"Ikat talinya kuat-kuat! Master Jason siap untuk turun ke dermaga," teriak mandor kapal Great Oceania, Adam Huo.
Anak buahnya segera mengerjakan perintah mandor kapal. Mereka juga memasang jembatan kayu dari kapal ke jalan dermaga yang terpisah oleh air.
"Eva, ayo kita naik ke daratan. Kau pasti akan menyukai pemandangan Pulau K. Kuharap kau betah tinggal di sini, Sayangku!" ujar Jason seraya merangkul bahu wanita cantik yang memasang cadar hitam ke wajahnya.
Memang sudah kebiasaan Eva Xin menutupi sebagian wajahnya sejak kecil seperti itu. Jason tidak keberatan karena dia pun merasa kecantikan wanita penghiburnya yang baru itu agak di atas standar. Menikmati privilege untuk berhadapan langsung dengan Eva Xin tanpa cadar sungguh istimewa bagi Jason.
Ketika Eva Xin turun dari kapal, dia terkesima melihat hamparan bangunan atap warna-warni di perbukitan yang langsung menghadap ke pantai dengan permukaan air lautan yang membiru bak saphire tertimpa cahaya. Pohon-pohon bunga Bougenville dan Azalea mendominasi tumbuhan eksotis yang tumbuh di Pulau K. Warna merah tua dan merah muda mendominasi dekorasi alami tersebut.
Pelabuhan yang ada di garis pantai Pulau K padat terisi kapal berbagai jenis yang sandar dan beberapa pula ada yang telah mengangkat sauh untuk kembali berlayar ke lautan lepas.
"Wow, ini seperti sebuah kota pelabuhan yang sangat padat arus pengunjungnya, Hubby!" komentar Eva Xin sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar.
Jason tertawa pelan menanggapi penilaian wanita di sisinya. "Kau benar. Setiap hari ada kira-kira 200 kapal baru yang bersandar di dermaga setelah mengarungi samudera. Sebagian besar adalah kapal milikku. Jangan katakan aku seperti raja perompak, Eva. HA-HA-HA!"
Sedikit merasa aneh karena setahunya Joshua pengusaha hotel, supermarket, serta taksi di China Town, New York. Namun, dia merasa bahwa hal itu mungkin saja karena bisnis keluarga Cheng memang bernilai quadriliuner. Eva Xin merasa sangat beruntung bisa menikahi Joshua Cheng.
Mereka berdua dijemput oleh sopir pribadi Jason yaitu Pak Tua Liem. Mobil sedan Maybach hitam itu segera melaju menuju ke kediaman Jason yang mewah bak istana berdinding putih dengan atap kubah biru cerah. Di belakang mobil itu sekitar lima mobil mengawal pasangan tersebut.
Penduduk di Pulau K banyak yang membungkukkan punggung mereka ketika mobil Jason melewati jalan raya. Mereka tahu benar siapa Oliver Jason Cheng, sang penguasa tak terjamah di Pulau K yang mengendalikan urat nadi bisnis tempat mereka hidup. Namun, Jason sangat low profile serta dingin ketika berhadapan dengan siapa pun, mungkin terkecuali Joel Yi dan kini, Eva Xin.
Sesampainya di kediaman Jason, wanita itu disambut oleh selusin pelayan perempuan muda yang gesit membantunya mengurus segala keperluan.
"Nona, silakan minum teh hangatnya. Kami akan siapkan air mandi untuk Anda!" ujar Flora Wen sembari menyajikan minuman dan kue basah dari beras ketan bertabur kelapa dan gula pasir di meja sofa kamar pribadi Eva Xin.
Segala kemewahan dan perlakuan spesial dari para bawahan Jason membuat Eva Xin langsung merasa betah. Dia menerima situasi bahwa kemungkinan mereka akan lama tinggal di Pulau K tanpa mengetahui kenyataan bahwa kembaran suaminya adalah penguasa di situ. Mereka bukannya sekadar bertamu untuk menjalani bulan madu seminggu atau sebulan saja.
Kamar seluas 60 meter persegi dengan jendela kaca jamak dan pintu kaca menuju ke arah balkon lantai tiga itu bermandikan sinar matahari di siang hari. Cat dindingnya yang berwarna merah muda pastel membuat suasana ruangan terkesan lembut. Angin yang bertiup dari arah Samudera Pasifik membuat tirai tipis putih berkibar-kibar ke dalam ruangan.
Eva Xin meminum teh hangat manis sembari mengagumi penataan ruangan tersebut yang elegan. Semua perabot berwarna putih gading dengan sofa berlapis kain beledru merah maroon. Karpet tebal warna beige berpermukaan lembut menutupi seluruh lantai kamar. Ornamen hiasan berupa lukisan karya maestro, patung-patung nuansa Yunani berukuran kecil dan sedang tersebar di beberapa titik, juga porselen keramik hias.
