Bebe tidur di belakang mobil. Tadi menghabiskan waktu cukup lama bersama sang ayah di apartemen Yogi. Kini dia dalam perjalanan pulang bersama Yogi dan Rei.Rei hanya tadi banyak diam. Jujur saja, memang ia membayangkan suatu saat akan memperkenalkan mantan suaminya kepada putri kecilnya. Jujur, rasanya senang karena bisa menuntaskan niatnya itu. Tapi ia takut dengan reaksi putrinya keesokan hari, atau hari-hari setelahnya.Yogi menangkap kegelisahan itu, kemudian menggenggam tangan Rei. "Kamu kenapa? Kenapa dari tadi bengong aja?""Aku senang melihat anak aku bisa ketemu sama ayah kandungnya. Tapi di sisi lain, aku juga mikir Gimana reaksi dia besok, atau lusa, atau besoknya lagi.""Jangan terlalu mikirin hal yang belum terjadi. kita jalanin aja semuanya. Ya?"Rei menoleh pada Yogi, jujur ia sangat berterima kasih dengan apa yang telah Yogi lakukan. Pria itu banyak sekali memberikan bantuan dalam hidupnya. "Aku makasih banyak sama kamu Mas.""Ssst, Kamu jangan ngomong kayak gitu. Ple
Seperti biasa, Rei mengantarkan kliennya untuk melakukan pertemuan di club. Meski dia bekerja sebagai akuntan di Sun club, Rei juga bertugas sebagai guide dari beberapa perusahaan besar. Biasanya namanya digunakan untuk memesan ruangan. Untuk pertemuan-pertemuan yang bersifat pribadi dan tidak ingin dicatat dalam keuangan perusahaan. Malam ini, tugasnya sudah selesai.Jadi, wanita itu pun merapikan tas untuk bersiap untuk pulang. Namun.... "Bisa temenin Pak Tedi dulu?" Seorang temannya sampaiberjalan menghampiri meminta tolong. "Emang kenapa Pak Tedi minta ditemenin?" tanya Rei bingung karena tadi sewaktu ia tinggal tadi, pria itu terlihat baik-baik saja "Tadi pas gue ke sana ngantar minuman, temennya belum datang, dan dia gabut sendirian. Jadi dia minta gue manggil temen buat nemenin dia. Kebetulan lo kan udah mau pulang." Aura berkata, ia kemudian menepuk bahu Rei saya menata penuh harap kepada temannya itu. "Ruangan nomor 373 kan ya tadi?" Rei bertanya pada aura.
Seorang pria duduk dan menunggu, di hadapannya ada dua gelas minuman. Menatap sekitar, lalu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam saku, dan menuangkan ke dalam gelas. Yogi punya rencana busuk. Ingin mendapatkan gadis yang sudah selama tiga minggu ini ia incar. Ya, tiga minggu kalian tidak salah membaca. Yogi Finanda seorang pemilik perusahaan yang bergerak dibidang kecantikan juga perusahaan ekspedisi. Di usianya yang menjelang tiga puluhan ia akhirnya menemukan seorang wanita yang ingin ia taklukan. Hanya saja Yogi malas menjalani pendekatan terlalu lama. Buang-buang waktu, jadi hari ini ia punya ide untuk membuat Clarissa Atharazka merasakan malam panas bersamanya. Ditengah perasaan gugup, Yogi sudah meneguk banyak alkohol. Kadar toleransinya pada alkohol tinggi sehingga ia merasa tak masalah jika minum lagi dan lagi. Sambil menunggu Clarissa yang tadi tengah ke toilet. Sayangnya, niatnya akan gagal. Karena gadis itu melihat apa yang dilakukan Yogi saat ia akan masuk ke ruangan,
