Share

Malam Pertama Dengan Sahabat
Malam Pertama Dengan Sahabat
Author: Dian15

Part 1

Author: Dian15
last update Last Updated: 2021-07-28 08:41:27

Parahnya Angga, dia meminta Andini untuk datang kerumahnya hanya untuk mendengarkan kisah cintanya yang kandas lagi.

Dan kali ini sepertinya sudah yang paling parah. Hubungannya dengan kekasihnya berakhir disaat hari pernikahan mereka tinggal seminggu lagi.

"Aku harus gimana, dong, Ndin? Semua sudah siap. Kalau bapak sama ibu tahu soal ini mereka pasti marah besar."

Andini memandang Angga yang berjalan mondar-mandir seperti setrika sambil mengacak-acak rambutnya. "Aku mana bisa kasih solusi sih, Ga? Yang pasti harus ngomong ke bapak sama ibu kamu. Lagian cewek kamu ada-ada aja, sih. Rela batalin nikah cuma mau ikut audisi nyanyi. Iya kalau dia bisa lolos. Kalau enggak, apa nggak malu?"

"Bantu aku ngomong ke bapak sama ibu, ya, Ndin?"

"Eehhh... Nggak mau. Aku nggak mau ikut campur urusan kamu, ya."

Angga bersimpuh di hadapan Andini. Kedua tangannya menggenggam kedua tangan Andini. "Apa, sih?" Andini mencoba menarik tangan Andini dari genggamannya.

"Aku nggak akan lepasin kamu sebelum kamu mau bantuin aku."

Tangan Andini berusaha untuk menjangkau hidung mancung Angga. Lalu mencubitnya dan menariknya dengan keras sampai membuat Angga berteriak mengaduh. "Cemen banget jadi orang! Aku nggak mau ikut campur urusan kamu, Angga."

"Katanya sahabat?" Angga mencoba mencari dukungan.

Andini membuang pandangannya. "Nggak ada urusannya sama aku, Angga. Tinggal ngomong sama bapak dan ibu kamu kalau kamu nggak jadi_"

"Nggak jadi apa, Ndin?" Wiwit, ibu Angga, yang baru saja pulang entah dari mana, langsung memotong ucapan Andini.

Andini melipat kedua bibirnya ke dalam. Matanya melirik Angga yang berwajah pasrah. 

"Ndin?" 

"Eh, iya, budhe. Biar Angga yang jelasin sendiri ya, budhe. Soalnya Andini nggak tau apa-apa." Andini tertawa sungkan.

Sedangkan Angga sudah panik sendiri dan menatap Andini dengan tatapan memohon.

"Ini ada apa sebenarnya? Angga? Jelaskan pada ibu!"

Angga menundukkan kepalanya. Rasanya bingung harus memulai dari mana. Ini bukan masalah yang kecil. Orangtuanya pasti akan marah besar jika mendengar hal ini.

"Angga Rizaldi." Kalau sudah menyebutkan namanya dengan lengkap, itu pertanda bahwa ibunya tidak bisa di bantah lagi.

"I-itu, Bu, anu_"

"Anu apa? Ngomong yang jelas. Laki kok, ngomongnya anu-anu begitu."

Ingin rasanya Andini saja yang berbicara. Dia merasa kasian juga melihat Angga yang kebingungan harus memulai dari mana. Tapi, ini bukan ranah Andini untuk ikut campur. Meskipun Andini sudah sangat dekat dengan keluarga Angga tapi tetap saja dirinya tidak berhak.

"Vika batalin pernikahan kami, Bu."

"Apa? Bilang apa barusan?"

"Vika batalin pernikahan kami, Bu." Angga menunduk setelahnya. Dia tidak berani menatap wajah ibunya yang sudah pasti terkejut, marah dan kecewa.

"Kenapa bisa dia begitu, Ga?" Wiwit meninggikan suaranya.

"Dia... Dia lebih memilih untuk ikut audisi nyanyi, Bu."

"Ya Allah..." Wiwit terduduk di atas sofa sambil memegangi kepalanya yang langsung terasa pusing.

"Maafkan Angga, Bu. Udah buat bapak sama ibu kecewa."

Wiwit beranjak dan berkacak pinggang. "Makanya, kalau ibu sama bapak ngomong itu di dengarkan. Ibu sudah bilang kalau feeling ibu sama perempuan itu udah nggak enak. Tapi kamu yang maksa. Sekarang kalau sudah begini mau gimana? Hantaran segala macam udah siap. Saudara-saudara yang jauh juga sudah berangkat kesini tadi pagi. Ibu sama bapak juga malu, Angga. Ya Allah..."

