Sebelumnya....
Rei sedang berada di ruang kerjanya.
Hari ini Sinta sudah kembali ke kampung dan ia mau tau mau akan membawa Bebe ke kantor. Rasanya gelisah sekali sejak tadi karena jam makan siang nanti ia harus menjemput putri semata wayangnya itu.
Menjelang pukul dua belas, ia melangkahkan kakinya ke dapur. Tadi memang sudah mengatakan akan meminta tolong Pras yang memang sudah datang siang tadi. Karena hari ini tak ada pekerjaan lain, Pras memang sengaja datang lebih pagi dan sibuk dengan pekerjaan dapur, membantu koki menyiapkan bahan makanan.
"Pras," panggil Rei pada Pras yang kini tengah sibuk duduk di sudut dapur seraya memainkan ponsel miliknya.
"iya Mbak?" Pras segera berdiri dan berjalan mendekati Rei.
"Tolongin aku jemput Bebe ya?" pinta Rei seraya menyerahkan kunci motor miliknya, dan sebuah paper bag berisi jaket milik Strawberry. "Sama ini jaketnya, minta dia pakai jaket dulu ya."
Bebe sejak kecil sering terkena sakit flu dan juga memiliki riwayat atsma. Hal itu yang membuat Rei cukup memperhatikan kebutuhan putrinya itu. Andai saja ia memiliki uang lebih, mungkin lebih baik jika ia membeli mobil. Hanya saja, saat ini itu belum bisa ia lakukan.
"Oke Mbak," sahut Pras sambil menerima kunci dan paper bag yang diberikan oleh Rei.
"Thanks ya," ucap Rei.
Setelah kepergian Pras, Rei kembali ke ruangnya mengerjakan pekerjaan. Data-data keuangan yang sudah menunggunya. Berada di ruangan bersama Milo rekan kerjanya selama beberapa tahun belakangan.
"Mending kredit mobil kalau was-was." Milo berkata lagi.
Rei menoleh pada Milo. "Lo tau kan hutang gue masih banyak. Waktu gue balik ke Indo itu tanpa sepeser uangpun, Ngutang sana -sini biar bisa hidup sama Bebe."
"Nyokap bokap lo kan kaya," kata Millo lagi.
Rei memukul bahu rekan kerjanya itu. "Gue masih punya malu deh buat minta ke nyokap. Dia aja belum tau gimana gue hidup sekarang. Bisa ngamuk kalau tau."
"Bagus lah, siapa tau mantan suami lo itu di bales sama bokap tiri lo. Orang penting kan dia?"
"Lo tau dari mana?" tanya Rei karena merasa tak pernah memberitahu Milo mengenai hal ini.
"Mbak Wiji, keceplosan ngomong tempo hari." Milo kini memilih untuk sedikit menjauh karena takut dipukul lagi oleh Rei. "Kalau enggak kan ada Pak Tedi."
"Jangan aneh-aneh deh."
"Dia nge-room cuma buat ketemu Lo tau. Gue tuh laki-laki. Ngerti lagi cowok yang emang lagi ngejar cintanya. Terima aja lumayan buat masa depan yang lebih baik. Enggak salah kan? Dia kan udah cukup umur juga." Milo mengatakan itu sambil terkekeh geli meledek sahabatnya yang selalu mengacuhkan Tedi. Dan menganggap pria itu memesan hanya untuk bertemu dengan koleganya.
Rei berdecih saja karena kelakuan sahabatnya itu. Ia memilih kembali melakukan pekerjaan seraya menunggu kedatangan putrinya. Tak lama setelah itu ponsel Rei berdering, Milo melirik, wanita itu segera menerima panggilan tersebut.
"Ya Pak Tedi?" sapa Rei kemudian terdengar suara Milo yang berdecak. Buat Rei memutar bola matanya.
"Seperti biasa ya, "Tedi mengatakan itu kepada Rei.
"Oke pak, tapi untuk hari ini saya nggak stay di sini sampai malam."
"Lho memang kenapa?" Pria itu bertanya karena sedikit ada rasa kecewa ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Rei tadi.
