Seorang pria duduk dan menunggu, di hadapannya ada dua gelas minuman. Menatap sekitar, lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku, dan menuangkan ke dalam gelas. Yogi punya rencana busuk. Ingin mendapatkan gadis yang sudah selama tiga minggu ini ia incar. Ya, tiga minggu kalian tidak salah membaca.
Yogi Finanda seorang pemilik perusahaan yang bergerak dibidang kecantikan juga perusahaan ekspedisi. Di usianya yang menjelang tiga puluhan ia akhirnya menemukan seorang wanita yang ingin ia taklukan. Hanya saja Yogi malas menjalani pendekatan terlalu lama. Buang-buang waktu, jadi hari ini ia punya ide untuk membuat Clarissa Atharazka merasakan malam panas bersamanya. Ditengah perasaan gugup, Yogi sudah meneguk banyak alkohol. Kadar toleransinya pada alkohol tinggi sehingga ia merasa tak masalah jika minum lagi dan lagi. Sambil menunggu Clarissa yang tadi tengah ke toilet. Sayangnya, niatnya akan gagal. Karena gadis itu melihat apa yang dilakukan Yogi saat ia akan masuk ke ruangan, ia melihat pria itu tengah menuangkan sesuatu ke gelasnya. Clarissa menunggu di luar ruangan, sambil mengintip dan ia kemudian Yogi tergeletak di sofa karena terlalu mabuk. Gadis berparas cantik itu baru saja akan pergi sebelum akhirnya kembali lagi. Ia mengambil gelas minuman tersebut dengan mengendap. Dan Yogi tengah hilang kesadaran. Setelahnya segera berjalan ke luar ruangan. Bertemu dengan Pras dan ia meletakkan gelas itu di nampan kosong yang dibawa Prasll. "Apa ada yang salah dari minumannya Bu?" tanya Pras karena heran melihat minuman pada gelas yang masih utuh. "Ah, enggak saya mau buru-buru aja. Terima kasih."Clarissa kemudian berjalan meninggalkan tempat itu. Ia sengaja membawa gelas itu ke luar ruangan karena takut akan ada korban yang lain. Dan kemudian bisa ditebak apa yang terjadi. Rei meneguk minuman itu dan membuatnya harus menuntaskan hasratnya yang bahkan belum benar-benar tuntas. Entah berapa banyak obat yang dituangkan Yogi ke dalam minuman itu. Yogi meneguk lagi minuman miliknya langsung dari botol ketika selesai mencium wanita di hadapannya. Bukannya merasa semakin segar, tatapannya malah semakin buram. "Clar, kamu gendutan enggak sih?" tanyanya sambil menggoyangkan kepalanya beberapa kali. Tak ada jawaban, tiba-tiba saja ia mendapat serangan. Keduanya saling menawarkan diri untuk ke hotel terdekat. Sama-sama tak mengetahui kalau mereka salah orang. "Ayo ke hotel," ajak Rei yang sudah sama-sama pusing akibat minum sambil memainkan benda yang lama tak ia temui. Dan dengan susah payah dibantu oleh pelayan di club dan sopir Yogi, keduanya sampai di hotel yang berada di sebelah klub. Kedua masuk ke dalam kamar, dan setelah pintu tertutup. Yogi dan Rei bak pasangan yang kesetanan. Saling peluk, kecup, cium dan lumat sambil saling berusaha melepaskan. Yogi mematikan lampu utama dan menyisakan remang lampu di samping tempat tidur. Rei terdesak ke tembok saat Yogi menciumnya dengan buas. Rasanya benar-benar