Tidak heran. Pernikahan tinggal seminggu lagi pasti semua sudah siap. Dekorasi, hantaran, dan segala macam sudah di siapkan dan tinggal menunggu hari h. 

Tapi yang namanya takdir, kita bisa apa selain menerima? 

"Bapak sama ibu kan, juga sudah mengenal orangtuanya dengan baik, Bu. Mereka baik. Jadi saat itu Angga berpikir apa salahnya kalau Angga menikah dengan Vika."

"Baik orangtuanya belum tentu baik anaknya juga."

Betul! Batin Andini berteriak. Membenarkan argumen Wiwit.

"Ini contohnya, kamu bisa lihat sendiri."

Tidak lama kemudian, Hardi, ayah Angga, masuk ke dalam rumah. Dapat dipastikan suasana akan semakin mencekam. Hal itu membuat Andini merasa tidak nyaman berada diantara mereka.

Hal yang sama ditanyakan oleh Hardi. Ada apa, adalah pertanyaan yang pertama kali di lontarkan oleh Hardi.

Wiwit dengan segala kehebohannya sebagai emak-emak yang sedang kecewa, langsung menceritakan semuanya dengan penuh emosi.

Raut wajah Hardi yang semula santai, berubah menegang setelah mendengar cerita istrinya.

"Angga, apa tidak bisa Vika menunda mimpinya kali ini saja?"

Angga mengusap wajahnya yang terlihat frustasi. "Dia sudah berangkat ke Bandung kemarin, Pak. Audisinya cuma di adakan di satu kota. Dan dia nekat berangkat."

Hardi duduk di sofa dan memejamkan matanya. Dia terlihat sedang berpikir mencari solusi atas permasalahan yang terjadi saat ini.

Ada sedikit rasa syukur Angga di jauhkan dari wanita yang terlalu memikirkan dirinya sendiri. Dia terlalu egois untuk dijadikan istri. Yang dia pikirkan hanyalah dirinya sendiri tanpa tahu efek apa yang di dapat orang-orang di sekitarnya karena kelakuannya.

Yang Hardi sesalkan, semua persiapan sudah sembilan puluh persen. Undangan pun sudah di sebar. Apa kata orang kalau sampai Hardi batal mantu. Apalagi jabatan Hardi adalah seorang kepala desa.

"Terus gimana, Pak? Apa kata orang kalau kita nggak jadi menikahkan Angga? Kita berdua sudah menurunkan ego kita. Mencoba untuk bisa menerima perempuan itu loh, Pak. Kok, perempuan itu malah mempermalukan keluarga kita begini?"

Andini semakin merasa tidak nyaman. Diam saja rasanya sungkan, mau bicara dia tidak ada hak untuk itu. "Budhe, pakde, Andini pamit pulang dulu, ya." Andini akhirnya memutuskan untuk pulang.

"Tunggu dulu, Ndin." Hardi menghentikan langkah Andini. Dan itu sukses membuat jantung Andini berdegup kencang.

"Ya, pakde?" jawab Andini dengan perasaan takut.

"Pakde mau minta tolong, Nduk."

Andini mengernyitkan keningnya. "Minta tolong apa, Pakde?"

Hardi terlihat menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. "Maafkan Pakde ya, Nduk. Mungkin ini terdengar egois. Tapi..."

"Tapi apa, pakde?" Andini terlihat tidak sabar. 

Bukan hanya Andini saja, sebenarnya. Wiwit dan Angga juga penasaran dengan apa yang akan di ucapkan oleh Hardi.

"Pakde minta tolong menikahlah dengan Angga satu minggu lagi."

"Apa!?"

"Apa!?"

"Ibu setuju!"

Andini mematung. Jantungnya seakan berhenti berdetak setelah mendengar permintaan Hardi.

Menikah dengan Angga? 

Sekalipun hal itu tidak pernah terlintas di dalam pikiran Andini.

###

"Andini nggak mau, ibuk. Andini kan, punya pacar."

Dewi, ibu Andini, tersenyum tipis. "Kamu pacaran apa kredit motor? Udah tiga tahun tapi nggak ada kejelasan mau di lamar apa enggak."

Kalau sudah menyinggung pacarnya yang tak kunjung melamar dirinya, Andini tidak bisa berkata-kata lagi.

Berkali-kali Andini minta pada Gilang untuk segera melamar dirinya. Tapi Gilang selalu berkata bahwa dia belum siap secara mental dan materi.

Dan Andini pun lagi-lagi luluh dalam rayuan Gilang saat Gilang meminta Andini untuk tetap setia menunggu sampai Gilang siap.

"Wes, bapak juga setuju sama ibumu dan orangtua Angga. Nanti malam mereka akan kesini buat melamar kamu." Ucapan Seno membuat Andini terdiam. Andini segera masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya.