"Kebetulan hari ini anak saya ikut ke kantor Pak. Jadi kalau dia stay di sini sampai malam kasihan."
"Ah, ada strawberry di sana? Oke nggak apa-apa. Kalau gitu saya bisa datang ke sana lebih sore?"
"Boleh Pak silahkan," sahut Rei.
"Karena kan kemarin saya memang ingin ketemu sama anak kamu."
"Iya pak, kalau gitu saya tunggu Bapak di sini."
"Oke, terima kasih." Tedi kemudian mematikan panggilannya.
Setelah menerima panggilan kembali melakukan pekerjaan diiringi tatapan julid dari Milo. Sebenarnya bukan hanya Milo tetapi juga beberapa rekan yang lain mengatakan kalau Tedi menyukai Rei. Hanya saja wanita itu tak ingin memikirkan hal itu apalagi mengenai laki-laki. Masih cukup trauma dan takut salah lagi.
"Mami!" suara nyaring terdengar dari arah pintu. Anak itu berlari menghampiri sang mami dan memeluk Rei erat. Terlihat juga di sana Pras yang membawakan tas milik Strawberry.
"Anak mami!" Rei juga berseru sambil menciumi wajah putri kesayangannya.
Pras meletakkan tas milik Strawberry di meja sang ibu. "Ini tas Dia berat banget lo Mbak."
"Iya, makanya gue minta tolong jemput. kasihan kalau pulang naik ojek harus bawa tas seberat itu. Makasih ya Pras." Rei berkata kemudian Pras meninggalkan tempat itu.
"Gimana sekolahnya? Ada pr?"
Gadis kecil itu menggelengkan kepala karena hari ini tak ada tugas rumah yang diberikan oleh gurunya. "Mami Bebe laper."
Rei mengambil tas miliknya dan ia sudah menyiapkan makan siang untuk putrinya tadi. "Ganti baju dan cuci tangan dulu di toilet nanti habis itu baru makan."
Strawberry mengganggukan kepalanya kemudian mengikuti langkah sang Ibu menuju toilet untuk mencuci wajah dan membersihkan tubuhnya dengan tisu basah. Setelah selesai membersihkan tubuh dan juga berganti pakaian kembali ke ruangan. Rei mengambil kursi lain kemudian membiarkan putrinya duduk di sebelahnya sambil menyantap makan siang yang sudah ia beli tadi. Hanya nasi, ayam goreng, juga cream soup kesukaan Bebe
Tak ada yang dilakukan anak itu selain bermain di kursi atau berlarian hingga akhirnya tertidur di sofa. Bebe memang bukan anak yang banyak maunya. Bersyukur sekali Rei memiliki anak perempuan seperti Bebe.
Setelah menjelang sore ia keluar menuju meja kasir untuk menunggu Tedi sebelum akhirnya ia di hampir oleh Yogi yang mengatakan ingin berbicara dengannya. Kini keduanya berada di ruangan yang dipesan oleh Yogi.
Sejak masuk dan setelah tiga menit keduanya duduk, tak ada pembicaraan diantara keduanya. Yogi dan Rei hanya saling diam. Wanita itu menatap jam pada ponsel miiknya, kemudian memutuskan untuk segera bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Yogi.
"Kamu harus tanggung jawab," kata Yogi tiba-tiba.
Langkah rei terhenti, jelas ia terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Yogi. Tanggung jawab apa? Tanggung jawab yang bagaimana? Karena apa yang dilakukan keduanya adalah sebuah kecelakaan yang tak bisa dielakkan.
Rei membalik tubuhnya kemudian berjalan kembali mendekat pada Yogi. "Tanggung jawab gimana maksud Bapak?" tanya Rei bingung.
Yogi berdiri, kini ia bertatapan dengan Rei. Pria itu memerhatikan setiap sisi wajah Rei yang bisa dibilang tak terlalu buruk. Hanya tubuhnya saja yang gendut. Rei juga menggunakan parfum yang unik dan buat Yogi tertarik, suka. Wangi woody spicy dipadu dengan kopi membuat kesan sensual.
