"Sial! Bagaimana bisa kebetulan sekali kakakku pergi Italia juga?!" desis Jason sembari menatap layar ponselnya sambil duduk berselonjor di bangku berjemur yang ada di tepi kolam renang kapal pesiar mewahnya.Artikel kiriman paparazi di situs pencarian internet itu tak sengaja muncul di layar ponselnya. Tentu saja headline berita gosip mengenai tycoon asal New York Joshua Cheng sontak menarik perhatian Jason. 'JOSHUA CHENG BERTOLAK KE NEGERI PIZZA BERSAMA PUTRI KONGLOMERAT ALBERTO GIOVANI.'Mendadak Jason gelisah, dia tak pernah bermimpi ketika sekitar satu jam lagi Great Oceania merapat ke dermaga, justru kakak kembarnya kemungkinan besar telah sampai di Bandar Udara Internasional Milan Malpensa dengan private jet.Dia tak ingin sebuah kebetulan yang tak direncanakan terjadi. Joshua tak boleh mengetahui keberadaan Eva Xin bersama dengannya. Pria tampan dengan celana renang warna hitam itu berpikir keras sembari menatap kakak iparnya yang cantik dalam bikini merah di kolam renang.'Oh
"Wow, kau bak dewi turun dari khayangan, Eva Darling!" puji Jason usai menemukan kembali kesadarannya. Dia lalu mengulurkan blackcard unlimited miliknya ke Madam Elena Trapatoni. "Terima kasih karena telah mempercantik wanita kesayanganku, Madam!" ucap Jason Cheng dengan gestur penuh penghargaan ke wanita Italia pemilik Salon Kecantikan Herodias in Tuscany itu."Istri Anda sudah dasarnya cantik, kami hanya memolesnya hingga aura mempesona itu makin terpancar. Datanglah kembali di lain waktu, Tuan Muda dan Nyonya Cheng!" balas Madam Elena Trapatoni sembari mengembalikan blackcard milik Jason.Pasangan berparas rupawan itu pun kembali naik ke limousine untuk beristirahat sejenak di Villa Esperanza Del Fabrizio yang terletak di area pegunungan Tuscany. Besok barulah mereka akan berkeliling ke beberapa kota yang menarik di Italia.Mobil limousine yang diikuti oleh sebuah van itu melewati jalan pedesaan Tuscany yang berkelok-kelok naik turun, tetapi beraspal halus. Eva Xin melihat pemandan
"Jossshh ... aahh!" desahan kencang Felicia Rosa di kamar berAC itu membuat partner ranjangnya semakin bersemangat menggempur liang hangatnya yang telah meluap beberapa kali. "Felii, kau sangat nikmat. Aku tak ingin berhenti menyentuhmu!" ucap Joshua Cheng sembari terus mencumbu tubuh molek telanjang di bawah gugusan otot padatnya. Dia benar-benar lupa daratan ketika bersama dengan wanita Italia berdarah panas itu.Sepasang betis ramping itu terangkat ke bahu Joshua dan membuat batang keperkasaannya tertancap semakin dalam. Felicia Rosa sudah terbiasa menjalani one-night-stand dengan berbagai pria di setiap tempat dia melancong berfoya-foya menghamburkan harta kekayaan papanya. Tubuh ramping itu dibalik oleh Joshua hingga berlutut memunggunginya, dia masih ingin menunggangi kuda binal dari Italia yang sama tinggi gairahnya. Peluh mereka bercampur menjadi satu dan membuat kulit licin. Joshua mendekap erat Felicia sembari menghentak kuat dan cepat."Ough ... faster ... faster, Josh. A
Setelah berkendara sejenak dari kota Roma, pasangan itu pun sampai di kota Milan. Hingar bingar musik techno DJ membahana di night club Farfalla Notturna. Lampu disko berpendar warna-warni ke segala arah menambah semarak suasana tempat hiburan malam yang terpopuler di masa itu. Lautan muda-mudi dan juga pasangan dewasa dari berbagai negara tumpah ruah di lantai dansa."Wow, ramai sekali di sini, Hubby!" seru Eva Xin duduk di kursi tinggi meja bartender bersebelahan dengan Jason. "Tempat ini salah satu dari yang terbaik untuk clubbing di Italia menurut rekomendasi traveller. Tentu saja kita harus mengunjunginya, Sayang!" balas Jason mendekatkan bibirnya ke telinga Eva Xin dari pada berteriak-teriak mengalahkan hentakan irama musik yang berisik.Mereka telah melepaskan topeng semenjak keluar dari tempat pesta. Penampilan Eva begitu cantik tak kalah dari perempuan-perempuan bule yang berjoget di night club, Jason sesekali memandangi Eva penuh minat. Dia justru berbeda dengan kakak kemb
"Apa kaca mata hitamku yang baru nampak bagus bila kupakai, Hubby?" Eva Xin berpose centil di hadapan Jason ketika mereka sedang berkencan di sebuah cafe terkenal di alun-alun kota Milan.Jason tertawa renyah memerhatikan Eva yang tak ubahnya bagaikan seorang perempuan muda Italia. Garis wajah wanita itu memang seperti seorang fotomodel, tirus dengan tulang pipi tinggi dan hidung mancung. Rambutnya yang diwarnai cokelat muda keemasan berkilau tertimpa sinar lampu chandelier."Molto bella, signorina!" puji Jason Cheng dengan bahasa Italia yang artinya sangat cantik, Nona.Senyuman secerah mentari yang menghiasi wajah Eva Xin mendadak bak tertutupi awan mendung. Dia melihat sesuatu yang tak sepantasnya tanpa disengaja. Jason tidak segera menyadarinya karena sedang berbicara dengan waitress yang mengirimkan bill makan siang mereka.Di balik kaca mata hitam fashionable yang dikenakannya, Eva melihat pria berwajah mirip bak pinang dibelah dua dengan suaminya memasuki Cafe Vivace Italiano.
