Sebelumnya....
Rei sedang berada di ruang kerjanya.
Hari ini Sinta sudah kembali ke kampung dan ia mau tau mau akan membawa Bebe ke kantor. Rasanya gelisah sekali sejak tadi karena jam makan siang nanti ia harus menjemput putri semata wayangnya itu.
Menjelang pukul dua belas, ia melangkahkan kakinya ke dapur. Tadi memang sudah mengatakan akan meminta tolong Pras yang memang sudah datang siang tadi. Karena hari ini tak ada pekerjaan lain, Pras memang sengaja datang lebih pagi dan sibuk dengan pekerjaan dapur, membantu koki menyiapkan bahan makanan.
"Pras," panggil Rei pada Pras yang kini tengah sibuk duduk di sudut dapur seraya memainkan ponsel miliknya.
"iya Mbak?" Pras segera berdiri dan berjalan mendekati Rei.
"Tolongin aku jemput Bebe ya?" pinta Rei seraya menyerahkan kunci motor miliknya, dan sebuah paper bag berisi jaket milik Strawberry. "Sama ini jaketnya, minta dia pakai jaket dulu ya."
Bebe sejak kecil sering terkena sakit flu dan juga memiliki riwayat atsma. Hal itu yang membuat Rei cukup memperhatikan kebutuhan putrinya itu. Andai saja ia memiliki uang lebih, mungkin lebih baik jika ia membeli mobil. Hanya saja, saat ini itu belum bisa ia lakukan.
"Oke Mbak," sahut Pras sambil menerima kunci dan paper bag yang diberikan oleh Rei.
"Thanks ya," ucap Rei.
Setelah kepergian Pras, Rei kembali ke ruangnya mengerjakan pekerjaan. Data-data keuangan yang sudah menunggunya. Berada di ruangan bersama Milo rekan kerjanya selama beberapa tahun belakangan.
"Mending kredit mobil kalau was-was." Milo berkata lagi.
Rei menoleh pada Milo. "Lo tau kan hutang gue masih banyak. Waktu gue balik ke Indo itu tanpa sepeser uangpun, Ngutang sana -sini biar bisa hidup sama Bebe."
"Nyokap bokap lo kan kaya," kata Millo lagi.
Rei memukul bahu rekan kerjanya itu. "Gue masih punya malu deh buat minta ke nyokap. Dia aja belum tau gimana gue hidup sekarang. Bisa ngamuk kalau tau."
"Bagus lah, siapa tau mantan suami lo itu di bales sama bokap tiri lo. Orang penting kan dia?"
"Lo tau dari mana?" tanya Rei karena merasa tak pernah memberitahu Milo mengenai hal ini.
"Mbak Wiji, keceplosan ngomong tempo hari." Milo kini memilih untuk sedikit menjauh karena takut dipukul lagi oleh Rei. "Kalau enggak kan ada Pak Tedi."
"Jangan aneh-aneh deh."
"Dia nge-room cuma buat ketemu Lo tau. Gue tuh laki-laki. Ngerti lagi cowok yang emang lagi ngejar cintanya. Terima aja lumayan buat masa depan yang lebih baik. Enggak salah kan? Dia kan udah cukup umur juga." Milo mengatakan itu sambil terkekeh geli meledek sahabatnya yang selalu mengacuhkan Tedi. Dan menganggap pria itu memesan hanya untuk bertemu dengan koleganya.
Rei berdecih saja karena kelakuan sahabatnya itu. Ia memilih kembali melakukan pekerjaan seraya menunggu kedatangan putrinya. Tak lama setelah itu ponsel Rei berdering, Milo melirik, wanita itu segera menerima panggilan tersebut.
"Ya Pak Tedi?" sapa Rei kemudian terdengar suara Milo yang berdecak. Buat Rei memutar bola matanya.
"Seperti biasa ya, "Tedi mengatakan itu kepada Rei.
"Oke pak, tapi untuk hari ini saya nggak stay di sini sampai malam."
"Lho memang kenapa?" Pria itu bertanya karena sedikit ada rasa kecewa ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Rei tadi.