Yogui gelengkan kepalanya beberapa kali, katakanlah ia gila. Dan memang seperti itu, dia sama sekali tak mengerti mengapa mulutnya dengan licinnya malah meminta Rei untuk bertanggung jawab.
"Ya tanggung jawab," jawabnya yang sedetik kemudian malah jadi gugup.
Rei mengerenyitkan kening. Menatap dengan heran pada pria du hadapannya. mencoba memikirkan apa maksudnya dengan tanggung jawab? Tunggu ....
Wanita itu tesenyum di sudut bibirnya. Berjalen mendekati Yogi dengan perlahan, membuat pria itu mundur.Langkah Rei semakin maju dan Yogi jatuh terduduk di sofa. Rei dekatkan diri, menahan tubuhnya dengan berpegangan pada kepala sofa. Kini mereka berdua berhadapan sangat dekat hingga Yogi bisa merasakan embus napas Rei.
"Hmm, seperti hal yang ganggu pikiran ya? Hmm, adiksinya kuat ya? Candu?" Rei sengaja menggoda. Wanita itu segera berdiri tegak, kemudian merapikan jasnya. "Atau karena takut kalau diminta bertanggung jawab?"
Yogi masih dalam posisinya yang sedikit mengkerut akibat diintimidasi. Padaha dia itu Alfa, dan kini kalah oleh pesona janda gendut seperti Rei. Tapin ada sensasi aneh, ia suka dengan tantangan seperti ini. Ada sensasi berbeda yang menggelitik, membuat ia penasaran dan ingin merengkuh wanita itu. Menyebalkan memang tapi Yogi suka, masa bodoh dengan pemikirannya saat ini. Debaran jantungnya lebih dari cukup untuk membuat dirinya menginginkan sensasi ini lagi. Dan hanya Rei yang memberikan itu. Kini tatapannya menatap pada Rei yang berjalan hendak meinggalkannya.
Yogi berjalan cepat menghampiri sebelum Rei keluar dari pintu. tangan pria itu genggam tangan Rei yang buat langkah kaki sang janda terhenti. Yogi menatap, lekat, sambil tersenyum kecil, hatinya yang bersorak-sorai atas kenakalan dan keberanian kecil yang Rei lakukan tadi. Ia ingin membalas memberi kejutan.
"Nama kamu siapa?"
"Rei," jawab Rei.
"Sekarang tanggal berapa?" tanya Yogi lagi.
"Tanggal 28 april tahun 2023," jawab rei semakin bingung.
Yogi menatap pada Rei, "Rei?"
"Y-ya?" Rei tergagap tatapan Yogi terlalu mengintimidasi. Nyatanya ia salah melangkah harusnya tak cari gara-gara.
"Mulai hari ini, 28 April, tahun 2023--" ucapan pria itu terhenti kemudian menatap pada jam di tangannya. "Jam enam lewat delapan menit. Mulai detik ini Kamu--punya-saya."