membuat Yogi menjadi gila. Terlihat sekali kalau wanitanya itu sudah mahir dalam menyenangkan prianya. Lalu setiap pergerakan Rei semakin membabi buta. Hening kamar tadi terganti suara mereka berdua. Rei hilang kesadaran sejenak saat kembali klimaks. Sementara Yogi masih belum tuntas dan masih bergerak sesukanya. Menyenangkan sekali untuk Yogi membayangkan wanita yang ia sukai akan menjadi miliknya sebentar lagi. Keduanya saling peluk, dan pria itu kembali menghisap. Terdiam setelah merasa ada sesuatu menghilangkan dahaganya. Yogi Ingin bertanya karena curiga, tapi ia terlalu lelah dan mengantuk untuk itu. Kini menikmati saja menghisap sambil terlelap layaknya bayi besar yang akan tertidur. **** Pagi hari pria itu terbangun, lalu menatap wajah di hadapannya. Tunggu itu bukan Clarissa, Yogi memejamkan matanya lagi. Kemudian membuka matanya lagi dan memerhatikan sekali lagi wanita yang kini terlelap sampingnya. Yogi syok, ia terkejut kemudian dengan refleks melonjak ke belakang dan terjatuh di lantai dengan tubuh tanpa pakaian. "Tunggu tunggu tunggu. Apa ini?! Semalam sama Clarissa kan?" Pria itu duduk di lantai dalam keadaan bugil sambil memegangi kepalanya yang masih terasa sakit. Yogi masih belum bisa mencerna apa yang terjadi. pria itu kembali memejamkan mata dan mengusap-usap matanya. Siapa tahu setelah melakukan itu, ia bisa melihat Clarissa yang tengah terbaring di ranjang. Setelah membuka matanya lagi Ia hanya melihat seorang wanita gemuk yang tengah terlelap. Yogi berdiri, bergerak ke sana kemari seraya memegangi kepalanya. Kemudian mengambil handuk dan melilitkan ke pinggang. "Shit! Siapa dia?" Pria itu bertanya-tanya kemudian melangkahkan kaki, melihat sekeliling mencari sesuatu sebagai sebuah petunjuk. Ia melihat tas milik Rei kemudian membukanya tanpa izin dan mencari kartu nama wanita itu. "Rei? Ya Tuhan si-siapa dia? Semalam pakai pengaman kan?" Yogi menatap ke arah tubuh yang tak terbungkus apapun. "Wait, wait tempat sampah." Kemudian ia berjalan ke tempat sampah dan menemukan tempat sampah yang kosong. Ia juga berjalan mengitari kasur mencari. Siapa tahu saja dirinya membuang pengaman sembarangan. Dan tentu saja tak ada benda yang dicarinya.Ia sesekali menggeleng dan mendesah menyesali apa yang ia lakukan semalam. Seharusnya ia berhasil berkencan dengan gadis yang ia incar. Malah menghabiskan waktu bersama dengan wanita gemuk yang sama sekali tak ia kenal.Ya, Yogi mengincar Clarissa sejak lama, Gadis itu adalah salah satu anak dari rekan bisnisnya.
Malam tadi mereka berdua bersama dan Yogi tak tahu kalau Clarissa keluar lebih dulu untuk pulang.
Biasanya dia selalu menggunakan pengaman, tapi malam tadi sengaja tak ingin memakainya karena Ia berpikir kalau itu adalah Clarissa.
Siapa tahu kalau sudah tidur bersama, wanita itu tak akan menolaknya lagi.
Tapi, ia justru salah orang!
Belum lagi, punggungnya sakit karena semalam banyak melakukan kegiatan ranjang dengan berbagai posisi."Ck!"