Andini mengambil tas besar yang berada di dalam lemari di rak paling bawah. Dia juga mengambil baju-bajunya dan siap di masukkan ke tas.

Keputusannya untuk pergi dari rumah sudah bulat. Andini tidak ingin menikah dengan Angga. Dia tidak mencintai Angga. Baginya Angga hanyalah sahabat. Rasa sayangnya pun hanya sebagai seorang sahabat, tidak lebih. 

Andini sudah mengangkat tasnya dan bersiap untuk pergi. Tapi sekelebat bayangan orangtuanya yang begitu menyayangi dirinya terlintas di depan matanya.

Dia teringat akan kerja keras orangtuanya untuk memberikan yang terbaik untuk dirinya. Bapaknya panas-panasan bekerja di sawah. Ibunya kadang harus lembur untuk menyelesaikan jahitan. Semua dilakukan demi bisa menghidupi dirinya, menyekolahkan dirinya.

Meskipun sekarang hidup mereka sudah enak, sawah bapaknya banyak dan ibunya sudah mempunyai sebuah butik, tapi tetap tidak bisa menghilangkan jejak perjuangan mereka demi bisa mencukupi kebutuhan Andini. 

Kalau Andini nekat pergi, siapa yang akan menemani orangtuanya? Siapa yang akan merawat mereka ketika mereka tua nanti? Betapa kurang ajarnya dia kalau sampai rasa sakit dan kecewa yang dia berikan untuk kedua orangtuanya. Sedangkan orangtuanya sudah mati-matian memberikan yang terbaik untuknya.

"Jangan coba-coba kabur!"

Sebuah pesan singkat dari Angga yang masuk ke ponselnya membuat Andini berteriak kesal. 

Angga yang bermasalah kenapa aku yang dibawa-bawa, sih? Batin Andini berteriak.

***

Malam harinya, Angga dan keluarganya benar-benar datang. Mentang-mentang rumahnya dengan Andini hanya berjarak lima puluh meter, Angga membawa hampir semua keluarganya yang baru saja pulang dari Jakarta demi bisa menghadiri pernikahan Angga.

Andini enggan untuk keluar. Rasanya dia ingin berdiam diri di kamar merenungi nasib dirinya. 

Terbesit sebuah penyesalan di dalam hati Andini, mengapa dia bersahabat dengan Angga.

Dan Andini juga menyesal kenapa pagi tadi dia harus datang ke rumah Angga. Seandainya tidak, tentu hal ini tidak akan pernah terjadi. Di dalam hidupnya.

"Aduh, Andini... Kenapa belum ganti baju, sih?" Dewi merasa gemas dengan anak gadisnya yang malah dengan santainya berbaring di atas tempat tidur.

Andini memutar bola matanya, malas. "Ngapain harus ganti baju, Bu? Angga tiap hari lihat Andini dasteran juga dia cuek aja."

Dewi setengah mati menahan kekesalannya. "Tapi ini beda acara, sayang. Cepat ganti baju. Ibu tunggu disini." Dewi menarik tangan Andini agar terbangun dari tempat tidurnya. Setelah itu dia mengambilkan baju yang sudah di siapkan Dewi dan menyerahkannya pada Andini.

Tubuh Andini di dorong untuk masuk ke dalam kamar mandi dan Dewi melarang Andini untuk mengunci pintunya.

Senyuman puas terpatri di wajah Dewi saat melihat Andini sudah terlihat cantik dan anggun dengan balutan rok jarik dan kebaya berwarna navy.

Wajahnya yang sudah cantik cukup di touch up dengan bedak tabur tipis-tipis lalu memakai lip tint agar bibirnya tidak terlihat pucat.

Semua orang menyambut kedatangan bidadari yang di nanti-nanti. Pujian demi pujian di berikan untuk Andini karena melihat kecantikan Andini.

Bahkan, Angga sendiri sempat tidak berkedip saat pertama kali melihat Andini turun dari lantai dua.

"Baik, Pak Seno. Karena yang dinanti sudah hadir di tengah-tengah kita, maka ijinkan kamu untuk mengutarakan maksud kedatangan kami kemari." Salah satu perwakilan dari keluarga Angga mulai membuka acara.

"Boleh, Pak. Monggo!" Seno mempersilahkannya.

"Kedatangan kami kemari, untuk melamar putri bapak yang bernama Andini untuk anak kami, Angga. Akan menjadi kebahagiaan bagi kami bila bapak dan keluarga berkenan untuk menerima."

Seno tertawa pelan. "Kalau saya sebenarnya terserah dengan anaknya saja, Pak. Iya kan, Nduk?" Tangan Seno menepuk lutut Andini dengan pelan.