Mobil Tedi kini berhenti tepat di depan rumah Rei. Pria itu menoleh ke belakang dan mendapati Strawberry yang tengah tertidur. "Bebe tidur Rei." "Dari dulu emang Bebe cepat capek Pak. Karena dia juga dari riwayat asma. Dari kecil Emang sering sakit, makanya tadi saya larang untuk kita makan malam di luar. Bukan nggak mau, saya cuman mikirin dia aja Pak." Rei menjelaskan. Tedi menatap wanita yang ia sukai yang kini tengah memerhatikan putrinya dengan tatapan penuh kasih sayang. Hanya dengan memerhatikan seperti ini saja, membuat kedua sudut bibirnya tertarik ke atas."Biar saya gendong bawa masuk ke dalam.""Ngerepotin bapak nanti, biar saya aja pak.""No, no enggak repot kok." Tedi segera berjalan ke luar dari mobil. Pria itu kemudian beranjak ke kursi belakang, untuk menggendong Strawberry.Sementara kini Rei berjalan cepat untuk menuju pintu dan membukakan untuk Tedi. Dari kejauhan ada Yogi yang menatap keduanya. Dari tadi ia mengikuti mobil Tedi, hanya saja keduanya tak menyadar
Mobil Tedi kini berhenti tepat di depan rumah Rei. Pria itu menoleh ke belakang dan mendapati Strawberry yang tengah tertidur. "Bebe tidur Rei." "Dari dulu emang Bebe cepat capek Pak. Karena dia juga dari riwayat asma. Dari kecil Emang sering sakit, makanya tadi saya larang untuk kita makan malam di luar. Bukan nggak mau, saya cuman mikirin dia aja Pak." Rei menjelaskan. Tedi menatap wanita yang ia sukai yang kini tengah memerhatikan putrinya dengan tatapan penuh kasih sayang. Hanya dengan memerhatikan seperti ini saja, membuat kedua sudut bibirnya tertarik ke atas."Biar saya gendong bawa masuk ke dalam.""Ngerepotin bapak nanti, biar saya aja pak.""No, no enggak repot kok." Tedi segera berjalan ke luar dari mobil. Pria itu kemudian beranjak ke kursi belakang, untuk menggendong Strawberry.Sementara kini Rei berjalan cepat untuk menuju pintu dan membukakan untuk Tedi. Dari kejauhan ada Yogi yang menatap keduanya. Dari tadi ia mengikuti mobil Tedi, hanya saja keduanya tak menyadar
Rei berjalan keluar setelah berhasil memadamkan api. Di sana ia melihat putrinya tengah menyantap makanan yang tadi dibeli oleh Yogi. Wanita itu berjalan mendekati mobil, Yogi kemudian keluar dari dalam mobil berjalan menghampiri Rei, ia merasa cemas. "Udah? Semua Oke? Butuh panggil tukang atau apa gitu?" Pria itu bertanya sebagai bentuk kekhawatiran yang ia rasakan sejak tadi."Oke kok pak. Cuma korban panci aja yang gosong, tapi selain itu semua Oke kok. Makasih karena udah mau bantuin jagain Bebe." Rei ucapkan itu. Jujur saja Yogi masih tak percaya pada dirinya sendiri. Tadi dia berjalan ke rumah Rei untuk membuktikan perasaannya sendiri. Tak ada niat untuk mendekatkan diri atau bertingkah seolah ingin PDKT seperti ini. Tapi kini ia malah bersikap seolah benar-benar menyukai Rei. Sementara nalarnya masih tak bisa menerima Kalau ia jatuh cinta pada wanita gemuk seperti sosok yang berdiri di hadapannya kini. Yogi dalam dilema karena merasa benar-benar ada yang salah dalam otaknya.
Rei berjalan keluar setelah berhasil memadamkan api. Di sana ia melihat putrinya tengah menyantap makanan yang tadi dibeli oleh Yogi. Wanita itu berjalan mendekati mobil, Yogi kemudian keluar dari dalam mobil berjalan menghampiri Rei, ia merasa cemas. "Udah? Semua Oke? Butuh panggil tukang atau apa gitu?" Pria itu bertanya sebagai bentuk kekhawatiran yang ia rasakan sejak tadi."Oke kok pak. Cuma korban panci aja yang gosong, tapi selain itu semua Oke kok. Makasih karena udah mau bantuin jagain Bebe." Rei ucapkan itu. Jujur saja Yogi masih tak percaya pada dirinya sendiri. Tadi dia berjalan ke rumah Rei untuk membuktikan perasaannya sendiri. Tak ada niat untuk mendekatkan diri atau bertingkah seolah ingin PDKT seperti ini. Tapi kini ia malah bersikap seolah benar-benar menyukai Rei. Sementara nalarnya masih tak bisa menerima Kalau ia jatuh cinta pada wanita gemuk seperti sosok yang berdiri di hadapannya kini. Yogi dalam dilema karena merasa benar-benar ada yang salah dalam otaknya.