"Air mandi sudah siap, Nona Eva Xin!" lapor Flora Wen lagi, dia yang dipercaya menjadi kepala pelayan yang khusus melayani Nyonya Muda Cheng.
"Baiklah, aku akan mandi sebentar. Oya, tolong tanyakan ke tuan muda, apakah beliau akan makan siang bersama denganku atau tidak?" ujar Eva Xin lalu dia melenggang masuk ke dalam kamar mandi ditemani dua pelayan perempuan.
Tubuhnya dipijat dan dipakaikan ramuan lulur beraroma harum teh hijau melati. Dia merasa seperti wanita yang disiapkan untuk melayani seorang raja saja. Eva Xin berendam dalam air hangat dengan kelopak bunga-bunga yang wanginya menempel di kulitnya. Kepenatannya pasca berlayar beberapa hari lalu sirna tanpa tersisa.
Usai ritual membersihkan badan, dia dipakaikan gaun tradisional ala timur yang berbahan katun halus warna hijau muda dengan motif hutan bambu. Rambutnya disanggul rapi dengan hiasan mutiara dan emas. Kemudian wajah Eva Xin pun didandani oleh penata rias khusus hingga nampak secantik Dewi Bulan.
"Nona, Anda telah siap. Silakan ke ruang makan di lantai dua. Kehadiran Anda ditunggu oleh tuan muda!" ujar Ibu Xulian, penata rias tadi.
Eva Xin berterima kasih lalu melenggang meninggalkan kamar pribadinya diikuti oleh beberapa pelayan perempuan. Dalam hatinya dia merasa perlakuan istimewa mereka agak berlebihan. Di rumahnya sendiri di kediaman Xin, dia tidak pernah dilayani seperti itu.
Semua orang yang berpapasan dengannya membungkukkan punggung mereka dalam-dalam seolah dia sangat penting. Eva Xin mencoba bersikap biasa saja sekalipun agak jengah. Dia sungguh awam dengan cara hidup keluarga Cheng yang di atas rata-rata orang pada umumnya.
Pintu ruang makan yang jendela kacanya terbuka ke arah laut itu dibukakan oleh para pengawal Jason. Dan pria yang ingin ditemui oleh Eva pun bangkit dari kursi lalu menyambutnya dengan senyuman lebar tersungging di bibirnya. Dia memberi kode ke para bawahannya agar meninggalkan mereka berdua saja.
"Hai, Cantik. Kuharap kau suka dengan semua yang ada di sini. Ayo duduk makan bersamaku!" Jason menarikkan kursi untuk Eva Xin lalu duduk di sampingnya. Dan wanita itu mencopot cadar hitam di bawah matanya setelah duduk berdua saja dengan Jason.
Di atas meja ada begitu banyak masakan oriental yang disajikan. Jason mengambilkan beberapa lauk ke mangkuk nasi Eva Xin. "Makanlah yang banyak agar sehat, Sayangku. Seusai makan siang, aku ingin mengajakmu berjalan santai mengelilingi rumah agar kau tidak tersesat bila berjalan-jalan sendiri di sini," ujar Jason penuh perhatian.
"Terima kasih, Hubby. Aku sangat menghargai semua perlakuan spesial ini!" sahut Eva Xin lalu perlahan dia makan dengan sumpit.
Jason tersenyum ramah lalu menikmati makan siangnya sambil mengobrol santai bersama Eva Xin. Sebelumnya dia tidak pernah memelihara wanita simpanan seperti ini, pikirnya. Namun, untuk Eva dia akan membuat pengecualian.
Panggilan hubby alias suami yang terucap dari mulut wanita cantik itu untuk Jason sungguh membuatnya penasaran, tetapi dia enggan bertanya dan membiarkannya begitu saja. Mereka memang melakukan hubungan layaknya suami istri berulang kali semenjak malam di hotel bintang 5 tempat pesta perayaan pernikahan kakak kembarnya.
Sebuah pikiran iseng melintas dalam benak Jason. 'Tunggu dulu ... jangan sampai wanita ini adalah istri Joshua! Hahh? Apa benar demikian?!' batinnya dengan emosi bercampur aduk memandangi Eva Xin. Dia bertekad akan memastikannya nanti dengan bantuan Joel Yi.