Terpaksa Andini mengangguk. Seandainya dia berkata tidak, maka secepatnya dia akan di lempar ke jalanan karena telah mempermalukan orangtuaku.

"Andini juga setuju, kan?" tanya Seno pada Andini.

Lagi-lagi Andini hanya bisa mengangguk. Dan hal itu di sambut dengan ucapan hamdalah oleh semua orang yang hadir.

Andini menatap wajah Angga yang tersenyum puas. Rasanya Andini ingin melemparkan telur busuk pada Angga.

"Kalau begitu, pernikahan akan di gelar satu minggu lagi, Pak. Bapak dan keluarga tidak keberatan?"

"Oh, tidak sama sekali." Seno berucap dengan antusias. "Besok akan segera saya urus berkas-berkasnya, Pak."

"Alhamdulillah. Semoga semua di lancarkan, Pak. Angga dan Andini juga di berikan keberkahan di pernikahan mereka nanti. Menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Aamiin."

Ucapan itu di aamiinkan oleh semuanya. Hanya Andini seorang yang tidak tahu harus bagaimana.

***

Andini dan Angga duduk di bangku kecil yang ada di samping rumah Andini. Bangku itu sengaja di minta Andini agar di buatkan oleh ayahnya dengan alasan, Andini bisa lebih fokus ketika belajar ketika di sana.

Tatapan mata Andini mengarah pada bunga-bunga tanaman ibunya yang bergerak kecil karena tiupan angin. Angga yang duduk di sampingnya, dianggap tidak ada oleh Andini.

Dia begitu kesal dengan Angga. Bisa-bisanya dia menyetujui saat Hardi meminta Andini untuk menjadi istri pengganti. Padahal Angga tahu bahwa Andini sudah memiliki seorang kekasih.

"Ndin." Tangan Angga terulur untuk memegang bahu Andini. Namun dengan keras Andini menyingkirkan tangan Angga dari bahunya.

"Jangan marah, dong. Aku minta maaf." Angga berusaha membujuk Andini.

"Memangnya kamu benar-benar nggak mau nikah sama aku yang ganteng ini?"

Andini membuang napas kesal. Di saat seperti ini masih sempat-sempatnya Angga begitu narsis. 

Andini kemudian menoleh dan menatap kedua mata Angga dengan tajam. "Kalau kata maaf kamu bisa membatalkan pernikahan ini, aku maafin kamu," ucap Andini dengan tegas.

"Tapi aku nggak mau membatalkan pernikahan ini lagi, Ndin."

"Terus kenapa harus aku sih, Ga? Kita sahabat, tapi bukan berarti kamu bisa seenaknya seperti ini."

"Orangtuaku yang memintamu untuk jadi istriku, Ndin."

"Tapi kamu mau, kan?" timpal Andini dengan cepat. "Padahal kamu tahu aku punya pacar dan aku cinta sama dia. Kami sudah merencanakan masa depan untuk bersama. Dan kamu merusaknya begitu saja."

"Aku nggak punya pilihan lain, Ndin. Lagipula kapan dia akan melamar kamu, Ndin? Laki-laki itu menikahi, bukan memacari. Di bawa ke sana kemari tanpa ikatan yang jelas."

"Jahat kamu, Ga!" Andini beranjak dari tempat duduknya dan berlari masuk ke dalam rumah. 

Tidak dia pedulikan tatapan penuh tanya orang-orang yang ada di dalam rumahnya. Andini langsung berlari menaiki tangga dan masuk ke kamar lalu mengunci pintunya.

🌹🌹🌹

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
awal yang bagus.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 2

    Angga menatap punggung Andini yang bergerak menjauh. Rasa bersalah tentu saja dia rasakan. Tapi Angga juga tidak ada pilihan lain selain menuruti apa kata orangtuanya yang tidak ingin menanggung malu karena anaknya batal menikah.Dan kandidat satu-satunya adalah Andini. Sahabatnya yang sudah dianggap seperti anak sendiri oleh kedua orangtuanya.Angga merasa tidak berguna karena sudah membuat sahabatnya sedih. Pernikahan ini tidak mudah di terima oleh Andini. Semua salahnya yang terlalu buru-buru untuk menikahi Vika tanpa mencari tahu bagaimana watak gadis itu terlebih dahulu.Saat pertama mengenal Vika sampai pada akhirnya Angga memberanikan diri untuk melamarnya, Vika selalu menunjukkan sikap yang baik. Entah di depan Angga ataupun di depan orangtua Angga.Vika juga pernah bercerita kalau dia memiliki mimpi untuk menjadi seorang penyanyi yang terkenal. Dia memiliki suara yang bagus dan tergabung dalam sebuah grup campursari yang sering di m