Yogi dalam perjalanan ke kantor setelah mengantar Rei kembali ke rumah. Sambil memasukkan satu tangan ke dalam kantong celana, ia berjalan di lorong. Sesekali menganggukkan kepalanya untuk membalas apaan dari karyawan. Yogi memang cukup ramah, meskipun menjawab dengan tanpa senyuman.Perusahaan make up itu ia buat. Dilandasi atas kakak perempuan keduanya yang memiliki alergi khusus terhadap kosmetik, membuatnya ingin mendirikan sebuah perusahaan kosmetik untuk semua jenis kulit dengan memanfaatkan bahan-bahan terbaik untuk segala jenis kulit sensitif. Sampai di lantai 3, ia berjalan masuk ke dalam ruangan. Di dalam ruangan sudah ada Jimmy duduk menunggu sambil menatap layar ponselnya. Jimmy sudah menunggu, karena ingin meminta konfirmasi mengenai launching untuk make up terbaru musim ini."Gimana hari ini? Lo jadi ketemu cewek itu?" Pertanyaan dari Jimmy mengindikasi kalau rajin sudah memberitahu mengenai apa yang terjadi padanya. Yogi menganggukkan kepalanya kemudian duduk di kursi
"Mas tunggu sebentar ya? Aku enggak lama kok," kata Rei meminta ijin. Kemudian turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah Indah. Dari dalam Indah sudah menunggu. Ia juga melihat Rei yang datang bersama seseorang. Ia segera berjalan ke luar untuk menghampiri, dan membukakan pintu untuk sahabatnya itu.Rei cukup terkejut karena tumben sahabatnya ini gerak cepat membukakan pintu untuknya. "Wih tumben gercep banget bukain pintunya?""Sama siapa lo?" tanya Indah mengintrogasi."Pak Tedi," jawab Rei sambil menyerahkan empat kantong ASI hasil memerah semalam. "Yang bobo can-" belum selesain Indah bicara, Rei membekap mulut sahabatnya itu. "Diam ya anda. Bukan dia orangnya," jawab Rei. "Ya udah, gue jalan dulu. ASI gue lagi melimpah, kemarin gue minum ASI booster itu. Jadi jangan khawatir stok susu buat kesayangan.""Makasih ya bep," ucap Indah."Sama-sama bep, yaudah gue jalan ya. Enggak enak ditungguin."Iya, yaudah hati-hati lo." Indah berpesan kemudian mencium kedua pipi saha
Yogi tiba di depan pagar sekolah Bebe, pria itu berdiri di depan mobil sambil menunggu. Hal itu menyebabkan banyak yang memerhatikannya. Wajah yang tampan, tatapan yang tajam dan dingin, pakaian yang dikenakan. Menjadi daya tarik.Sementara Bebe kini baru saja ke luar dari kelas. Hari ini pulang sekolah lebih cepat, khusus anak kelas satu sampai kelas dua. Gadis kecil itu senang sekali. Bisa pulang lebih cepat. Tangan kecilnya menggandeng tangan sahabatnya, Clara berdua berjalan di lorong."Jil dijemput siapa?" tanya Clara."Mungkin mami atau Om Pras. Tadi aku udah minta Miss Nadia buat chat mami dan kasih tau kalau pulang jam dua belas." Bebe menjawab, dengan riang. Membayangkan banyak memiliki waktu bersama dengan ibunya. Langkah Strawberry terhenti, pun Clara juga terhenti. Anak itu menatap pada Clara. "Clar, i miss papi.""I know, Jill kasih tau aku kan?" Clara yang sering mendengar kalau Bebe kangen dan ingin bertemu dengan sang ayah. Bebe seperti itu lantaran melihat bagaimana