Yogi memilih untuk memunguti, pakaiannya. Lalu berjalan ke kamar mandi untuk sekadar mencuci wajah. Tak lama, pria itu memutuskan untuk mengambil Pena Dan kertas yang terletak di atas bufet. Menuliskan pesan kepada Rei. Untuk bertanggung jawab siapa tahu wanita itu ingin menggugurkan kandungannya. '083333345 itu nomer ponselku. Siapa tau kamu butuh uang untuk mengugurkan kandungan itu nanti. (Jika kamu hamil tentu saja.) Yogi Finanda'"Yogi Finanda?" gumam Reisha Clemira setengah sadar.Janda beranak satu itu semalam menghabiskan waktu bersama dengan seorang pria yang tak dikenal dan hanya ditinggalkan dengan sebuah note? Sayangnya, Rei sontak tersadar kala menatap dinding yang menunjukkan pukul 07.00 pagi!"Ah sial!" paniknya. Wanita itu pun segera bergegas untuk menuju toilet seraya memunguti pakaian yang berserakan. Ponselnya sudah berdering sejak tadi dan itu adalah Strawberi putrinya, panggilannya Jil atau Bebe (Bibi). Anak perempuan itu berusia 6 tahun dan kini berada di kelas 1 sekolah dasar. Malam tadi seharusnya ia pulang setelah bekerja. Tapi malam tadi entah apa yang terjadi dan ia malah berakhir di hotel ini. Setelah membersihkan diri dan memakai pakaian ia segera beranjak pergi dari hotel Menatap layar ponsel. Banyak sekali panggilan dari ponsel milik Sinta temannya yang memang diminta untuk menjaga Bebe. Dan kini ponsel itu berdering lagi segera ia terima. "Ya Bebe?" "Mami di mana? Hari ini a
"Gue nggak tahu dia siapa, tapi namanya Rei. Kayaknya dia salah satu pekerja di klub. Soalnya, di bajunya dia ada pin yang dipakai sama karyawan club itu." "Tapi kalian main aman kan?" Jimmy bertanya, karena takut sepupunya melakukan kebodohan tanpa menggunakan pengaman dalam berhubungan. Sayangnya jawaban Yogi membuat Jimmy lagi-lagi terbelalak. Sepupunya itu malah menggelengkan kepalanya. Tentu saja jawabannya berarti, bahwa semalam Yogi berhubungan tanpa pengaman dan jelas itu beresiko tinggi. Kepala jadi rasanya benar-benar sakit akibat kelakuan Yogi. "Kok bisa-bisanya lo nggak pakai pengaman?""Gue mabuk berat. Dan kayaknya cewek itu juga. Soalnya waktu kita berhubungan, Dia sama sekali nggak nyebut nama gue, tapi nama cowok lain. Pak siapa gitu." Yogi mencoba menyatukan semua kepingan ingatannya. hanya saja ia telah mengingat nama yang disebutkan oleh Rei semalam."Berarti kemungkinan itu pacar atau suaminya? Cantik?" Jimmy bertanya sambil mendekatkan tubuhnya kepada Yogi, la
Sementara itu di lokasi lain, kini Yogi tengah sibuk memerhatikan pemotretan salah satu model pilihannya untuk produk lipstik terbaru dari perusahaan miliknya. Pria itu cukup perfeksionis dalam segala hal, bahkan hingga pemilihan model pun ikut turun tangan. Dan selalu disaat pemotretan Ia juga hadir untuk memerhatikan dan memberikan masukan.Model berdiri dengan cantik menggunakan baju berwarna merah, memegang produk lipstik terbaru mereka seri bold. Hanya saja Yogi merasa ada sesuatu yang kurang."Cut!" Pria itu berteriak membuat semua yang ada di sana menghentikan kegiatan. Deff, sang fotografer menatap dengan heran. Kenapa tiba-tiba saja sang atasan meminta kegiatan mereka dihentikan."Lipstiknya terlalu gelap, kenapa kalian pakai warna Mahogany 420d09? Ganti! Bran Red!" Yogi memerintahkan. Tentu saja mendengar teguran dari sangat Hasan membuat penata rias segera mengganti lipstik sesuai dengan permintaan. Dari kejauhan Yogi memerhatikan kemudian pria itu berteriak sekali lagi.