    Last Updated : 2021-07-29
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 3

    Perjalanan pulang, Andini tidak dibiarkan untuk naik motor Bayu. Malam sudah menyapa dan udara begitu dingin. Andai bisa, Bayu sendiri diminta untuk naik mobil. Tapi motor Bayu tidak ada yang membawa pulang atau tidak ada tempat penitipan motor di sekitar bukit tersebut.Lagi pula, Bayu sendiri lebih memilih untuk naik motor ketimbang naik mobil. Selain membanggakan dirinya adalah laki-laki, Bayu juga mengatakan bahwa dia tidak ingin mengganggu Andini dan Angga yang barangkali ingin berduaan saja.Andini memutar bola matanya. Jengah mendengar godaan Bayu. Kalau saja Andini bisa, Andini juga lebih memilih untuk naik motor bersama Bayu. Tapi Angga mengancam akan menelepon ayah Andini jika Andini tidak menuruti keinginan Angga.Andini kesal. Dengan kasar dia membuka pintu mobil Angga dan menutupnya dengan keras. Mentang-mentang ayahnya tidak bisa di bantah, hal itu di jadikan senjata bagi Angga."Mampir toserba dulu, ya.""Buat apa?

    Last Updated : 2021-07-30
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 4

    Hari yang dinanti oleh keluarga Angga dan Andini akhirnya tiba. Hari Minggu, 3 November 20xx menjadi hari dimana dua insan itu di persatukan dalam ikatan yang suci. Andaikan semua ini sesuai dengan pernikahan yang diimpikan oleh Andini dan juga pasangan yang Andini inginkan, pasti akan terasa membahagiakan bagi Andini. Sayangnya, dirinya hanya pengantin dadakan yang di minta untuk mengganti posisi Vika untuk menjadi pendamping Angga. Dirinya hanya di jadikan alat agar orangtua Angga tidak malu karena pernikahan anaknya gagal. Ya, harusnya Andini sadar akan hal ini sejak awal. Tapi Andini justru terlalu larut dalam kesedihannya. Sehingga tidak sadar bahwa hari pernikahannya telah tiba. Andini menuruni tangga. Dia terlihat sangat cantik dalam balutan gaun dengan detail kerah V-neck yang cantik. Gaun dengan aksen bordir bunga yang elegan dan warna pastel memberikan tampilan yang anggun dan manis secara instan. Gaun brokat yang mo

    Last Updated : 2021-08-02
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 5

    "Sepertinya nama pengantin wanitanya yang tertulis di undangan bukan Andini. Tapi Vika atau siapa, gitu." "Iya, bener. Apa jangan-jangan yang ini udah di hamili duluan sama anaknya Pak Lurah." "Bisa jadi tuh. Mereka berdua kan, sering kemana-mana bareng. Ya kemana perginya kalau nggak kayak gituan." "Aduh, pergaulan anak jaman sekarang ngeri, ya, buk." "Jangan suka fitnah, ibu-ibu. Saya dengar si Vika itu lebih pilih ikut audisi nyanyi daripada melanjutkan pernikahannya dengan Angga." "Oh, begitu? Jadi, mungkin saja yang ini hanya di jadikan pengantin pengganti begitu, ya, Mama Helen? Aduh, kasian, ya, kalau begitu ceritanya. Bisa-bisa nanti yang ini di tinggalin kalau si Vika itu udah sukses dan balik lagi ke sini." "Keluarga Pak Seno mau aja, ya, anaknya di manfaatkan?" "Siapa yang bisa nolak, sih, Mama Karen kalau bisa jadi besannya kepala desa? Anak mantunya udah mapan, pekerjaannya dokter, ganteng lagi. Paket komplit i

    Last Updated : 2021-08-23
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 6

    Weekend, hari yang paling di tunggu oleh Andini. Dia bisa bangun siang sesuka hatinya tanpa takut terlambat pergi bekerja.Tapi, harapan tinggal harapan. Angga memaksanya untuk bangun karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli isi kulkas dan perabotan yang lainnya yang belum ada di rumah baru mereka.Belanja adalah hal yang membahagiakan bagi Andini. Tapi kali ini tidak karena belanjanya dengan lelaki yang dia rasa kini sangat menyebalkan baginya.Andini seolah lupa kalau sebelum mereka di nikahkan, mereka adalah sepasang sahabat yang seperti tidak bisa di pisahkan oleh apapun. Tapi kini, Andini menganggap Angga seperti orang asing, yang baru saja masuk ke dalam hidupnya dan merusak tatanan hidupnya.Terpaksa Andini mengikuti Angga meskipun dengan tampang kusutnya. Bibir mengerucut, tatapan matanya yang galak yang harus Angga nikmati sepanjang perjalanan ke mall."Beli mesin cuci dulu dan yang lainnya dulu ya, Ndin."