"Yogi Finanda?" gumam Reisha Clemira setengah sadar.Janda beranak satu itu semalam menghabiskan waktu bersama dengan seorang pria yang tak dikenal dan hanya ditinggalkan dengan sebuah note? Sayangnya, Rei sontak tersadar kala menatap dinding yang menunjukkan pukul 07.00 pagi!"Ah sial!" paniknya. Wanita itu pun segera bergegas untuk menuju toilet seraya memunguti pakaian yang berserakan. Ponselnya sudah berdering sejak tadi dan itu adalah Strawberi putrinya, panggilannya Jil atau Bebe (Bibi). Anak perempuan itu berusia 6 tahun dan kini berada di kelas 1 sekolah dasar. Malam tadi seharusnya ia pulang setelah bekerja. Tapi malam tadi entah apa yang terjadi dan ia malah berakhir di hotel ini. Setelah membersihkan diri dan memakai pakaian ia segera beranjak pergi dari hotel Menatap layar ponsel. Banyak sekali panggilan dari ponsel milik Sinta temannya yang memang diminta untuk menjaga Bebe. Dan kini ponsel itu berdering lagi segera ia terima. "Ya Bebe?" "Mami di mana? Hari ini a
"Gue nggak tahu dia siapa, tapi namanya Rei. Kayaknya dia salah satu pekerja di klub. Soalnya, di bajunya dia ada pin yang dipakai sama karyawan club itu." "Tapi kalian main aman kan?" Jimmy bertanya, karena takut sepupunya melakukan kebodohan tanpa menggunakan pengaman dalam berhubungan. Sayangnya jawaban Yogi membuat Jimmy lagi-lagi terbelalak. Sepupunya itu malah menggelengkan kepalanya. Tentu saja jawabannya berarti, bahwa semalam Yogi berhubungan tanpa pengaman dan jelas itu beresiko tinggi. Kepala jadi rasanya benar-benar sakit akibat kelakuan Yogi. "Kok bisa-bisanya lo nggak pakai pengaman?""Gue mabuk berat. Dan kayaknya cewek itu juga. Soalnya waktu kita berhubungan, Dia sama sekali nggak nyebut nama gue, tapi nama cowok lain. Pak siapa gitu." Yogi mencoba menyatukan semua kepingan ingatannya. hanya saja ia telah mengingat nama yang disebutkan oleh Rei semalam."Berarti kemungkinan itu pacar atau suaminya? Cantik?" Jimmy bertanya sambil mendekatkan tubuhnya kepada Yogi, la
Sementara itu di lokasi lain, kini Yogi tengah sibuk memerhatikan pemotretan salah satu model pilihannya untuk produk lipstik terbaru dari perusahaan miliknya. Pria itu cukup perfeksionis dalam segala hal, bahkan hingga pemilihan model pun ikut turun tangan. Dan selalu disaat pemotretan Ia juga hadir untuk memerhatikan dan memberikan masukan.Model berdiri dengan cantik menggunakan baju berwarna merah, memegang produk lipstik terbaru mereka seri bold. Hanya saja Yogi merasa ada sesuatu yang kurang."Cut!" Pria itu berteriak membuat semua yang ada di sana menghentikan kegiatan. Deff, sang fotografer menatap dengan heran. Kenapa tiba-tiba saja sang atasan meminta kegiatan mereka dihentikan."Lipstiknya terlalu gelap, kenapa kalian pakai warna Mahogany 420d09? Ganti! Bran Red!" Yogi memerintahkan. Tentu saja mendengar teguran dari sangat Hasan membuat penata rias segera mengganti lipstik sesuai dengan permintaan. Dari kejauhan Yogi memerhatikan kemudian pria itu berteriak sekali lagi.