"Kebetulan hari ini anak saya ikut ke kantor Pak. Jadi kalau dia stay di sini sampai malam kasihan."
"Ah, ada strawberry di sana? Oke nggak apa-apa. Kalau gitu saya bisa datang ke sana lebih sore?"
"Boleh Pak silahkan," sahut Rei.
"Karena kan kemarin saya memang ingin ketemu sama anak kamu."
"Iya pak, kalau gitu saya tunggu Bapak di sini."
"Oke, terima kasih." Tedi kemudian mematikan panggilannya.
Setelah menerima panggilan kembali melakukan pekerjaan diiringi tatapan julid dari Milo. Sebenarnya bukan hanya Milo tetapi juga beberapa rekan yang lain mengatakan kalau Tedi menyukai Rei. Hanya saja wanita itu tak ingin memikirkan hal itu apalagi mengenai laki-laki. Masih cukup trauma dan takut salah lagi.
"Mami!" suara nyaring terdengar dari arah pintu. Anak itu berlari menghampiri sang mami dan memeluk Rei erat. Terlihat juga di sana Pras yang membawakan tas milik Strawberry.
"Anak mami!" Rei juga berseru sambil menciumi wajah putri kesayangannya.
Pras meletakkan tas milik Strawberry di meja sang ibu. "Ini tas Dia berat banget lo Mbak."
"Iya, makanya gue minta tolong jemput. kasihan kalau pulang naik ojek harus bawa tas seberat itu. Makasih ya Pras." Rei berkata kemudian Pras meninggalkan tempat itu.
"Gimana sekolahnya? Ada pr?"
Gadis kecil itu menggelengkan kepala karena hari ini tak ada tugas rumah yang diberikan oleh gurunya. "Mami Bebe laper."
Rei mengambil tas miliknya dan ia sudah menyiapkan makan siang untuk putrinya tadi. "Ganti baju dan cuci tangan dulu di toilet nanti habis itu baru makan."
Strawberry mengganggukan kepalanya kemudian mengikuti langkah sang Ibu menuju toilet untuk mencuci wajah dan membersihkan tubuhnya dengan tisu basah. Setelah selesai membersihkan tubuh dan juga berganti pakaian kembali ke ruangan. Rei mengambil kursi lain kemudian membiarkan putrinya duduk di sebelahnya sambil menyantap makan siang yang sudah ia beli tadi. Hanya nasi, ayam goreng, juga cream soup kesukaan Bebe
Tak ada yang dilakukan anak itu selain bermain di kursi atau berlarian hingga akhirnya tertidur di sofa. Bebe memang bukan anak yang banyak maunya. Bersyukur sekali Rei memiliki anak perempuan seperti Bebe.
Setelah menjelang sore ia keluar menuju meja kasir untuk menunggu Tedi sebelum akhirnya ia di hampir oleh Yogi yang mengatakan ingin berbicara dengannya. Kini keduanya berada di ruangan yang dipesan oleh Yogi.
Sejak masuk dan setelah tiga menit keduanya duduk, tak ada pembicaraan diantara keduanya. Yogi dan Rei hanya saling diam. Wanita itu menatap jam pada ponsel miiknya, kemudian memutuskan untuk segera bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Yogi.
"Kamu harus tanggung jawab," kata Yogi tiba-tiba.
Langkah rei terhenti, jelas ia terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Yogi. Tanggung jawab apa? Tanggung jawab yang bagaimana? Karena apa yang dilakukan keduanya adalah sebuah kecelakaan yang tak bisa dielakkan.
Rei membalik tubuhnya kemudian berjalan kembali mendekat pada Yogi. "Tanggung jawab gimana maksud Bapak?" tanya Rei bingung.
Yogi berdiri, kini ia bertatapan dengan Rei. Pria itu memerhatikan setiap sisi wajah Rei yang bisa dibilang tak terlalu buruk. Hanya tubuhnya saja yang gendut. Rei juga menggunakan parfum yang unik dan buat Yogi tertarik, suka. Wangi woody spicy dipadu dengan kopi membuat kesan sensual.