Sebelumnya....Rei sedang berada di ruang kerjanya.Hari ini Sinta sudah kembali ke kampung dan ia mau tau mau akan membawa Bebe ke kantor. Rasanya gelisah sekali sejak tadi karena jam makan siang nanti ia harus menjemput putri semata wayangnya itu. Menjelang pukul dua belas, ia melangkahkan kakinya ke dapur. Tadi memang sudah mengatakan akan meminta tolong Pras yang memang sudah datang siang tadi. Karena hari ini tak ada pekerjaan lain, Pras memang sengaja datang lebih pagi dan sibuk dengan pekerjaan dapur, membantu koki menyiapkan bahan makanan. "Pras," panggil Rei pada Pras yang kini tengah sibuk duduk di sudut dapur seraya memainkan ponsel miliknya. "iya Mbak?" Pras segera berdiri dan berjalan mendekati Rei. "Tolongin aku jemput Bebe ya?" pinta Rei seraya menyerahkan kunci motor miliknya, dan sebuah paper bag berisi jaket milik Strawberry. "Sama ini jaketnya, minta dia pakai jaket dulu ya." Bebe sejak kecil sering terkena sakit flu dan juga memiliki riwayat atsma. Hal itu y
Mobil Tedi kini berhenti tepat di depan rumah Rei. Pria itu menoleh ke belakang dan mendapati Strawberry yang tengah tertidur. "Bebe tidur Rei." "Dari dulu emang Bebe cepat capek Pak. Karena dia juga dari riwayat asma. Dari kecil Emang sering sakit, makanya tadi saya larang untuk kita makan malam di luar. Bukan nggak mau, saya cuman mikirin dia aja Pak." Rei menjelaskan. Tedi menatap wanita yang ia sukai yang kini tengah memerhatikan putrinya dengan tatapan penuh kasih sayang. Hanya dengan memerhatikan seperti ini saja, membuat kedua sudut bibirnya tertarik ke atas."Biar saya gendong bawa masuk ke dalam.""Ngerepotin bapak nanti, biar saya aja pak.""No, no enggak repot kok." Tedi segera berjalan ke luar dari mobil. Pria itu kemudian beranjak ke kursi belakang, untuk menggendong Strawberry.Sementara kini Rei berjalan cepat untuk menuju pintu dan membukakan untuk Tedi. Dari kejauhan ada Yogi yang menatap keduanya. Dari tadi ia mengikuti mobil Tedi, hanya saja keduanya tak menyadar
Mobil Tedi kini berhenti tepat di depan rumah Rei. Pria itu menoleh ke belakang dan mendapati Strawberry yang tengah tertidur. "Bebe tidur Rei." "Dari dulu emang Bebe cepat capek Pak. Karena dia juga dari riwayat asma. Dari kecil Emang sering sakit, makanya tadi saya larang untuk kita makan malam di luar. Bukan nggak mau, saya cuman mikirin dia aja Pak." Rei menjelaskan. Tedi menatap wanita yang ia sukai yang kini tengah memerhatikan putrinya dengan tatapan penuh kasih sayang. Hanya dengan memerhatikan seperti ini saja, membuat kedua sudut bibirnya tertarik ke atas."Biar saya gendong bawa masuk ke dalam.""Ngerepotin bapak nanti, biar saya aja pak.""No, no enggak repot kok." Tedi segera berjalan ke luar dari mobil. Pria itu kemudian beranjak ke kursi belakang, untuk menggendong Strawberry.Sementara kini Rei berjalan cepat untuk menuju pintu dan membukakan untuk Tedi. Dari kejauhan ada Yogi yang menatap keduanya. Dari tadi ia mengikuti mobil Tedi, hanya saja keduanya tak menyadar
Rei berjalan keluar setelah berhasil memadamkan api. Di sana ia melihat putrinya tengah menyantap makanan yang tadi dibeli oleh Yogi. Wanita itu berjalan mendekati mobil, Yogi kemudian keluar dari dalam mobil berjalan menghampiri Rei, ia merasa cemas. "Udah? Semua Oke? Butuh panggil tukang atau apa gitu?" Pria itu bertanya sebagai bentuk kekhawatiran yang ia rasakan sejak tadi."Oke kok pak. Cuma korban panci aja yang gosong, tapi selain itu semua Oke kok. Makasih karena udah mau bantuin jagain Bebe." Rei ucapkan itu. Jujur saja Yogi masih tak percaya pada dirinya sendiri. Tadi dia berjalan ke rumah Rei untuk membuktikan perasaannya sendiri. Tak ada niat untuk mendekatkan diri atau bertingkah seolah ingin PDKT seperti ini. Tapi kini ia malah bersikap seolah benar-benar menyukai Rei. Sementara nalarnya masih tak bisa menerima Kalau ia jatuh cinta pada wanita gemuk seperti sosok yang berdiri di hadapannya kini. Yogi dalam dilema karena merasa benar-benar ada yang salah dalam otaknya.