Sebelumnya....Rei sedang berada di ruang kerjanya.Hari ini Sinta sudah kembali ke kampung dan ia mau tau mau akan membawa Bebe ke kantor. Rasanya gelisah sekali sejak tadi karena jam makan siang nanti ia harus menjemput putri semata wayangnya itu. Menjelang pukul dua belas, ia melangkahkan kakinya ke dapur. Tadi memang sudah mengatakan akan meminta tolong Pras yang memang sudah datang siang tadi. Karena hari ini tak ada pekerjaan lain, Pras memang sengaja datang lebih pagi dan sibuk dengan pekerjaan dapur, membantu koki menyiapkan bahan makanan. "Pras," panggil Rei pada Pras yang kini tengah sibuk duduk di sudut dapur seraya memainkan ponsel miliknya. "iya Mbak?" Pras segera berdiri dan berjalan mendekati Rei. "Tolongin aku jemput Bebe ya?" pinta Rei seraya menyerahkan kunci motor miliknya, dan sebuah paper bag berisi jaket milik Strawberry. "Sama ini jaketnya, minta dia pakai jaket dulu ya." Bebe sejak kecil sering terkena sakit flu dan juga memiliki riwayat atsma. Hal itu y
Mobil Tedi kini berhenti tepat di depan rumah Rei. Pria itu menoleh ke belakang dan mendapati Strawberry yang tengah tertidur. "Bebe tidur Rei." "Dari dulu emang Bebe cepat capek Pak. Karena dia juga dari riwayat asma. Dari kecil Emang sering sakit, makanya tadi saya larang untuk kita makan malam di luar. Bukan nggak mau, saya cuman mikirin dia aja Pak." Rei menjelaskan. Tedi menatap wanita yang ia sukai yang kini tengah memerhatikan putrinya dengan tatapan penuh kasih sayang. Hanya dengan memerhatikan seperti ini saja, membuat kedua sudut bibirnya tertarik ke atas."Biar saya gendong bawa masuk ke dalam.""Ngerepotin bapak nanti, biar saya aja pak.""No, no enggak repot kok." Tedi segera berjalan ke luar dari mobil. Pria itu kemudian beranjak ke kursi belakang, untuk menggendong Strawberry.Sementara kini Rei berjalan cepat untuk menuju pintu dan membukakan untuk Tedi. Dari kejauhan ada Yogi yang menatap keduanya. Dari tadi ia mengikuti mobil Tedi, hanya saja keduanya tak menyadar
Bebe tidur di belakang mobil. Tadi menghabiskan waktu cukup lama bersama sang ayah di apartemen Yogi. Kini dia dalam perjalanan pulang bersama Yogi dan Rei.Rei hanya tadi banyak diam. Jujur saja, memang ia membayangkan suatu saat akan memperkenalkan mantan suaminya kepada putri kecilnya. Jujur, rasanya senang karena bisa menuntaskan niatnya itu. Tapi ia takut dengan reaksi putrinya keesokan hari, atau hari-hari setelahnya.Yogi menangkap kegelisahan itu, kemudian menggenggam tangan Rei. "Kamu kenapa? Kenapa dari tadi bengong aja?""Aku senang melihat anak aku bisa ketemu sama ayah kandungnya. Tapi di sisi lain, aku juga mikir Gimana reaksi dia besok, atau lusa, atau besoknya lagi.""Jangan terlalu mikirin hal yang belum terjadi. kita jalanin aja semuanya. Ya?"Rei menoleh pada Yogi, jujur ia sangat berterima kasih dengan apa yang telah Yogi lakukan. Pria itu banyak sekali memberikan bantuan dalam hidupnya. "Aku makasih banyak sama kamu Mas.""Ssst, Kamu jangan ngomong kayak gitu. Ple
Bebe menatap bingung, kini ia dihadapankan pada Deff. Rei jelas mengerti kebingungan yang dirasakan putrinya ia memeluk Bebe. Tangan mungil Bebe juga sejak tadi genggam tangan Yogi. "Mungkin lebih baik kalau Pak Yogi enggak ikut campur." Deff merasa kalah, ia cemburu. "Mas Yogi di sini," kata Rei menekankan. Tangannya juga menggenggam tangan Yogi. Yogi senanb dipertahankan, ia mengerti mungkin Rei merasa tak nyaman jika harus berbicara dengan Deff tanpa kehadirannya. "Oke aku di sini," kata Yogi sambil kemudian kecup tangan Rei yang menggenggam tangannya. Hal itu jelas membuat Deff merasa kesal. hanya saja dia mencoba menutupi rasanya sejak tadi. Kini pria itu menatap kepada putrinya, Strawberry sedang duduk, menatap bingung dengan apa yang terjadi sejak tadi."Kayaknya kamu harus segera ngomong. Soalnya keliatannya Strawberry juga udah nggak nyaman." Deff mengatakan karena dia merasa kalau Rei terlalu menunda-nunda.Rei menatap ke arah sang putri yang sejak tadi menatap ke arah D