"Tuan Besar Cheng, Anda mendapat kunjungan dari Tuan Besar Xin. Apa beliau diperkenankan masuk ke mari?" Asisten pribadi Tuan Winston Cheng menghadap di ruangan presdir kantor pusat Grup Cheng Yi East Star yang ada di jantung China Town, New York."Biarkan dia masuk, Marlon!" jawab ayah Joshua dan Jason sembari menyelesaikan dokumen yang harus dia tanda tangani pagi ini.Dengan langkah kaki lebar Edmund Xin menghampiri meja kerja besannya dan segera disambut ramah oleh Tuan Winston Cheng. "Selamat datang, Besan! Ada angin apa kok pagi-pagi begini sudah singgah di kantorku?" sapa pria berusia lebih dari setengah abad tersebut seraya berjabat tangan dan bertukar pelukan hangat.Ayah Eva Xin itu sebenarnya enggan menanggapi keramahan tak penting dari besannya. Dia sudah terlampau kesal dengan perkembangan situasi terakhir pernikahan putri kesayangannya bersama Joshua Cheng."Silakan duduk di sofa!" ajak Tuan Winston Cheng lalu dia meminta asistennya, Marlon Chow menyajikan teh hangat unt
"Hai, Darling. Senang mengetahui kau bergabung lagi ke pestaku!" sambut seorang pria bule jangkung berotot dengan cambang tebal kecoklatan di atas yacht mewah berkapasitas ratusan penumpang.Felicia Rosa yang berjalan menghampiri Pierre Luthtensen bersama Joshua Cheng pun memberikan pelukan dan ciuman ke pria berdarah Perancis yang menjadi tuan rumah pesta tak biasa itu."Hai, Pierre. Kau semakin tampan saja! Tentu saja aku tak ingin melewatkan kesempatan menggiurkan darimu. Kita harus bermain bersama nanti ya!" Felicia Rosa mengerling genit kepada teman lamanya asal Paris tersebut."Baiklah, aku akan menantikannya. Bersenang-senanglah dulu sementara menunggu kawan-kawan lainnya!" sahut Pierre sembari menatap ke arah Joshua Cheng lalu mengulurkan tangan kanannya untuk berkenalan, "apa kau pacar barunya Feli?" "Hai, Pierre. Ya, bisa dibilang begitu. Namaku Joshua Cheng dari New York!" jawab Joshua memperkenalkan dirinya seraya menjabat tangan pria gagah itu."Ohh, keren. Persiapkan di
"Hentikan ... sakitt ... aakkh ... tidak!" rintihan disertai kata-kata penolakan dari seorang wanita yang suaranya familiar di telinga Joshua terdengar di geladak kapal pesiar tempat pesta seks digelar semalaman.Joshua mencari-cari sumber suara tersebut dengan mengedarkan pandangannya ke sekeliling geladak yang mulai sepi. Pria dan wanita dalam kondisi telanjang tergeletak di berbagai titik, bisa jadi kelelahan berhubungan seks tebak Joshua karena dia pun nyaris melewati batas kemampuannya di kabin tadi."Sir, aaww ... aku tak sanggup lagi ... lepaskan ... aahh ... aahh ... aakkh!" Suara itu muncul lagi seperti kehabisan tenaga, tetapi dipaksa melayani hasrat lelaki.Akhirnya, Joshua menemukannya di tepi kolam renang. Felicia Rosa sedang disetubuhi paksa oleh seorang pria berkulit gelap yang badannya berukuran lebih dari dua kali lipat wanita itu"FELI! LEPASKAN WANITA ITU, TUAN!" teriak Joshua panik melihat kondisi partnernya ditindih oleh pria yang tak dia kenal.Jermaine Malone me