Share

Part 6

Author: Dian15
last update Last Updated: 2021-09-09 22:26:17

Weekend, hari yang paling di tunggu oleh Andini. Dia bisa bangun siang sesuka hatinya tanpa takut terlambat pergi bekerja. 

Tapi, harapan tinggal harapan. Angga memaksanya untuk bangun karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli isi kulkas dan perabotan yang lainnya yang belum ada di rumah baru mereka.

Belanja adalah hal yang membahagiakan bagi Andini. Tapi kali ini tidak karena belanjanya dengan lelaki yang dia rasa kini sangat menyebalkan baginya.

Andini seolah lupa kalau sebelum mereka di nikahkan, mereka adalah sepasang sahabat yang seperti tidak bisa di pisahkan oleh apapun. Tapi kini, Andini menganggap Angga seperti orang asing, yang baru saja masuk ke dalam hidupnya dan merusak tatanan hidupnya.

Terpaksa Andini mengikuti Angga meskipun dengan tampang kusutnya. Bibir mengerucut, tatapan matanya yang galak yang harus Angga nikmati sepanjang perjalanan ke mall.

"Beli mesin cuci dulu dan yang lainnya dulu ya, Ndin."

"Terserah kamu aja!" jawab Andini dengan sengit.

Keduanya langsung turun dari mobil. Melangkah berdua menuju toko elektronik yang ada di dalam mall. 

Kalau bayangannya mereka bergandengan tangan, kalian salah!

Keduanya menjaga jarak, lebih tepatnya Andini yang menjaga jarak dari Angga. Andini merasa begitu enggan berdekatan dengan Angga. Dia harus membatasi diri agar tidak terlalu dekat dengan Angga.

"Mau yang satu tabung atau dua tabung, Ndin?" tanya Angga saat melihat mesin cuci.

"Dua aja," jawab Andini enggan.

"Oke." Tanpa bertanya lagi Andini menginginkan mesin cuci yang seperti apa, Angga segera memilih mesin cuci pilihannya.

Andini hanya bisa melongo melihat total belanjaan mereka di toko elektronik. Tidak hanya mesin cuci, tapi mulai dari blender, rice cooker terbaru, food processor merk terbaru, dan beberapa alat dapur modern dengan merk dan kualitas terbaru.

Belum selesai keterkejutan Andini dengan harga elektronik yang mereka beli, Angga sudah menarik tangannya menuju tempat perbelanjaan bahan dapur dan keperluan yang lainnya.

"Ambil agak banyak sekalian untuk stok sebulan, Ndin," titah Angga pada Andini yang sedang memasukkan beberapa pasta gigi ke dalam troli.

Andini tidak menjawab, tapi gerak tangannya melakukan sesuai dengan titah Angga.

Setelah bagian sabun dan alat mandi lainnya, Andini berjalan menuju ke bagian keperluannya sendiri sebagai seorang perempuan. Tanpa rasa malu, Andini memasukkan beberapa kotak pembalut siang dan malam ke dalam troli.

"Banyak amat, Ndin? Nggak ada rencana buat hamil dalam waktu dekat?"

Nyali Angga menciut saat mendapat tatapan kesal dari Andini. "Nggak usah banyak komentar. Atau kamu selesaikan sendiri belanjanya."

"Oke, oke," jawab Angga sambil mengangkat kedua tangannya. Tanda dia menyerah dan mengalah melawan sikap Andini.

Acara belanja yang berlangsung selama hampir empat jam itu akhirnya selesai juga. Setelah makan siang di sebuah restoran, Andini dan Angga akhirnya pulang ke rumah.

Angga mengurus barang-barang elektronik yang baru saja tiba. Sedangkan Andini mengurus belanjaan yang lainnya seperti sabun, bahan makanan dan buah-buahan.

Mulai dari menata sayur-sayuran dan buah-buahan ke dalam kulkas. Menempatkan bahan makanan pada tempat yang sudah dia siapkan. Sabun dan lainnya juga sudah berada di tempatnya.

Pekerjaan mereka belum selesai. Mereka masih harus menata barang elektronik lainnya yang mereka beli tadi.

"Capek banget." Andini merebahkan tubuhnya di atas karpet yang ada di ruang keluarga di lantai satu.

Waktu sudah hampir maghrib tapi mereka baru saja selesai menata hunian mereka menjadi lebih rapi dan tertata.

"Minum dulu, Ndin. Ada es jeruk nih."

"Wah, seger, nih." Andini mengambil segelas es jeruk yang ada di atas meja yang di letakkan oleh Angga.

Menenggaknya sedikit demi sedikit. Membasahi kerongkongannya yang terasa kering, serta menghilangkan dahaga yang dia rasakan setelah lelah seharian ini.

Angga tersenyum senang melihat Andini meminum minuman yang dia bawakan.

"Mandi dulu, Ndin. Habis itu sholat dan langsung istirahat," ucap Angga saat melihat Andini telah menghabiskan segelas es jeruknya.

Andini mengangguk dan segera beranjak menuju kamarnya tanpa banyak bicara pada Angga. Bahkan hanya sekedar mengucapkan terimakasih atas minuman yang baru saja dia habiskan.