"Rumah peristirahatan ini sangat luas dan indah, Hubby. Apa boleh aku bertanya sampai kapan kita akan tinggal di Pulau K?" ujar Eva Xin sambil melingkarkan tangannya di lengan kekar pria jangkung di sisinya.Jason semakin curiga bahwa wanita itu adalah kakak iparnya. Dia pun bersandiwara, "Apa kamu lebih suka tinggal di New York, Eva? Setelah menjadi istriku seharusnya kau ikut di mana aku menetap bukan?""Hmm ... Joshua, aku merindukan Golden Lantern Restaurant setelah beberapa hari tidak masuk ke dapur untuk memasak. Bagaimana kalau kau mengizinkanku memasak di sini juga kapan-kapan?" jawab Eva Xin seturut kata hatinya tanpa menyadari sedikit pun pria yang sedang berjalan di taman bersamanya itu bukanlah suaminya, Joshua Cheng."Tentu saja boleh, aku akan suruh Joel untuk menyampaikannya ke koki rumah agar mengizinkanmu memakai dapurnya kapan saja. Apa kamu senang, Eva? Namun, sepertinya aku ingin kita menetap di Pulau K untuk kurun waktu yang lama. Bisnis yang kujalankan membutuhka
"Uugh, beri aku air ... haus!" rintih Joshua dengan bulir keringat membasahi tubuhnya dan wajahnya pun memerah karena demam yang dideritanya.Nyonya Helena Cheng menyodorkan segelas air putih ke dekat bibir puteranya. Tatapannya iba melihat Joshua sedemikian menderita pasca kehilangan istri yang baru saja dinikahinya. "Nak, makanlah bubur lalu minum ramuan tabib keluarga kita!" ujar wanita beruban yang masih nampak cantik di usianya kepala lima itu.Joshua menggelengkan kepalanya. "Nanti dulu, Ma. Aku tidak lapar!" tolak pria itu dengan melengos ke samping kiri menghadap dinding kamar tidurnya untuk menghindari tatapan ibundanya yang membuat dirinya lebih terluka."Kalau kamu masih mencintai Eva dan ingin dia kembali, maka kamu harus bangkit, Josh! Jangan membiarkan pikiran negatif merusak kesehatanmu apalagi membahayakan nyawamu. Ribuan karyawan Grup Cheng Yi membutuhkanmu untuk kelangsungan kehidupan mereka. Kamu pemimpin masa depan keluarga Cheng. Mama sangat kuatir melihatmu begin
"Hubby, berapa lama kita akan tiba di Italia?" tanya Eva Xin bergelanyut manja di dada Jason Cheng. Wanita itu benar-benar tak menaruh curiga sedikit pun bahwa pria yang mencumbu dan memanjakannya sejak malam pertama di New York adalah adik kembar suaminya.Dengan tatapan penuh kasih, Jason membelai wajah cantik kakak iparnya yang kini menjadi wanitanya. Dia berbisik di telinga Eva Xin, "Untuk apa bertanya? Di mana pun kita berdua menghabiskan waktu akan sama saja, Eva."Pipi Eva sontak merona, dia mengerti betul apa yang dikatakan pria yang dia pikir adalah suaminya. Mereka terus menerus bermesraan dan berakhir dengan pergumulan panas di ranjang setiap malam hingga pagi bangun tidur pun selalu begitu. Jason hanya tidak menyentuhnya ketika berada di luar kamar dan bekerja. "Kamu yang biasanya workaholic bisa meninggalkan pekerjaanmu yang hectic itu hanya untuk berbulan madu ke Italia denganku. Kenapa tidak kembali ke New York saja? Aku tersanjung dengan perhatianmu, Hubby!" sindir Ev
"Selamat pagi, Presdir!" Sambutan hangat serempak yang mengiringi langkah-langkah tegap Joshua terdengar sepanjang lantai pusat perbelanjaan milik Grup Cheng Yi East Star. Dia selalu menggunakan tangga berjalan manual dibanding lift untuk berkeliling melihat kondisi mall secara langsung.Tatapan kagum dan mendamba dari para karyawati mall yang berharap bisa mendapat sedikit perhatian darinya mengiringi kepergian Joshua hingga berakhir di ruangan CEO lantai enam.Sesampai di kantor, Joshua menghenyakkan tubuhnya di kursi nyaman bersandaran tinggi berlapis kulit hitam. Dia melirik tajam ke asisten kepercayaannya, Lucas Wang lalu berkata dengan nada kasar, "Dasar tolol! Apa kerja kalian selama sebulan ini, hah? Bahkan mencari seorang wanita saja tidak bisa!""Maafkan kami, Tuan Muda. Namun, tak ada petunjuk yang bisa didapat saat malam Nyonya Eva Xin lenyap. CCTV hotel kebetulan rusak sehingga tidak merekam kejadian di lorong semua lantai hingga lobi. Saya menduga memang penculikan ini t