Yogui gelengkan kepalanya beberapa kali, katakanlah ia gila. Dan memang seperti itu, dia sama sekali tak mengerti mengapa mulutnya dengan licinnya malah meminta Rei untuk bertanggung jawab.
"Ya tanggung jawab," jawabnya yang sedetik kemudian malah jadi gugup.
Rei mengerenyitkan kening. Menatap dengan heran pada pria du hadapannya. mencoba memikirkan apa maksudnya dengan tanggung jawab? Tunggu ....
Wanita itu tesenyum di sudut bibirnya. Berjalen mendekati Yogi dengan perlahan, membuat pria itu mundur.Langkah Rei semakin maju dan Yogi jatuh terduduk di sofa. Rei dekatkan diri, menahan tubuhnya dengan berpegangan pada kepala sofa. Kini mereka berdua berhadapan sangat dekat hingga Yogi bisa merasakan embus napas Rei.
"Hmm, seperti hal yang ganggu pikiran ya? Hmm, adiksinya kuat ya? Candu?" Rei sengaja menggoda. Wanita itu segera berdiri tegak, kemudian merapikan jasnya. "Atau karena takut kalau diminta bertanggung jawab?"
Yogi masih dalam posisinya yang sedikit mengkerut akibat diintimidasi. Padaha dia itu Alfa, dan kini kalah oleh pesona janda gendut seperti Rei. Tapin ada sensasi aneh, ia suka dengan tantangan seperti ini. Ada sensasi berbeda yang menggelitik, membuat ia penasaran dan ingin merengkuh wanita itu. Menyebalkan memang tapi Yogi suka, masa bodoh dengan pemikirannya saat ini. Debaran jantungnya lebih dari cukup untuk membuat dirinya menginginkan sensasi ini lagi. Dan hanya Rei yang memberikan itu. Kini tatapannya menatap pada Rei yang berjalan hendak meinggalkannya.
Yogi berjalan cepat menghampiri sebelum Rei keluar dari pintu. tangan pria itu genggam tangan Rei yang buat langkah kaki sang janda terhenti. Yogi menatap, lekat, sambil tersenyum kecil, hatinya yang bersorak-sorai atas kenakalan dan keberanian kecil yang Rei lakukan tadi. Ia ingin membalas memberi kejutan.
"Nama kamu siapa?"
"Rei," jawab Rei.
"Sekarang tanggal berapa?" tanya Yogi lagi.
"Tanggal 28 april tahun 2023," jawab rei semakin bingung.
Yogi menatap pada Rei, "Rei?"
"Y-ya?" Rei tergagap tatapan Yogi terlalu mengintimidasi. Nyatanya ia salah melangkah harusnya tak cari gara-gara.
"Mulai hari ini, 28 April, tahun 2023--" ucapan pria itu terhenti kemudian menatap pada jam di tangannya. "Jam enam lewat delapan menit. Mulai detik ini Kamu--punya-saya."