"Tante," kata Yogi. "Halo?" Sapa Bebe. Tak ada jawaban dari balik telepon sampai kemudian strawberry mencoba memanggil sekali lagi. "Halo?""Halo siapa ini?" tanya Yura."Ini Bebe," jawab Bebe. "Bebe?" Dapat pertanyaan seperti itu Bebe menganggukkan kepalanya tanpa jawaban."Ini siapanya Yogi ya?"Bebe kemudian menatap ke arah Yogi. "Yogi? Daddy-nya Bebe.""Apa?" "Daddy aku."Yogi senang sekali mendengar jawaban yang diberikan oleh Bebe. Tentu saja ia tahu cara terbaik untuk memikat seorang single parent seperti Rei adalah, dengan mendekati putrinya. Rencana ini memang akan ia lakukan selama mencoba untuk meyakinkan perasaannya sendiri kepada Rei. Lalu tiba-tiba ponsel Yogi mati. Bebe memberikan HP itu kepada Yogi kembali. "Papi ini hp-nya mati."Pria itu menerima kemudian meletakkan di atas dashboard dia tahu kalau ponselnya itu lowbat. "Hp papi lowbat."Keduanya melanjutkan perjalanan untuk memberi nasi Padang untuk makan siang mereka bertiga nanti. Sementara itu kini di rumah
"Mami di sini!" Bebe segera berteriak ketika dia melihat Yogi yang tengah terduduk di sebuah kursi taman tak jauh dari rumah hantu. Yogi memiliki asma dan tiba-tiba saja kambuh setelah ia keluar dari rumah hantu tadi. Rasanya seperti kekurangan oksigen, ia memutuskan untuk duduk di kursi. Sementara memilih tak peduli saat Rei dan juga yang lain melangkahkan kakinya untuk menuju ke wahana lain. "Papi nggak apa-apa? Papi kenapa?" Bebe bertanya karena ia merasa cemas dengan Yogi. Anak itu duduk di samping Yogi, kemudian menepuk-nepuk punggung Yogi yang terduduk lemas. Yogi tersenyum, dia senang sekali mendapat perhatian seperti itu dari strawberry. "Papi nggak apa-apa sayang, cuman Papi ada asma dan tadi kambuh habis keluar dari ruangan itu."Saat itu Rei dan juga Tedi berlari menghampiri. Mereka juga cemas dengan keadaan Yogi. "Kamu nggak apa-apa kan pak?" Rei bertanya pada Yogi. Wanita itu kemudian duduk di samping Yogi, dia menyentuhkan k pria itu, dan juga membuka kancing kemeja
Bebe senang sekali hari ini. Dia bisa melihat banyak hewan di sana. Gadis kecil itu begitu excited, terus berbicara dan juga tertawa. Ini adalah pertama kalinya dia bisa melihat hewan secara langsung. Rei tidak menyesal sudah membawa gadis kecilnya ke sana. Sejak menelusuri Taman safari tadi, Putri kecilnya banyak sekali bertanya ini dan itu. Setelah berada di ujung perjalanan, mereka segera turun. Perjalanan masih akan berlanjut, masih banyak hewan yang akan mereka lihat seperti gajah dan juga bisa berfoto bersama hewan lainnya. Bebe berada dalam gendongan Yogi, anak itu berkata kelelahan Setelah dia sibuk bermain dengan kelinci. Padahal wajah Bebe sudah memerah karena cuaca yang cerah. Tapi dia masih begitu bersemangat. Apalagi saat tadi lumba-lumba. "Mami im happy. Tadi lihat lumba-lumba. Ternyata besar sekali ya mami?" tanya anak itu. Ia meminta turun dan berjalan bersama Rei."Iya sayang."Rei berjalan di belakang bersama dengan Tedi. Wanita itu juga merasa senang karena akhir
Yogi menatap dengan tatapan iri dan dengki ke arah Rei dan Tedi. Jelas ada percik-percik api cemburu yang ia rasakan. Saat ini ia bisa memastikan kalau apa yang ia rasakan adalah cinta. Berawal dari cinta satu malam, kemudian berakhir dengan hatinya yang berdebar dan inginkan Rei. Jangan lupakan, semua itu berbekal juga akibat ASI yang ia rasakan di malam panas itu. "Mau jalan- jalan." Tedi menjawab, kemudian berjalan menuju mobil miliknya sambil menggendong Strawberry. Saat digendong anak