    Last Updated : 2021-09-09
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 7

    Sebenarnya, Andini tidak terlalu bisa memasak. Dia hanya bisa memasak makanan sederhana saja. Seperti pagi ini, Andini hanya mampu memasak nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya sebagai topping.Dua piring nasi goreng sudah tersaji di atas meja. Entah bagaimana rasanya, namun Andini puas melihat hasil karya tangannya yang tak pernah di asah dalam hal memasak.Andini kembali naik ke lantai atas. Bukan untuk membangunkan Angga. Tapi untuk mengganti pakaiannya dengan baju kerja. Sejak awal memang Andini tak mau terlalu banyak ikut campur dalam urusan Angga. Termasuk masalah kapan dia harus bangun dan tidur kembali.Orang yang dulu sangat dekat seolah tak terpisahkan itu kini bak orang asing yang hidup dalam satu atap.Andini benar-benar membatasi dirinya agar tak terlalu dekat dengan Angga. Perasaannya sebagai seorang sahabat terasa sulit jika harus di ubah menjadi perasaan sebagai sepasang suami istri meskipun sudah seharusnya begitu.

    Last Updated : 2021-10-31
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 8

    "Hallo, La. Bilang ke temen-temen hari ini aku nggak jadi ikut, ya?""Kenapa, Ndin? Kita udah rencanakan ini jauh-jauh hari, loh. Kamu juga paling antusias waktu kita usul pergi ke pantai."Andini menghembuskan napas pelan. Memang sedikit menyesal tak bisa pergi ke pantai dengan teman-temannya. Tapi sepertinya kali ini rumah tangganya lebih penting dari apapun. Andini tidak bisa pergi dari rumah dalam keadaan Angga yang sedang marah."Iya, maaf. Maaf banget, La. Bilang ke temen-temen aku minta maaf, ya. Have fun buat kalian.""Oke kalau gitu, Ndin. Aku sampaikan ke teman-teman."Andini hanya bisa memperhatikan pintu kamar Angga yang tertutup rapat. Andini tau Angga tengah kecewa kepadanya. Mungkin Angga sudah mulai lelah menghadapi sikapnya yang enggan untuk berdamai dengan keadaan.Mendadak Andini takut kalau Angga benar-benar mengabulkan permintaan Andini selama ini. Yaitu berpisah. Andini takut Angga akan benar-benar menceraikan dir

    Last Updated : 2022-02-14
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 9

    Andini mengerjap pelan. Matanya menyesuaikan cahaya lampu yang menyala dengan terang.Ketika dia berusaha menggerakkan tubuhnya, dia mengernyitkan keningnya. Tubuhnya terasa sulit untuk digerakkan. Seperti ada beban yang menimpa tubuhnya.Seketika Andini menjauhkan tubuhnya saat dia menyadari tubuhnya sedang berada dalam pelukan Angga.Guling yang semalam dijadikan pembatas sudah teronggok di atas lantai. Entah siapa yang membuangnya, yang jelas Andini merasa tidak terima karena Angga mencari kesempatan untuk memeluk dirinya tanpa ijin."Hai, istri," sapa Angga dengan renyah saat matanya juga terbuka setelah merasakan gerakan di sampingnya.Andini memasang wajah datar. "Geli banget dipanggil begitu," balasnya sedikit ketus."Istri orang lain dipanggil begitu seneng, tersipu. Ini kenapa istriku dipanggil begitu malah kayak gini ekspresinya, sih?"

    Last Updated : 2022-02-18

Latest chapter

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Kembali?

    Mata Andini terpejam. Napasnya terengah menikmati sisa permainan panas yang efek dari pelepasan yang terjadi itu belum juga usai.Angga masih enggan untuk memisahkan diri. Tubuh telanjangnya masih berada di atas tubuh Andini yang berkeringat. Berada di dalam Andini terasa begitu nikmat sampai dia tak ingin terpisah dan ingin kembali mengulangnya lagi nanti setelah keduanya beristirahat."Angga, kamu berat banget. Sesak napas akunya," keluh Andini berusaha untuk menyingkirkan tubuh Angga.Angga tertawa pelan. "Maaf," ucap Angga.Kerutan di kening Andini serta desisan pelan yang keluar dari bibir Andini mengiringi keluarnya milik Angga dari dalam milik Andini.Perih itu kembali terasa. Bersamaan dengan itu, cairan milik Angga yang bercampur dengan darah keperawanan Andini mengalir keluar. Angga tersenyum bangga.Dia menjadi yang pertama bagi Andini. Selama ini, dia hanya bisa melihat Andini sebatas tanpa hijab

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Malam Pertama?