Rei berjalan keluar setelah berhasil memadamkan api. Di sana ia melihat putrinya tengah menyantap makanan yang tadi dibeli oleh Yogi. Wanita itu berjalan mendekati mobil, Yogi kemudian keluar dari dalam mobil berjalan menghampiri Rei, ia merasa cemas. "Udah? Semua Oke? Butuh panggil tukang atau apa gitu?" Pria itu bertanya sebagai bentuk kekhawatiran yang ia rasakan sejak tadi."Oke kok pak. Cuma korban panci aja yang gosong, tapi selain itu semua Oke kok. Makasih karena udah mau bantuin jagain Bebe." Rei ucapkan itu. Jujur saja Yogi masih tak percaya pada dirinya sendiri. Tadi dia berjalan ke rumah Rei untuk membuktikan perasaannya sendiri. Tak ada niat untuk mendekatkan diri atau bertingkah seolah ingin PDKT seperti ini. Tapi kini ia malah bersikap seolah benar-benar menyukai Rei. Sementara nalarnya masih tak bisa menerima Kalau ia jatuh cinta pada wanita gemuk seperti sosok yang berdiri di hadapannya kini. Yogi dalam dilema karena merasa benar-benar ada yang salah dalam otaknya.
"Mami di sini!" Bebe segera berteriak ketika dia melihat Yogi yang tengah terduduk di sebuah kursi taman tak jauh dari rumah hantu. Yogi memiliki asma dan tiba-tiba saja kambuh setelah ia keluar dari rumah hantu tadi. Rasanya seperti kekurangan oksigen, ia memutuskan untuk duduk di kursi. Sementara memilih tak peduli saat Rei dan juga yang lain melangkahkan kakinya untuk menuju ke wahana lain. "Papi nggak apa-apa? Papi kenapa?" Bebe bertanya karena ia merasa cemas dengan Yogi. Anak itu duduk di samping Yogi, kemudian menepuk-nepuk punggung Yogi yang terduduk lemas. Yogi tersenyum, dia senang sekali mendapat perhatian seperti itu dari strawberry. "Papi nggak apa-apa sayang, cuman Papi ada asma dan tadi kambuh habis keluar dari ruangan itu."Saat itu Rei dan juga Tedi berlari menghampiri. Mereka juga cemas dengan keadaan Yogi. "Kamu nggak apa-apa kan pak?" Rei bertanya pada Yogi. Wanita itu kemudian duduk di samping Yogi, dia menyentuhkan k pria itu, dan juga membuka kancing kemeja
Bebe senang sekali hari ini. Dia bisa melihat banyak hewan di sana. Gadis kecil itu begitu excited, terus berbicara dan juga tertawa. Ini adalah pertama kalinya dia bisa melihat hewan secara langsung. Rei tidak menyesal sudah membawa gadis kecilnya ke sana. Sejak menelusuri Taman safari tadi, Putri kecilnya banyak sekali bertanya ini dan itu. Setelah berada di ujung perjalanan, mereka segera turun. Perjalanan masih akan berlanjut, masih banyak hewan yang akan mereka lihat seperti gajah dan juga bisa berfoto bersama hewan lainnya. Bebe berada dalam gendongan Yogi, anak itu berkata kelelahan Setelah dia sibuk bermain dengan kelinci. Padahal wajah Bebe sudah memerah karena cuaca yang cerah. Tapi dia masih begitu bersemangat. Apalagi saat tadi lumba-lumba. "Mami im happy. Tadi lihat lumba-lumba. Ternyata besar sekali ya mami?" tanya anak itu. Ia meminta turun dan berjalan bersama Rei."Iya sayang."Rei berjalan di belakang bersama dengan Tedi. Wanita itu juga merasa senang karena akhir