itu melambaikan tangannya ke arah Yogi. Dan Yogi juga melakukan hal yang sama dia lambaikan tangan kepada Strawberry. Rei mengikuti langkah Tedi, tapi dia berhenti tepat di depan Yogi. "Kita mau jalan-jalan ke seaworld Pak.""Mas, please." Yogi menekankan, ia tak mau kalah dengan Tedi, yang bisa dengan luwes Rei panggil dengan sebutan Mas."Iya Mas," sahut Rei mengikuti keinginan Yogi. Tedi mendudukkan Bebe di kursi belakang, dia juga memakaikan sabuk pengaman. Setelahnya berjalan keluar, dan ber
"Lagi pada ngomongin apa sih serius banget?" Rei datang dari arah dapur, sambil membawakan nasi goreng untuk Tedi. Wanita itu kemudian segera memberikan piring berisi nasi goreng kepada Tedi."Terima kasih," ucap Tedi."Sama-sama Mas. Enggak tau sesuai sama selera kamu atau enggak." Rei kembali duduk di tempatnya tadi. dia kini mulai menyantap kembali nasi goreng miliknya.Tedi menyantap nasi goreng di tangannya. "Tadi aku cerita sama kamu kalau mau ke taman Safari. Terus, aku tanya di sana ada lumba-lumba atau enggak. kata Om Tedi, lumba-lumba itu ada di seaworld. Mami, Kalau Mami gajian boleh kita kasih word aja? Bebe nggak usah ke taman Safari." Bebe kembali bertanya kepada sang ibu. Ia berubah pikiran setelah melihat foto-foto yang tadi ditunjukkan oleh Tedi."Gimana kalau kita ke seaworld hari ini?" tanya Tedi tiba-tiba.Rei dan Bebe menatap ke arah pria itu bersamaan. Bebe pasti senang mendengar apa yang dikatakan oleh pria yang duduk di sampingnya. Namun Rei merasa kalau itu ti
Apa yang dilakukan oleh Clarissa, membuat Deff jadi tak bisa berhenti memikirkan tentang Bebe. Bayangan anak itu terus berputar yang di dalam pikirannya. Ia juga terus menatap foto Strawberry sejak kembali ke rumah.Tidak bisa dielak lagi, kalau gadis kecil itu adalah putrinya. Wajah mereka berdua benar-benar mirip, Ia bahkan sengaja menyandingkan foto kecilnya dengan Bebe. Ada perasaan bersalah karena ia tak bisa melihat putrinya sampai saat ini berada di sekolah dasar. Untuk menghilangkan kegalauan— ia memutuskan untuk menghubungi Kanaya, kekasihnya. Tak lama, sampai panggilan diterima oleh Kanaya."Ya sayang?" Sapaan terdengar dari balik telepon. Suara Kanaya masih sangat serak, sepertinya dia terbangun karena panggilan telepon dari Deff."Kamu masih tidur ya?""Hmm, aku kemarin habis ada fashion show. Terus hari ini niatnya siang aku ada kerjaan. Kayaknya aku nggak bisa datang ke Jakarta minggu depan deh.""Kenapa?" tanya Deff. Jujur saja merasa kecewa, tapi dia bisa apa? Kanaya
Sebuah rumah besar berdiri di salah satu sudut kota Jogjakarta. Seorang pria dan wanita paruh baya tengah duduk di teras belakang. Mereka menatap ke arah berbungaan yang mekar begitu indah di halaman rumah yang mereka tata sendiri."Besok aku mau beli bunga mawar kuning ah Pap. Kayaknya bagus deh kalau ditaruh di sudut sana." Wanita berusia 40 tahunan, dengan tatatpan sayu dan wajah yang lembut itu bernama Ratih, dia menunjuk ke salah satu sudut di taman yang masih kosong."Kamu beli aja, besok aku anterin kalau kamu mau." Dan yang menjawab ini adalah Bramantyo. Suami dari Ratih, pria berusia 50 tahun itu berbicara tanpa menatap ke arah sang istri. Dia sedang membaca artikel bisnis dari tab yang berada di genggamannya.Saat itu, seorang pria bertubuh tegap dengan lesung pipi berjalan masuk menghampiri. Dia adalah Juniar, kakak dari Rei. Pria itu duduk di hadapan kedua orang tuanya Ia lalu meletakkan sebuah amplop berisi foto-foto di atas meja. Jun baru saja tiba dari Jakarta untuk me