Mobil Tedi kini berhenti tepat di depan rumah Rei. Pria itu menoleh ke belakang dan mendapati Strawberry yang tengah tertidur. "Bebe tidur Rei." "Dari dulu emang Bebe cepat capek Pak. Karena dia juga dari riwayat asma. Dari kecil Emang sering sakit, makanya tadi saya larang untuk kita makan malam di luar. Bukan nggak mau, saya cuman mikirin dia aja Pak." Rei menjelaskan. Tedi menatap wanita yang ia sukai yang kini tengah memerhatikan putrinya dengan tatapan penuh kasih sayang. Hanya dengan memerhatikan seperti ini saja, membuat kedua sudut bibirnya tertarik ke atas."Biar saya gendong bawa masuk ke dalam.""Ngerepotin bapak nanti, biar saya aja pak.""No, no enggak repot kok." Tedi segera berjalan ke luar dari mobil. Pria itu kemudian beranjak ke kursi belakang, untuk menggendong Strawberry.Sementara kini Rei berjalan cepat untuk menuju pintu dan membukakan untuk Tedi. Dari kejauhan ada Yogi yang menatap keduanya. Dari tadi ia mengikuti mobil Tedi, hanya saja keduanya tak menyadar
Mobil Tedi kini berhenti tepat di depan rumah Rei. Pria itu menoleh ke belakang dan mendapati Strawberry yang tengah tertidur. "Bebe tidur Rei." "Dari dulu emang Bebe cepat capek Pak. Karena dia juga dari riwayat asma. Dari kecil Emang sering sakit, makanya tadi saya larang untuk kita makan malam di luar. Bukan nggak mau, saya cuman mikirin dia aja Pak." Rei menjelaskan. Tedi menatap wanita yang ia sukai yang kini tengah memerhatikan putrinya dengan tatapan penuh kasih sayang. Hanya dengan memerhatikan seperti ini saja, membuat kedua sudut bibirnya tertarik ke atas."Biar saya gendong bawa masuk ke dalam.""Ngerepotin bapak nanti, biar saya aja pak.""No, no enggak repot kok." Tedi segera berjalan ke luar dari mobil. Pria itu kemudian beranjak ke kursi belakang, untuk menggendong Strawberry.Sementara kini Rei berjalan cepat untuk menuju pintu dan membukakan untuk Tedi. Dari kejauhan ada Yogi yang menatap keduanya. Dari tadi ia mengikuti mobil Tedi, hanya saja keduanya tak menyadar
Rei berjalan keluar setelah berhasil memadamkan api. Di sana ia melihat putrinya tengah menyantap makanan yang tadi dibeli oleh Yogi. Wanita itu berjalan mendekati mobil, Yogi kemudian keluar dari dalam mobil berjalan menghampiri Rei, ia merasa cemas. "Udah? Semua Oke? Butuh panggil tukang atau apa gitu?" Pria itu bertanya sebagai bentuk kekhawatiran yang ia rasakan sejak tadi."Oke kok pak. Cuma korban panci aja yang gosong, tapi selain itu semua Oke kok. Makasih karena udah mau bantuin jagain Bebe." Rei ucapkan itu. Jujur saja Yogi masih tak percaya pada dirinya sendiri. Tadi dia berjalan ke rumah Rei untuk membuktikan perasaannya sendiri. Tak ada niat untuk mendekatkan diri atau bertingkah seolah ingin PDKT seperti ini. Tapi kini ia malah bersikap seolah benar-benar menyukai Rei. Sementara nalarnya masih tak bisa menerima Kalau ia jatuh cinta pada wanita gemuk seperti sosok yang berdiri di hadapannya kini. Yogi dalam dilema karena merasa benar-benar ada yang salah dalam otaknya.
Rei berjalan keluar setelah berhasil memadamkan api. Di sana ia melihat putrinya tengah menyantap makanan yang tadi dibeli oleh Yogi. Wanita itu berjalan mendekati mobil, Yogi kemudian keluar dari dalam mobil berjalan menghampiri Rei, ia merasa cemas. "Udah? Semua Oke? Butuh panggil tukang atau apa gitu?" Pria itu bertanya sebagai bentuk kekhawatiran yang ia rasakan sejak tadi."Oke kok pak. Cuma korban panci aja yang gosong, tapi selain itu semua Oke kok. Makasih karena udah mau bantuin jagain Bebe." Rei ucapkan itu. Jujur saja Yogi masih tak percaya pada dirinya sendiri. Tadi dia berjalan ke rumah Rei untuk membuktikan perasaannya sendiri. Tak ada niat untuk mendekatkan diri atau bertingkah seolah ingin PDKT seperti ini. Tapi kini ia malah bersikap seolah benar-benar menyukai Rei. Sementara nalarnya masih tak bisa menerima Kalau ia jatuh cinta pada wanita gemuk seperti sosok yang berdiri di hadapannya kini. Yogi dalam dilema karena merasa benar-benar ada yang salah dalam otaknya.