Yogi menatap dengan tatapan iri dan dengki ke arah Rei dan Tedi. Jelas ada percik-percik api cemburu yang ia rasakan. Saat ini ia bisa memastikan kalau apa yang ia rasakan adalah cinta. Berawal dari cinta satu malam, kemudian berakhir dengan hatinya yang berdebar dan inginkan Rei. Jangan lupakan, semua itu berbekal juga akibat ASI yang ia rasakan di malam panas itu. "Mau jalan- jalan." Tedi menjawab, kemudian berjalan menuju mobil miliknya sambil menggendong Strawberry. Saat digendong anak itu melambaikan tangannya ke arah Yogi. Dan Yogi juga melakukan hal yang sama dia lambaikan tangan kepada Strawberry. Rei mengikuti langkah Tedi, tapi dia berhenti tepat di depan Yogi. "Kita mau jalan-jalan ke seaworld Pak.""Mas, please." Yogi menekankan, ia tak mau kalah dengan Tedi, yang bisa dengan luwes Rei panggil dengan sebutan Mas."Iya Mas," sahut Rei mengikuti keinginan Yogi. Tedi mendudukkan Bebe di kursi belakang, dia juga memakaikan sabuk pengaman. Setelahnya berjalan keluar, dan ber
"Lagi pada ngomongin apa sih serius banget?" Rei datang dari arah dapur, sambil membawakan nasi goreng untuk Tedi. Wanita itu kemudian segera memberikan piring berisi nasi goreng kepada Tedi."Terima kasih," ucap Tedi."Sama-sama Mas. Enggak tau sesuai sama selera kamu atau enggak." Rei kembali duduk di tempatnya tadi. dia kini mulai menyantap kembali nasi goreng miliknya.Tedi menyantap nasi goreng di tangannya. "Tadi aku cerita sama kamu kalau mau ke taman Safari. Terus, aku tanya di sana ada lumba-lumba atau enggak. kata Om Tedi, lumba-lumba itu ada di seaworld. Mami, Kalau Mami gajian boleh kita kasih word aja? Bebe nggak usah ke taman Safari." Bebe kembali bertanya kepada sang ibu. Ia berubah pikiran setelah melihat foto-foto yang tadi ditunjukkan oleh Tedi."Gimana kalau kita ke seaworld hari ini?" tanya Tedi tiba-tiba.Rei dan Bebe menatap ke arah pria itu bersamaan. Bebe pasti senang mendengar apa yang dikatakan oleh pria yang duduk di sampingnya. Namun Rei merasa kalau itu ti
Apa yang dilakukan oleh Clarissa, membuat Deff jadi tak bisa berhenti memikirkan tentang Bebe. Bayangan anak itu terus berputar yang di dalam pikirannya. Ia juga terus menatap foto Strawberry sejak kembali ke rumah.Tidak bisa dielak lagi, kalau gadis kecil itu adalah putrinya. Wajah mereka berdua benar-benar mirip, Ia bahkan sengaja menyandingkan foto kecilnya dengan Bebe. Ada perasaan bersalah karena ia tak bisa melihat putrinya sampai saat ini berada di sekolah dasar. Untuk menghilangkan kegalauan— ia memutuskan untuk menghubungi Kanaya, kekasihnya. Tak lama, sampai panggilan diterima oleh Kanaya."Ya sayang?" Sapaan terdengar dari balik telepon. Suara Kanaya masih sangat serak, sepertinya dia terbangun karena panggilan telepon dari Deff."Kamu masih tidur ya?""Hmm, aku kemarin habis ada fashion show. Terus hari ini niatnya siang aku ada kerjaan. Kayaknya aku nggak bisa datang ke Jakarta minggu depan deh.""Kenapa?" tanya Deff. Jujur saja merasa kecewa, tapi dia bisa apa? Kanaya
Sebuah rumah besar berdiri di salah satu sudut kota Jogjakarta. Seorang pria dan wanita paruh baya tengah duduk di teras belakang. Mereka menatap ke arah berbungaan yang mekar begitu indah di halaman rumah yang mereka tata sendiri."Besok aku mau beli bunga mawar kuning ah Pap. Kayaknya bagus deh kalau ditaruh di sudut sana." Wanita berusia 40 tahunan, dengan tatatpan sayu dan wajah yang lembut itu bernama Ratih, dia menunjuk ke salah satu sudut di taman yang masih kosong."Kamu beli aja, besok aku anterin kalau kamu mau." Dan yang menjawab ini adalah Bramantyo. Suami dari Ratih, pria berusia 50 tahun itu berbicara tanpa menatap ke arah sang istri. Dia sedang membaca artikel bisnis dari tab yang berada di genggamannya.Saat itu, seorang pria bertubuh tegap dengan lesung pipi berjalan masuk menghampiri. Dia adalah Juniar, kakak dari Rei. Pria itu duduk di hadapan kedua orang tuanya Ia lalu meletakkan sebuah amplop berisi foto-foto di atas meja. Jun baru saja tiba dari Jakarta untuk me