"Papi," sapa Bebe. "Iya?" "Kenapa Mami sama Om itu?" tanya Bebe bingung. Gadis kecil itu duduk di kursi penumpang, tepat di sebelah Yogi.Saat ini Strawberry bersama Yogi dalam perjalanan menuju apartemen Yogi. Sementara itu, Rei kini berada satu mobil dengan mantan suaminya. Mereka Tengah membicarakan rencana sebelum bertemu dengan Bebe. Rei sudah memantapkan hati kalau dia akan memberitahu kepada Bebe tentang ayah kandungnya."Nanti, biar Mami sendiri yang bilang ke kamu ya." Yogi tentu saja tak bisa mengatakan apa yang sebenarnya. Dia mengerti kalau belum memiliki hak untuk itu."Aku bingung," kata Bebe lagi. "Pokoknya, nanti apapun yang mami bilang kamu harus nurut Ya? Semua yang dibilang Mami, semuanya dikasih tau Mami dan semua yang terjadi itu buat kebaikan Bebe. Ngerti?" Hanya itu kata-kata yang bisa dikatakan oleh Yogi. Setidaknya ia membantu untuk membuat anak cantik itu sedikit mengerti.Bebe menatap dengan tatapan bingung. Karena dia pun merasa selama ini menjadi anak y
Deff berjalan mendekati Reza sang sutradara. dia merasa tak terima karena putrinya dibentak seperti itu.. "bisa nggak lo nggak usah kasar kayak gitu sama anak kecil. Kecil. Nggak usah teriak-teriak?"Reza menjadi kesal setelah apa yang dilakukan oleh Deff. Menurutnya itu tidak salah. "Lo ngapain hem? Lo mau cari muka sama Pak Yogi?" Reza bertanya karena merasa kalau Deff mencari perhatian dengan bersikap seperti ini. Pria itu bahkan mendorong tubuh deff. Apa yang dilakukan Reza tentu saja memancing emosi Deff. Dia kemudian balikmendorong Reza, Reza menabrak kursi hingga tersungkur dan jatuh. "Gue cuman bilang biasa aja ya! Lo nggak usah berlebihan!!!"Reza mendorong tubuh Deff, kini posisi mereka terbalik. Keduanya terus saja beradu mulut hingga akhirnya saling beradu jotos. Keributan terjadi, sehingga membuat beberapa staf yang lain merasa cemas kemudian berusaha melerai keduanya."Berhenti, tolong jangan buat kegaduhan. anak saya nggak suka kalau kayak gini dia nangis dan ketakuta
Rei menatap ke arah Deff yang terpaku tak jauh dari tempatnya berdiri. Ada yang aneh, dengan tatapan Deff. Ia mengenal betul bagaimana sikap mantan suaminya. Dan tatapan yang ditunjukan itu bukan tatapan keterkejutan. "Bebe," panggil Rei membuat tatapan Bebe dan sang ayah terputus. "Iya mami?""Temenin mami make up dulu yuk. Papi di sini sa--""Papi ikut ya," kata Yogi dengan suara sedikit keras. Ia sengaja melakukan itu agar Deff bisa mendengar dengan baik apa yang ia katakan. Bahkan menekankan kata papi hingga buat beberapa orang yang berada di sana menoleh dan melihatnya. "Mas," ucap Rei malu."Hari ini aku akan nemenin dan nganterin kamu ke manapun."Yogi mendorong kembali kursi roda Rei dan mengantarkan ke ruang rias. Sepanjang jalan banyak yang menatap dengan heran. Apalagi interaksi di antara ia dan Bebe begitu dekat layaknya ayah dan anak. Yogi memilih tak peduli, apalagi menjalin hubungan dengan Rei sudah mendapatkan restu dari sang ibu. Keduanya kemudian masuk ke ruang r