Om Yogi!Om Yogi!Om Yogi!Ya ampun suara siapa sih ini? pagi-pagi gini teriak-teriak? Kayak suaranya Rama sama Ryan. Yogi membatin dalam hatinya. Ini masih terlalu pagi untuk dia membuka mata dan bangun. Sementara suara bising di kamar itu mengganggu tidurnya malam ini. Tiba-tiba saja dia membuka mata, ketika merasakan sebuah cubitan di pipinya. "Rama?!" Pria itu tersentak kaget ketika menatap anak berusia 7 tahun itu yang kini tepat berada di hadapannya. "Ada aku juga Om." Kini ada lagi yang lebih kecil, dan itu adalah Rian. Mereka berdua adalah anak dari Yuna, kakak kedua dari Yogi. Masih ada yang lainnya berusia 4 tahun, namanya adalah Raka. Tentu saja hal ini membuat dia terkejut Kenapa tiba-tiba saja kedua keponakannya itu berada di dalam kamarnya?"Kok kalian ada di sini sih?""Iya, kita ke sini sama nenek, sama bunda, sama tante Yura, sama adek Yemi." Itu adalah Rian yang kini duduk di dalam pangkuan Yogi. Dan yang dimaksud dengan Yemi itu adalah anak dari Yura. "Ngapain
Deff kini tengah bersama Clarissa, seperti biasa keduanya tengah ngobrol mengenai pekerjaan. Clarissa juga tengah dilanda kebimbangan. Itu semua karena sang ayah memintanya untuk segera mengurus perusahaan. Perusahaan ayah Clarissa bergerak di bidang konstruksi. Dan ia sama sekali tak tertarik."Gue juga bingung banget, papi minta supaya gue cepat-cepet urus perusahaan." Clarissa bercerita kemudian meneguk mojito yang ia pesan tadi."Lagian Gue rasa lo nggak usah nolak. Karena mau apapun bidang bisnisnya, sebagai kepala perusahaan gue rasa tugasnya akan sama aja. Yang jalib kerjasama, ngecek dokumen, hal-hal kayak gitu, kecuali lo ke terjun langsung di lapangan." Deff coba mengungkapkan pendapat kepada sahabatnya."Iya, gue cuman ngerasa belum siap aja sama itu semua. BTW, gimana kerjaan lo di tempatnya Pak Yogi?"Deff mengunyah kentang goreng, sebelum ia menjawab pertanyaan Clarissa mengenai pekerjaannya. "Biasa aja sih. Nggak ada yang spesial. Ya biasa, kalau ada yang salah pasti h
Sepeninggalan Rei dan Bebe kini hanya ada Yogi dan Tedi. Seketika hening tak ada pembicaraan dari kedua pria itu. Mereka hanya saling diam, Yogi sibuk menatap layar pada ponselnya; sementara itu Tedi menunggu sambil sibuk menggerakkan kakinya, canggung. Tedi merasa ada yang harus dibicarakan dengan Yogi. Setidaknya mereka berdua harus mengobrol. "Saya dengar Pak Yogi lagi ada kerjasama baru sama salah satu perusahaan ponsel merk Korea" "Ah, itu perusahaan papi saya. Kebetulan sekarang yang megang bukan saya lagi tapi, kakak perempuan saya." Jawaban Yogi memutus pertanyaan dari Tedi. Kini hening lagi, karena tak ada pertanyaan lain yang terlontar dari bibir pria pucat itu. Masalahnya, Yogi memang tak suka terlalu banyak berbasa-basi. Memang sih dia mengenal Tedi, tapi hanya sebatas itu saja. Tidak ada kerjasama di antara keduanya. Meskipun sering bertemu di beberapa kesempatan. Apalagi kini sudah jelas kalau pria di samping itu sebagai lawannya untuk mendapatkan hati Rei. Itu yan