Yogi dalam perjalanan ke kantor setelah mengantar Rei kembali ke rumah. Sambil memasukkan satu tangan ke dalam kantong celana, ia berjalan di lorong. Sesekali menganggukkan kepalanya untuk membalas apaan dari karyawan. Yogi memang cukup ramah, meskipun menjawab dengan tanpa senyuman.Perusahaan make up itu ia buat. Dilandasi atas kakak perempuan keduanya yang memiliki alergi khusus terhadap kosmetik, membuatnya ingin mendirikan sebuah perusahaan kosmetik untuk semua jenis kulit dengan memanfaatkan bahan-bahan terbaik untuk segala jenis kulit sensitif. Sampai di lantai 3, ia berjalan masuk ke dalam ruangan. Di dalam ruangan sudah ada Jimmy duduk menunggu sambil menatap layar ponselnya. Jimmy sudah menunggu, karena ingin meminta konfirmasi mengenai launching untuk make up terbaru musim ini."Gimana hari ini? Lo jadi ketemu cewek itu?" Pertanyaan dari Jimmy mengindikasi kalau rajin sudah memberitahu mengenai apa yang terjadi padanya. Yogi menganggukkan kepalanya kemudian duduk di kursi
"Mas tunggu sebentar ya? Aku enggak lama kok," kata Rei meminta ijin. Kemudian turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah Indah. Dari dalam Indah sudah menunggu. Ia juga melihat Rei yang datang bersama seseorang. Ia segera berjalan ke luar untuk menghampiri, dan membukakan pintu untuk sahabatnya itu.Rei cukup terkejut karena tumben sahabatnya ini gerak cepat membukakan pintu untuknya. "Wih tumben gercep banget bukain pintunya?""Sama siapa lo?" tanya Indah mengintrogasi."Pak Tedi," jawab Rei sambil menyerahkan empat kantong ASI hasil memerah semalam. "Yang bobo can-" belum selesain Indah bicara, Rei membekap mulut sahabatnya itu. "Diam ya anda. Bukan dia orangnya," jawab Rei. "Ya udah, gue jalan dulu. ASI gue lagi melimpah, kemarin gue minum ASI booster itu. Jadi jangan khawatir stok susu buat kesayangan.""Makasih ya bep," ucap Indah."Sama-sama bep, yaudah gue jalan ya. Enggak enak ditungguin."Iya, yaudah hati-hati lo." Indah berpesan kemudian mencium kedua pipi saha
Yogi tiba di depan pagar sekolah Bebe, pria itu berdiri di depan mobil sambil menunggu. Hal itu menyebabkan banyak yang memerhatikannya. Wajah yang tampan, tatapan yang tajam dan dingin, pakaian yang dikenakan. Menjadi daya tarik.Sementara Bebe kini baru saja ke luar dari kelas. Hari ini pulang sekolah lebih cepat, khusus anak kelas satu sampai kelas dua. Gadis kecil itu senang sekali. Bisa pulang lebih cepat. Tangan kecilnya menggandeng tangan sahabatnya, Clara berdua berjalan di lorong."Jil dijemput siapa?" tanya Clara."Mungkin mami atau Om Pras. Tadi aku udah minta Miss Nadia buat chat mami dan kasih tau kalau pulang jam dua belas." Bebe menjawab, dengan riang. Membayangkan banyak memiliki waktu bersama dengan ibunya. Langkah Strawberry terhenti, pun Clara juga terhenti. Anak itu menatap pada Clara. "Clar, i miss papi.""I know, Jill kasih tau aku kan?" Clara yang sering mendengar kalau Bebe kangen dan ingin bertemu dengan sang ayah. Bebe seperti itu lantaran melihat bagaimana