Om Yogi!Om Yogi!Om Yogi!Ya ampun suara siapa sih ini? pagi-pagi gini teriak-teriak? Kayak suaranya Rama sama Ryan. Yogi membatin dalam hatinya. Ini masih terlalu pagi untuk dia membuka mata dan bangun. Sementara suara bising di kamar itu mengganggu tidurnya malam ini. Tiba-tiba saja dia membuka mata, ketika merasakan sebuah cubitan di pipinya. "Rama?!" Pria itu tersentak kaget ketika menatap anak berusia 7 tahun itu yang kini tepat berada di hadapannya. "Ada aku juga Om." Kini ada lagi yang lebih kecil, dan itu adalah Rian. Mereka berdua adalah anak dari Yuna, kakak kedua dari Yogi. Masih ada yang lainnya berusia 4 tahun, namanya adalah Raka. Tentu saja hal ini membuat dia terkejut Kenapa tiba-tiba saja kedua keponakannya itu berada di dalam kamarnya?"Kok kalian ada di sini sih?""Iya, kita ke sini sama nenek, sama bunda, sama tante Yura, sama adek Yemi." Itu adalah Rian yang kini duduk di dalam pangkuan Yogi. Dan yang dimaksud dengan Yemi itu adalah anak dari Yura. "Ngapain
Deff kini tengah bersama Clarissa, seperti biasa keduanya tengah ngobrol mengenai pekerjaan. Clarissa juga tengah dilanda kebimbangan. Itu semua karena sang ayah memintanya untuk segera mengurus perusahaan. Perusahaan ayah Clarissa bergerak di bidang konstruksi. Dan ia sama sekali tak tertarik."Gue juga bingung banget, papi minta supaya gue cepat-cepet urus perusahaan." Clarissa bercerita kemudian meneguk mojito yang ia pesan tadi."Lagian Gue rasa lo nggak usah nolak. Karena mau apapun bidang bisnisnya, sebagai kepala perusahaan gue rasa tugasnya akan sama aja. Yang jalib kerjasama, ngecek dokumen, hal-hal kayak gitu, kecuali lo ke terjun langsung di lapangan." Deff coba mengungkapkan pendapat kepada sahabatnya."Iya, gue cuman ngerasa belum siap aja sama itu semua. BTW, gimana kerjaan lo di tempatnya Pak Yogi?"Deff mengunyah kentang goreng, sebelum ia menjawab pertanyaan Clarissa mengenai pekerjaannya. "Biasa aja sih. Nggak ada yang spesial. Ya biasa, kalau ada yang salah pasti h
Sepeninggalan Rei dan Bebe kini hanya ada Yogi dan Tedi. Seketika hening tak ada pembicaraan dari kedua pria itu. Mereka hanya saling diam, Yogi sibuk menatap layar pada ponselnya; sementara itu Tedi menunggu sambil sibuk menggerakkan kakinya, canggung. Tedi merasa ada yang harus dibicarakan dengan Yogi. Setidaknya mereka berdua harus mengobrol. "Saya dengar Pak Yogi lagi ada kerjasama baru sama salah satu perusahaan ponsel merk Korea" "Ah, itu perusahaan papi saya. Kebetulan sekarang yang megang bukan saya lagi tapi, kakak perempuan saya." Jawaban Yogi memutus pertanyaan dari Tedi. Kini hening lagi, karena tak ada pertanyaan lain yang terlontar dari bibir pria pucat itu. Masalahnya, Yogi memang tak suka terlalu banyak berbasa-basi. Memang sih dia mengenal Tedi, tapi hanya sebatas itu saja. Tidak ada kerjasama di antara keduanya. Meskipun sering bertemu di beberapa kesempatan. Apalagi kini sudah jelas kalau pria di samping itu sebagai lawannya untuk mendapatkan hati Rei. Itu yan