"Hai, Nona Cantik. Apa aku boleh berkenalan denganmu?" Joshua berjoget penuh semangat di sisi wanita bule Italia sexy bergaun perak berkilauan di lantai dansa. Tatapan matanya menunjukkan ketertarikan istimewa.Mata bermanik biru cemerlang bak batu safir itu berbinar ketika menatap wajah Joshua. Garis bibir merah sensualnya melengkungkan senyuman elok, dia pun menjawab, "Hey ... aku mengenalmu. Kau terkenal di New York, Sir. Joshua Oleander Cheng, itu namamu bukan? Aku Felicia Rosa!" Gadis itu mengulurkan tangan kanannya untuk berjabat tangan dengan Joshua yang menanggapinya dengan antusias."Ohh ya itu memang namaku ... senang berkenalan denganmu Nona Felicia Rosa. Bolehkah aku mentraktirmu minuman?" balas Joshua menyodorkan lengannya kepada wanita berdarah Italia itu.Dengan luwes Felicia melingkarkan tangannya di lengan pria berdarah Asia yang dikenal super tajir itu. Dia tertawa berderai bersama Joshua sambil berjalan membelah lautan manusia yang berjoget seru di lantai dansa Quee
"Aakkhh ... Sayaaaang!" jerit Eva Xin ketika cairan kenikmatannya meluap saat Jason menghunjamkan batang kejantanannya sambil berdiri di dekat jendela kabin kapal yang terbuka..Kedua tangannya bertumpu di bingkai kayu jendela menahan serangan ganas pria yang sedang berada di puncak gairahnya saat bangun tidur di ujung pagi.Telapak tangan lebar Jason meremas bulatan kembar milik kakak iparnya yang tak mengetahui hubungan mereka yang sebenarnya. Bibirnya berkelana di leher mulus beraroma semerbak bunga segar dan meninggalkan lusinan bekas kepemilikan yang jelas. Dia begitu memuja tubuh molek wanita itu dan sudah kecanduan bercinta dalam tahap yang kronis. Sepanjang pelayaran dari Pulau K sampai mendekati benua Eropa, mereka telah puluhan kali berhubungan badan tanpa mengenal waktu."Eva Cantik, kau suka dengan kejantananku bukan? Katakan kalau kau bosan, maka aku akan berhenti!" goda Jason dengan sengaja. Dia mencabut batang berurat itu dalam posisi masih keras dan tegak sempurna lalu
"Sial! Bagaimana bisa kebetulan sekali kakakku pergi Italia juga?!" desis Jason sembari menatap layar ponselnya sambil duduk berselonjor di bangku berjemur yang ada di tepi kolam renang kapal pesiar mewahnya.Artikel kiriman paparazi di situs pencarian internet itu tak sengaja muncul di layar ponselnya. Tentu saja headline berita gosip mengenai tycoon asal New York Joshua Cheng sontak menarik perhatian Jason. 'JOSHUA CHENG BERTOLAK KE NEGERI PIZZA BERSAMA PUTRI KONGLOMERAT ALBERTO GIOVANI.'Mendadak Jason gelisah, dia tak pernah bermimpi ketika sekitar satu jam lagi Great Oceania merapat ke dermaga, justru kakak kembarnya kemungkinan besar telah sampai di Bandar Udara Internasional Milan Malpensa dengan private jet.Dia tak ingin sebuah kebetulan yang tak direncanakan terjadi. Joshua tak boleh mengetahui keberadaan Eva Xin bersama dengannya. Pria tampan dengan celana renang warna hitam itu berpikir keras sembari menatap kakak iparnya yang cantik dalam bikini merah di kolam renang.'Oh
"Wow, kau bak dewi turun dari khayangan, Eva Darling!" puji Jason usai menemukan kembali kesadarannya. Dia lalu mengulurkan blackcard unlimited miliknya ke Madam Elena Trapatoni. "Terima kasih karena telah mempercantik wanita kesayanganku, Madam!" ucap Jason Cheng dengan gestur penuh penghargaan ke wanita Italia pemilik Salon Kecantikan Herodias in Tuscany itu."Istri Anda sudah dasarnya cantik, kami hanya memolesnya hingga aura mempesona itu makin terpancar. Datanglah kembali di lain waktu, Tuan Muda dan Nyonya Cheng!" balas Madam Elena Trapatoni sembari mengembalikan blackcard milik Jason.Pasangan berparas rupawan itu pun kembali naik ke limousine untuk beristirahat sejenak di Villa Esperanza Del Fabrizio yang terletak di area pegunungan Tuscany. Besok barulah mereka akan berkeliling ke beberapa kota yang menarik di Italia.Mobil limousine yang diikuti oleh sebuah van itu melewati jalan pedesaan Tuscany yang berkelok-kelok naik turun, tetapi beraspal halus. Eva Xin melihat pemandan