"Tante," kata Yogi. "Halo?" Sapa Bebe. Tak ada jawaban dari balik telepon sampai kemudian strawberry mencoba memanggil sekali lagi. "Halo?""Halo siapa ini?" tanya Yura."Ini Bebe," jawab Bebe. "Bebe?" Dapat pertanyaan seperti itu Bebe menganggukkan kepalanya tanpa jawaban."Ini siapanya Yogi ya?"Bebe kemudian menatap ke arah Yogi. "Yogi? Daddy-nya Bebe.""Apa?" "Daddy aku."Yogi senang sekali mendengar jawaban yang diberikan oleh Bebe. Tentu saja ia tahu cara terbaik untuk memikat seorang single parent seperti Rei adalah, dengan mendekati putrinya. Rencana ini memang akan ia lakukan selama mencoba untuk meyakinkan perasaannya sendiri kepada Rei. Lalu tiba-tiba ponsel Yogi mati. Bebe memberikan HP itu kepada Yogi kembali. "Papi ini hp-nya mati."Pria itu menerima kemudian meletakkan di atas dashboard dia tahu kalau ponselnya itu lowbat. "Hp papi lowbat."Keduanya melanjutkan perjalanan untuk memberi nasi Padang untuk makan siang mereka bertiga nanti. Sementara itu kini di rumah
Yogi kini duduk di meja makan bersama Rei dan juga Bebe. Masakan Rei sudah siap sejak tadi, dan kini waktunya mereka menikmati makan siang. Ketiganya benar-benar terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia."Tadi Bebe makan batagor ya?" Yogi bertanya kepada calon putri kecilnya.Bebe menganggukan kepalanya dengan sumringah. dia tersenyum ke arah Yogi. "Iya Papi, tadi Om Tedi beliin aku batagor. Enak banget sama ayam goreng loh."Yogi melirik cemburu ke arah Rei. Melihat itu sang kekasih hanya tertawa terkekeh melihat Yogi yang cemburu."Harusnya tadi pagi Papi ke sini biar kebagian batagor juga."Bebe menganggukan kepalanya setuju. "Gimana kalau besok Papi ke sini? Kita ke taman seperti mami pagi tadi? Ya?* Anak itu begitu bersemangat mengajak Yogi.Baru saja hal itu membuat Yogi senang, dengan segera menganggukkan kepalanya setuju. tentu saja ia akan memastikan kalau besok pagi akan datang ke sini. "Oke, kalau gitu Papi besok pagi ke sini ya? Jadi besok sebelum berangkat sekolah ki
Deff dan Clarissa kini berada di kafe tempat di mana mereka biasa bertemu. Clarissa terlihat antusias, ia bahkan datang tanpa merias wajahnya dan tentu saja Clarissa tetap cantik paripurna. "Ayo buruan cerita. Jangan sia- siakan waktu gue pagi ini karena udah datang ke sini." Clarissa mendesak pada Deff yang masih sibuk meneguk secangkir kopi yang ia pesan. Deff meletakkan kembali cangkirnya, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Clarissa. "Lo tau kan kalau gue itu kerjasama mantan istri gue?" tanya Deff dijawab anggukan kepala oleh Clarissa. "Iya gue tau. Terus terus?" "Kemarin di pemotretan hari terakhir, dia datang bawa Bebe.""HAH?!!" Deff anggukan kepala. "Gue cemburu banget liat Bebe sibuk sama Yogi. Mereka bertiga keliatan banget kayak keluarga. ada rasa enggak terima ngeliat mereka keliatan bahagia sama-sama.""Iya, lo sayang sama Bebe?" tanya Clarissa."Dia itu gue banget, semua tentang Bebe sebagian besar itu duplikasi gue. Sampai gue pulang, itu gue ngerasa kangen bange
Yogi pagi ini masih berada di rumah. Bangun kesiangan karena kelelahan beberapa hari ini. Tubuhnya juga sedikit demam dan flu, jadi ia memilih beristirahat. Setelah bangun dan membersihkan badan, Dia kembali menuju tempat tidur. Mendudukkan bokongnya di sana dan memutuskan untuk segera menghubungi Rei karena kangen. Tak lama sampai akhirnya panggilan diterima."Ya mas?" sapa Rei dari balik telepon. "Kamu lagi ngapain? Udah sarapan atau belum? Bebe udah bangun belum?" Yogi bertanya