Tapi, Angga tak masalah akan hal itu. Semua butuh waktu, termasuk untuk menaklukkan hati Andini.

***

Kelelahan membuat Andini terlambat bangun pagi ini. Pukul tujuh, biasanya dia sudah berangkat, kini dia baru saja selesai mandi. Semua karena dia sangat kelelahan sehingga setelah sholat subuh, dia kembali tertidur.

Andini berlari menuruni tangga setelah merasa penampilannya sudah rapi. 

"Sarapan dulu, Ndin," ucap Angga dengan sedikit berteriak. Andini langsung keluar rumah tanpa menyapanya yang sedang duduk di meja makan.

"Enggak sempat. Aku udah telat," balas Andini dengan sedikit berteriak juga. 

"Mau naik apa? Aku antar, ya."

Andini menggeleng tanpa menatap Angga. Dia masih sibuk memakai sepatunya. "Aku naik ojek aja, lebih cepat."

Baru saja Angga ingin menahan Andini, sekedar ingin di pamiti sebelum Andini pergi, Andini sudah berlari keluar gerbang karena ojek yang dia pesan sudah sampai.

Angga hanya mampu terdiam. Menelan bulat-bulat kekecewaannya atas sikap Andini yang sepertinya sangat enggan membuka hati untuknya.

Angga berpikir, apa susahnya bagi Andini untuk merubah perasaannya yang semula rasa sayang sebagai sahabat menjadi rasa sayang sebagai suami istri?

Apa susahnya bagi Andini menjalani pernikahan yang sudah menjadi takdir mereka?

***

Hari ini Angga sudah mulai masuk kerja. Hanya saja dia ada jadwal jaga malam. Jadi di pukul setengah empat sore, Angga baru berangkat ke rumah sakit.

"Angga, pengantin baru, nih." Salah satu rekannya yang sesama dokter, Sandy, menggoda si pengantin baru yang hanya bisa tersenyum tipis menutupi nasib pernikahannya.

Kalau pengantin lain, mungkin mereka masih panas-panasnya dalam segala hal di dalam pernikahan. Termasuk dalam berkasihsayang dan bercinta layaknya pengantin yang lain. Tapi, hal itu tidak terjadi pada kehidupan pernikahan Angga.

"Selamat ya, Dokter Angga. Maaf, kemarin saya tidak bisa datang." Dokter Namira, turut memberikan ucapan.

Dokter Namira adalah sosok yang sempat mencuri hatinya. Namun Angga harus patah hati karena ternyata Dokter Namira sudah menikah dua tahun yang lalu.

Bahkan saat Angga mulai ada rasa dengan Dokter Namira, saat itu juga Dokter Namira telah mengandung buah hatinya bersama suaminya yang tercinta.

Terlalu sedih jika di ceritakan kisah cinta Angga ini. Tampan, tapi tak beruntung dalam asmara.

"Terimakasih, Dok. Tidak masalah, yang terpenting adalah do'nya," balasnya dengan membalas jabat tangan dari Dokter Namira.

Tidak hanya dari Dokter Namira saja Angga mendapatkan ucapan selamat. Tapi juga dari dokter senior dan dokter-dokter yang lainnya.

Para perawat pun tak ketinggalan untuk mengucapkan selamat untuk pernikahan Angga. Lucunya, ada dari mereka yang terang-terangan mengatakan kalau dia patah hati melihat Angga bersanding dengan Andini di pelaminan.

Angga mulai bekerja setelah dua minggu lamanya dia libur karena menikah. Karena terlalu fokus bekerja di hari pertamanya, ada satu hal yang telah Angga lupakan.

***

"Ini anak kemana, sih? Udah jam segini belum pulang juga."

Andini merasa gusar karena Angga belum juga pulang. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas.

Ingin rasanya Andini menelpon kedua mertuanya dan bertanya di mana Angga berada. Tapi dia enggan. Dia takut akan membuat keluarga Angga khawatir karena keberadaan Angga yang tidak dia ketahui.

Andini juga tidak mau kalau mereka mengira Angga dan Andini sedang berada di dalam masalah.

Berkali-kali Andini mencoba menelepon Angga. Tapi tidak ada jawaban sama sekali. Puluhan chat yang dia kirimkan juga tidak terbalas. Jangankan terbalas, terbaca saja tidak.

Berkali-kali juga Andini melihat postingan di grup F******k, barangkali ada berita kecelakaan atau yang lain yang menyangkut suaminya.

"Astaghfirullahaladzim... Pikiranku buruk sekali. Masa aku sampai mencari postingan tentang Angga di grup F******k." Andini merutuki kebodohannya. Dia sadar bahwa pikiran dan ucapan adalah bagian dari doa.

Setelah satu jam, suara mobil Angga sudah memasuki halaman rumah mereka. Andini yang menyadarinya pun langsung berlari untuk membuka pintu.

"Kamu kemana aja, sih? Aku telepon nggak bisa, aku chat nggak di buka." Andini menatap Angga dengan tatapan marah bercampur lega dan bahagia.