"kalau ada yang sakit bilang sama aku ya." Tedi berpesan karena cemas dengan keadaan Rei. Bram yang sejak tadi melihat, berusaha menahan senyumnya. "Ayo kita makan, hari ini istri saya udah masak makanan enak nih."Tedi dan juga Yogi segera kembali ke tempat duduknya untuk sarapan. Mereka semua Kemudian melanjutkan sarapan pagi ini. Sesekali Yogi menatap hari dan juga Tedi, keduanya sungguh merasa khawatir.Dari sini saja Tedi sudah mengerti situasinya. Penyesalan yang ia rasakan seharusnya sejak dulu dia menyatakan perasaannya. Hanya saja takut jika hubungan keduanya menjadi canggung. Kini ia malah kehilangan wanita yang disayanginya. "Tadi Om Tedi beliin Bebe ayam goreng." Rei memberitahu putrinya.Bebe menatap dengan antusias. "Terima kasih om!" "Sama-sama sayang," sahut Tedi. Rei memberikan paper bag pada Bebe. Anak itu begitu bersemangat. Ia lalu mengambil sepotong ayam, meletakan di atas piring. Tak lupa mengambil pie dan menunjukkan pada sang mami."Ini boleh buat Bebe?" ta
Rei mendengar pintu diketuk, ia berjalan, sambil menggunakan tongkat untuk membukakan pintu. "Mas Tedi?" Pria dengan senyum kotak itu menatap dengan tatapan rindu. Rei sempat terpana sesaat, Tedi terlihat begitu tulus. Ada rasa bersalah dalam hatinya karena mengabaikan Tedi. "Gimana keadaan kamu?" tanya Tedi yang khawatir dengan keadaan Rei."Udah lumayan Mas. Tinggal pemulihan aja kakiku.""Syukurlah, kamu udah sarapan?" tanyanya sambil menunjukan paper bag berisi makanan yang ia beli saat perjalanan. "Ada macam-macam termasuk ayam goreng, pie cokelat, kesukaan Bebe." Setidaknya itu yang Tedi ingat. Karena Bebe selalu menyantap makanan itu setiap kali ia membawakan makanan.Rei menerima pemberian Ted. "terima kasih ya Mas," ucapnya. "Ayo masuk dulu Mas." Lanjut Rei yang mempersilahkan Tedi untuk masuk ke dalam rumah.Tedi melangkahkan kakinya masuk, mengikuti langkah Rei. "Sama-sama, hari ini kamu sama Bebe libur kan?""Iya, tapi aku hari ini ada kerjaan Mas," jawab Rei tak enak. "
"Papi bumi?" tanya Rei. "Ah, iya, itu namanya." Bebe kata-kata sang Mami. Karena dia tak terlalu mengingat nama sang ayah. Lagi pula sudah terlalu lama juga sang mami tidak mau membahas mengenai orang itu."Memangnya kamu mimpiin apa?" Sejujurnya mendengar apa yang dikatakan oleh Bebe, membuat Rei menyadari kalau mungkin saja ada koneksi yang terjalin di antara keduanya. Ya, meskipun Bumi tak pernah bertemu dengan Bebe. "Mimpi papi nyamperin Bebe ke sini, ke rumah kita Mi.""Itu aja?"Bebe gelengkan kepala. "Papi ngomong sesuatu, tapi Bebe enggak ingat."Rei terdiam, sudah berpikir untuk mempertemukan keduanya. Hanya saja dia masih takut jika bumi tidak bisa menerima putrinya. takut kata-kata yang terlantar dari bibir mantan suaminya itu nanti akan menyakiti Bebe. "Nanti kalau ingat Bebe bisa kasih tau mami ya," kata Rei sambil membelai lembut rambut Bebe dan kecup kening putri cantiknya. "Iya nanti Bebe bilang mami. Tadi mami kerja ya? Waktu pulang mami cantik sekali, make up sa
Pulang bekerja setelah mengantarkan Rei, Yogi segera melangkahkan kakinya untuk pulang. Ia harus segera kembali karena tadi Jimmy akan mengatakan menunggu di rumah. Setelah sampai, ia segera melangkahkan kaki masuk ke dalam. Yogi Berjalan menuju ruang tengah, karena biasanya Jimmy berada di sana dan sibuk menonton televisi. Benar saja, ia melihat sang sepupu tengah duduk sambil menonton acara kesukaannya. Yogi berjalan menghampiri kemudian ia segera duduk di samping Jimmy."Dari tadi Deff marah-marah terus gue lihat?" Jimmy bertanya masih sambil mengganti channel televisi. "Cemburu mungkin, gue kan udah cerita dia siapa." "Besok gimana? Pengambilan video kan? Yakin lancar?""Lancar, tadi juga lancar meski awal ada trouble sedikit. Rei itu cuma canggung aja, karena ini adalah experience pertama buat dia." Yogi membela Rei, tau betul kalau wanita yang ia sayangi itu pasti besok bisa melakukan semua dengan baik dan lancar. Jimmy sebenarnya sedikit cemas apalagi dia mengetahui kala