bertubi-tubi dan itu membuat Rei tertawa dari balik telepon."Kamu tuh, kalau tanya satu-satu gitu loh. ""Iya, aku kan sekalian nanyanya sayang.""Aku tadi udah sarapan. Mas, ternyata di dekat sini itu ada taman, dari taman itu banyak banget tukang jualan. Tadi juga Bebe udah bangun mas. Dibeliin sama Pak Tedi batagor, sama ayam goreng, dia seneng banget." Penjelasan dari Rei membuat Yogi terkejut. "Ada Pak Twledi ke sana? Ngapain dia ke situ? Memang kamu udah kasih tahu dia kalau kamu pindah ke rumah i
Pagi-pagi sekali Rei sudah terbangun saat pulang kemarin dia melihat sebuah taman tak jauh dari rumahnya. Ingin menenangkan diri, ia memutuskan berjalan-jalan sendiri pagi ini. Meskipun harus memakai tongkat, tapi rasanya ia harus keluar untuk menyegarkan pikirannya. Ia berjalan ke luar, tadi sempat berpapasan dengan Bram dan ia sudah meminta izin untuk keluar. Rei lalu melangkahkan kakinya menuju taman, dia bisa melihat ada beberapa orang yang sedang berlarian dan duduk di kursi kursi taman. Taman itu cukup asri, banyak berbungaan di sana. Ada juga sebuah lapangan dengan peralatan olahraga. Bukan hanya itu, di pinggir-pinggir taman ada banyak orang yang berjualan. Rei duduk memerhatikan, ia senang melihat kegiatan pagi yang selalu terlewatkan. Setiap pagi sudah dimulai dengan kesibukan kemudian bekerja. Sekarang ini bisa menikmati pagi seperti ini merupakan sebuah hal yang sangat ia syukuri. "Rei?" Sebuah sapaan terdengar, membuat Rei menoleh ke belakang dan dia mendapati Tedi. "
Deff menghentikan mobil, pikirannya tak bisa fokus. Takut hal buruk terjadi, ia memilih untuk berhenti. Pertemuannya tadi dengan Bebe membuat ia jadi merasa jatuh cinta pada putri cantiknya itu. Padahal baru saja berpisah ia sudah merindukan Bebe."Cantik banget kamu Bebe," kata Deff sambil menatap foto Bebe. Tadi saat mereka menghabiskan waktu bersama, Deff banyak mengambil gambar Bebe. Semua hal yang dilakukan Bebe menarik perhatiannya. Ada rasa menyesal yang dalam ia rasakan. Semua tentang Bebe bagai cerminan dirinya. Bebe suka semua makanan yang mengandung strawberry, sama seperti dirinya. Bahkan Bebe juga lebih aktif menggunakan tangan kiri persisi sepertinya. Menulis juga menggunakan tangan kiri. Wajah Bebe pun mirip sekali, hanya bentuk wajah Bebe yang bulat seperti sang ibu.Kini ia menatap foto Rei yang sedang menyuapi Bebe. Deff tersenyum sendiri. Katakan saja ia gila, tapi ini membuat ia merasa tenang dan senang. Pria itu hela napas kemudian menyandarkan tubuhnya, memejamk
Bebe tidur di belakang mobil. Tadi menghabiskan waktu cukup lama bersama sang ayah di apartemen Yogi. Kini dia dalam perjalanan pulang bersama Yogi dan Rei.Rei hanya tadi banyak diam. Jujur saja, memang ia membayangkan suatu saat akan memperkenalkan mantan suaminya kepada putri kecilnya. Jujur, rasanya senang karena bisa menuntaskan niatnya itu. Tapi ia takut dengan reaksi putrinya keesokan hari, atau hari-hari setelahnya.Yogi menangkap kegelisahan itu, kemudian menggenggam tangan Rei. "Kamu kenapa? Kenapa dari tadi bengong aja?""Aku senang melihat anak aku bisa ketemu sama ayah kandungnya. Tapi di sisi lain, aku juga mikir Gimana reaksi dia besok, atau lusa, atau besoknya lagi.""Jangan terlalu mikirin hal yang belum terjadi. kita jalanin aja semuanya. Ya?"Rei menoleh pada Yogi, jujur ia sangat berterima kasih dengan apa yang telah Yogi lakukan. Pria itu banyak sekali memberikan bantuan dalam hidupnya. "Aku makasih banyak sama kamu Mas.""Ssst, Kamu jangan ngomong kayak gitu. Ple