    Setiap berangkat bekerja bersama Angga, belum tentu pulangnya bisa dijemput Angga pula.Seperti sore ini, Andini harus pulang dengan naik ojek karena Angga tak bisa menjemputnya karena masih ada pasien.Harusnya Andini percaya. Tapi entah kenapa hatinya tidak bisa tenang. Bayangan Angga akan melakukan hal yang sama dengan dia atasan Andini terus terlihat di depan mata.Rasanya Andini tidak rela jika harus berbagi suaminya dengan wanita lain. Jangan sampai. Andini tidak mau."Hati-hati kalau suami kamu bisa kayak Pak Sandy. Nyesel kamu ntar."Ucapan Lila terus saja terngiang. Andini menggelengkan kepalanya pelan untuk mengenyahkan pikiran buruk itu dari kepalanya.Sesampainya di rumah, Andini langsung membersihkan dirinya. Menyiapkan makan malam yang dia pesan melalui online. Malam ini dia tidak ingin bau dapur. Jadi dia lebih memilih memesan makanan daripada harus memasak.Setelah semuanya selesai, Angga belum juga pulan

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 10

    Pagi ini Angga dan Andini berangkat bersama. Baru kali ini Andini dengan suka rela mengiyakan permintaan Angga untuk berangkat bekerja bersama.Biasanya Andini akan beralasan kalau naik mobil pasti macet dan bisa jadi terlambat ke kantor.Tapi kali ini Andini tak banyak protes saat mobil Angga terjebak dalam kemacetan panjang. Sudah pukul tujuh. Itu artinya setengah jam lagi Andini harus sudah sampai di kantor kalau tidak mau dipotong gaji.Andini merasa, lebih baik dia berdoa agar mobil Angga segera lepas dari kemacetan daripada dia menggerutu kesal. Membuang-buang tenaga saja."Nanti sore kalau aku belum jemput kamu, kamu pesan taksi online aja, ya. Atau minta dijemput Bayu.""Tuh, kan. Kayak gini kalau bareng kamu, tuh. Belum tentu bisa jemput. Kadang telat jemputnya.""Kamu kayaknya kesel, ya, Ndin? Tapi nggak nolak waktu aku ajak bareng. Apa lagi pengen sama aku terus?""Kalau iya memangnya kenapa?" Da

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 9

    Andini mengerjap pelan. Matanya menyesuaikan cahaya lampu yang menyala dengan terang.Ketika dia berusaha menggerakkan tubuhnya, dia mengernyitkan keningnya. Tubuhnya terasa sulit untuk digerakkan. Seperti ada beban yang menimpa tubuhnya.Seketika Andini menjauhkan tubuhnya saat dia menyadari tubuhnya sedang berada dalam pelukan Angga.Guling yang semalam dijadikan pembatas sudah teronggok di atas lantai. Entah siapa yang membuangnya, yang jelas Andini merasa tidak terima karena Angga mencari kesempatan untuk memeluk dirinya tanpa ijin."Hai, istri," sapa Angga dengan renyah saat matanya juga terbuka setelah merasakan gerakan di sampingnya.Andini memasang wajah datar. "Geli banget dipanggil begitu," balasnya sedikit ketus."Istri orang lain dipanggil begitu seneng, tersipu. Ini kenapa istriku dipanggil begitu malah kayak gini ekspresinya, sih?"

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 8

    "Hallo, La. Bilang ke temen-temen hari ini aku nggak jadi ikut, ya?""Kenapa, Ndin? Kita udah rencanakan ini jauh-jauh hari, loh. Kamu juga paling antusias waktu kita usul pergi ke pantai."Andini menghembuskan napas pelan. Memang sedikit menyesal tak bisa pergi ke pantai dengan teman-temannya. Tapi sepertinya kali ini rumah tangganya lebih penting dari apapun. Andini tidak bisa pergi dari rumah dalam keadaan Angga yang sedang marah."Iya, maaf. Maaf banget, La. Bilang ke temen-temen aku minta maaf, ya. Have fun buat kalian.""Oke kalau gitu, Ndin. Aku sampaikan ke teman-teman."Andini hanya bisa memperhatikan pintu kamar Angga yang tertutup rapat. Andini tau Angga tengah kecewa kepadanya. Mungkin Angga sudah mulai lelah menghadapi sikapnya yang enggan untuk berdamai dengan keadaan.Mendadak Andini takut kalau Angga benar-benar mengabulkan permintaan Andini selama ini. Yaitu berpisah. Andini takut Angga akan benar-benar menceraikan dir

