap erat Felicia sembari menghentak kuat dan cepat."Ough ... faster ... faster, Josh. A
Setelah berkendara sejenak dari kota Roma, pasangan itu pun sampai di kota Milan. Hingar bingar musik techno DJ membahana di night club Farfalla Notturna. Lampu disko berpendar warna-warni ke segala arah menambah semarak suasana tempat hiburan malam yang terpopuler di masa itu. Lautan muda-mudi dan juga pasangan dewasa dari berbagai negara tumpah ruah di lantai dansa."Wow, ramai sekali di sini, Hubby!" seru Eva Xin duduk di kursi tinggi meja bartender bersebelahan dengan Jason. "Tempat ini salah satu dari yang terbaik untuk clubbing di Italia menurut rekomendasi traveller. Tentu saja kita harus mengunjunginya, Sayang!" balas Jason mendekatkan bibirnya ke telinga Eva Xin dari pada berteriak-teriak mengalahkan hentakan irama musik yang berisik.Mereka telah melepaskan topeng semenjak keluar dari tempat pesta. Penampilan Eva begitu cantik tak kalah dari perempuan-perempuan bule yang berjoget di night club, Jason sesekali memandangi Eva penuh minat. Dia justru berbeda dengan kakak kemb
"Apa kaca mata hitamku yang baru nampak bagus bila kupakai, Hubby?" Eva Xin berpose centil di hadapan Jason ketika mereka sedang berkencan di sebuah cafe terkenal di alun-alun kota Milan.Jason tertawa renyah memerhatikan Eva yang tak ubahnya bagaikan seorang perempuan muda Italia. Garis wajah wanita itu memang seperti seorang fotomodel, tirus dengan tulang pipi tinggi dan hidung mancung. Rambutnya yang diwarnai cokelat muda keemasan berkilau tertimpa sinar lampu chandelier."Molto bella, signorina!" puji Jason Cheng dengan bahasa Italia yang artinya sangat cantik, Nona.Senyuman secerah mentari yang menghiasi wajah Eva Xin mendadak bak tertutupi awan mendung. Dia melihat sesuatu yang tak sepantasnya tanpa disengaja. Jason tidak segera menyadarinya karena sedang berbicara dengan waitress yang mengirimkan bill makan siang mereka.Di balik kaca mata hitam fashionable yang dikenakannya, Eva melihat pria berwajah mirip bak pinang dibelah dua dengan suaminya memasuki Cafe Vivace Italiano.