Bebe menatap bingung, kini ia dihadapankan pada Deff. Rei jelas mengerti kebingungan yang dirasakan putrinya ia memeluk Bebe. Tangan mungil Bebe juga sejak tadi genggam tangan Yogi. "Mungkin lebih baik kalau Pak Yogi enggak ikut campur." Deff merasa kalah, ia cemburu. "Mas Yogi di sini," kata Rei menekankan. Tangannya juga menggenggam tangan Yogi. Yogi senanb dipertahankan, ia mengerti mungkin Rei merasa tak nyaman jika harus berbicara dengan Deff tanpa kehadirannya. "Oke aku di sini," kata Yogi sambil kemudian kecup tangan Rei yang menggenggam tangannya. Hal itu jelas membuat Deff merasa kesal. hanya saja dia mencoba menutupi rasanya sejak tadi. Kini pria itu menatap kepada putrinya, Strawberry sedang duduk, menatap bingung dengan apa yang terjadi sejak tadi."Kayaknya kamu harus segera ngomong. Soalnya keliatannya Strawberry juga udah nggak nyaman." Deff mengatakan karena dia merasa kalau Rei terlalu menunda-nunda.Rei menatap ke arah sang putri yang sejak tadi menatap ke arah D
"Papi," sapa Bebe. "Iya?" "Kenapa Mami sama Om itu?" tanya Bebe bingung. Gadis kecil itu duduk di kursi penumpang, tepat di sebelah Yogi.Saat ini Strawberry bersama Yogi dalam perjalanan menuju apartemen Yogi. Sementara itu, Rei kini berada satu mobil dengan mantan suaminya. Mereka Tengah membicarakan rencana sebelum bertemu dengan Bebe. Rei sudah memantapkan hati kalau dia akan memberitahu kepada Bebe tentang ayah kandungnya."Nanti, biar Mami sendiri yang bilang ke kamu ya." Yogi tentu saja tak bisa mengatakan apa yang sebenarnya. Dia mengerti kalau belum memiliki hak untuk itu."Aku bingung," kata Bebe lagi. "Pokoknya, nanti apapun yang mami bilang kamu harus nurut Ya? Semua yang dibilang Mami, semuanya dikasih tau Mami dan semua yang terjadi itu buat kebaikan Bebe. Ngerti?" Hanya itu kata-kata yang bisa dikatakan oleh Yogi. Setidaknya ia membantu untuk membuat anak cantik itu sedikit mengerti.Bebe menatap dengan tatapan bingung. Karena dia pun merasa selama ini menjadi anak y
Deff berjalan mendekati Reza sang sutradara. dia merasa tak terima karena putrinya dibentak seperti itu.. "bisa nggak lo nggak usah kasar kayak gitu sama anak kecil. Kecil. Nggak usah teriak-teriak?"Reza menjadi kesal setelah apa yang dilakukan oleh Deff. Menurutnya itu tidak salah. "Lo ngapain hem? Lo mau cari muka sama Pak Yogi?" Reza bertanya karena merasa kalau Deff mencari perhatian dengan bersikap seperti ini. Pria itu bahkan mendorong tubuh deff. Apa yang dilakukan Reza tentu saja memancing emosi Deff. Dia kemudian balikmendorong Reza, Reza menabrak kursi hingga tersungkur dan jatuh. "Gue cuman bilang biasa aja ya! Lo nggak usah berlebihan!!!"Reza mendorong tubuh Deff, kini posisi mereka terbalik. Keduanya terus saja beradu mulut hingga akhirnya saling beradu jotos. Keributan terjadi, sehingga membuat beberapa staf yang lain merasa cemas kemudian berusaha melerai keduanya."Berhenti, tolong jangan buat kegaduhan. anak saya nggak suka kalau kayak gini dia nangis dan ketakuta