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 7

    Sebenarnya, Andini tidak terlalu bisa memasak. Dia hanya bisa memasak makanan sederhana saja. Seperti pagi ini, Andini hanya mampu memasak nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya sebagai topping.Dua piring nasi goreng sudah tersaji di atas meja. Entah bagaimana rasanya, namun Andini puas melihat hasil karya tangannya yang tak pernah di asah dalam hal memasak.Andini kembali naik ke lantai atas. Bukan untuk membangunkan Angga. Tapi untuk mengganti pakaiannya dengan baju kerja. Sejak awal memang Andini tak mau terlalu banyak ikut campur dalam urusan Angga. Termasuk masalah kapan dia harus bangun dan tidur kembali.Orang yang dulu sangat dekat seolah tak terpisahkan itu kini bak orang asing yang hidup dalam satu atap.Andini benar-benar membatasi dirinya agar tak terlalu dekat dengan Angga. Perasaannya sebagai seorang sahabat terasa sulit jika harus di ubah menjadi perasaan sebagai sepasang suami istri meskipun sudah seharusnya begitu.

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 6

    Weekend, hari yang paling di tunggu oleh Andini. Dia bisa bangun siang sesuka hatinya tanpa takut terlambat pergi bekerja.Tapi, harapan tinggal harapan. Angga memaksanya untuk bangun karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli isi kulkas dan perabotan yang lainnya yang belum ada di rumah baru mereka.Belanja adalah hal yang membahagiakan bagi Andini. Tapi kali ini tidak karena belanjanya dengan lelaki yang dia rasa kini sangat menyebalkan baginya.Andini seolah lupa kalau sebelum mereka di nikahkan, mereka adalah sepasang sahabat yang seperti tidak bisa di pisahkan oleh apapun. Tapi kini, Andini menganggap Angga seperti orang asing, yang baru saja masuk ke dalam hidupnya dan merusak tatanan hidupnya.Terpaksa Andini mengikuti Angga meskipun dengan tampang kusutnya. Bibir mengerucut, tatapan matanya yang galak yang harus Angga nikmati sepanjang perjalanan ke mall."Beli mesin cuci dulu dan yang lainnya dulu ya, Ndin."

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 5

    "Sepertinya nama pengantin wanitanya yang tertulis di undangan bukan Andini. Tapi Vika atau siapa, gitu." "Iya, bener. Apa jangan-jangan yang ini udah di hamili duluan sama anaknya Pak Lurah." "Bisa jadi tuh. Mereka berdua kan, sering kemana-mana bareng. Ya kemana perginya kalau nggak kayak gituan." "Aduh, pergaulan anak jaman sekarang ngeri, ya, buk." "Jangan suka fitnah, ibu-ibu. Saya dengar si Vika itu lebih pilih ikut audisi nyanyi daripada melanjutkan pernikahannya dengan Angga." "Oh, begitu? Jadi, mungkin saja yang ini hanya di jadikan pengantin pengganti begitu, ya, Mama Helen? Aduh, kasian, ya, kalau begitu ceritanya. Bisa-bisa nanti yang ini di tinggalin kalau si Vika itu udah sukses dan balik lagi ke sini." "Keluarga Pak Seno mau aja, ya, anaknya di manfaatkan?" "Siapa yang bisa nolak, sih, Mama Karen kalau bisa jadi besannya kepala desa? Anak mantunya udah mapan, pekerjaannya dokter, ganteng lagi. Paket komplit i

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 4

    Hari yang dinanti oleh keluarga Angga dan Andini akhirnya tiba. Hari Minggu, 3 November 20xx menjadi hari dimana dua insan itu di persatukan dalam ikatan yang suci. Andaikan semua ini sesuai dengan pernikahan yang diimpikan oleh Andini dan juga pasangan yang Andini inginkan, pasti akan terasa membahagiakan bagi Andini. Sayangnya, dirinya hanya pengantin dadakan yang di minta untuk mengganti posisi Vika untuk menjadi pendamping Angga. Dirinya hanya di jadikan alat agar orangtua Angga tidak malu karena pernikahan anaknya gagal. Ya, harusnya Andini sadar akan hal ini sejak awal. Tapi Andini justru terlalu larut dalam kesedihannya. Sehingga tidak sadar bahwa hari pernikahannya telah tiba. Andini menuruni tangga. Dia terlihat sangat cantik dalam balutan gaun dengan detail kerah V-neck yang cantik. Gaun dengan aksen bordir bunga yang elegan dan warna pastel memberikan tampilan yang anggun dan manis secara instan. Gaun brokat yang mo

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status