Marah karena Angga pulang malam tanpa mengabarinya. Lega dan bahagia karena Angga pulang dalam keadaan selamat tak kurang satu apapun.

Angga sempat terperangah mendengar ucapan Andini. Dia langsung mengambil handphonenya. Dan benar saja, puluhan panggilan dan puluhan chat dari Andini memenuhi pemberitahuannya.

"Maaf, Ndin. Aku lupa kalau aku sudah masuk kerja dan dapat jadwal jaga malam ini. Aku tidak sempat buka handphone karena tadi ada beberapa korban kecelakaan yang harus mendapatkan perawatan yang intensif."

Setetes air mata Andini lolos begitu saja dari matanya. "Kamu tahu, Ga? Meskipun aku masih nggak terima akan pernikahan ini, tapi aku sangat khawatir kamu belum pulang sampai larut malam begini. Apalagi kamu nggak bisa di hubungi. Aku khawatir, Ga. Aku takut kamu kenapa-kenapa."

Angga menarik Andini ke dalam pelukannya. Ajaib, Andini tidak menolaknya. Justru Andini membalas pelukan Angga tak kalah erat.

"Iya. Aku minta maaf, ya. Ini yang pertama dan terakhir kalinya aku tidak memberi kamu kabar."

Andini mengangguk. Masih berada di dalam pelukan Angga.

"Masuk, yuk. Udah larut malam, dingin. Udara malam nggak bagus buat kesehatan."

Andini tak menolak saat Angga merangkul pundaknya dan mengajaknya untuk masuk ke dalam rumah.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 7

    Sebenarnya, Andini tidak terlalu bisa memasak. Dia hanya bisa memasak makanan sederhana saja. Seperti pagi ini, Andini hanya mampu memasak nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya sebagai topping.Dua piring nasi goreng sudah tersaji di atas meja. Entah bagaimana rasanya, namun Andini puas melihat hasil karya tangannya yang tak pernah di asah dalam hal memasak.Andini kembali naik ke lantai atas. Bukan untuk membangunkan Angga. Tapi untuk mengganti pakaiannya dengan baju kerja. Sejak awal memang Andini tak mau terlalu banyak ikut campur dalam urusan Angga. Termasuk masalah kapan dia harus bangun dan tidur kembali.Orang yang dulu sangat dekat seolah tak terpisahkan itu kini bak orang asing yang hidup dalam satu atap.Andini benar-benar membatasi dirinya agar tak terlalu dekat dengan Angga. Perasaannya sebagai seorang sahabat terasa sulit jika harus di ubah menjadi perasaan sebagai sepasang suami istri meskipun sudah seharusnya begitu.

    Last Updated : 2021-10-31
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 8

    "Hallo, La. Bilang ke temen-temen hari ini aku nggak jadi ikut, ya?""Kenapa, Ndin? Kita udah rencanakan ini jauh-jauh hari, loh. Kamu juga paling antusias waktu kita usul pergi ke pantai."Andini menghembuskan napas pelan. Memang sedikit menyesal tak bisa pergi ke pantai dengan teman-temannya. Tapi sepertinya kali ini rumah tangganya lebih penting dari apapun. Andini tidak bisa pergi dari rumah dalam keadaan Angga yang sedang marah."Iya, maaf. Maaf banget, La. Bilang ke temen-temen aku minta maaf, ya. Have fun buat kalian.""Oke kalau gitu, Ndin. Aku sampaikan ke teman-teman."Andini hanya bisa memperhatikan pintu kamar Angga yang tertutup rapat. Andini tau Angga tengah kecewa kepadanya. Mungkin Angga sudah mulai lelah menghadapi sikapnya yang enggan untuk berdamai dengan keadaan.Mendadak Andini takut kalau Angga benar-benar mengabulkan permintaan Andini selama ini. Yaitu berpisah. Andini takut Angga akan benar-benar menceraikan dir

    Last Updated : 2022-02-14
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 9

    Andini mengerjap pelan. Matanya menyesuaikan cahaya lampu yang menyala dengan terang.Ketika dia berusaha menggerakkan tubuhnya, dia mengernyitkan keningnya. Tubuhnya terasa sulit untuk digerakkan. Seperti ada beban yang menimpa tubuhnya.Seketika Andini menjauhkan tubuhnya saat dia menyadari tubuhnya sedang berada dalam pelukan Angga.Guling yang semalam dijadikan pembatas sudah teronggok di atas lantai. Entah siapa yang membuangnya, yang jelas Andini merasa tidak terima karena Angga mencari kesempatan untuk memeluk dirinya tanpa ijin."Hai, istri," sapa Angga dengan renyah saat matanya juga terbuka setelah merasakan gerakan di sampingnya.Andini memasang wajah datar. "Geli banget dipanggil begitu," balasnya sedikit ketus."Istri orang lain dipanggil begitu seneng, tersipu. Ini kenapa istriku dipanggil begitu malah kayak gini ekspresinya, sih?"

    Last Updated : 2022-02-18
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 10

    Pagi ini Angga dan Andini berangkat bersama. Baru kali ini Andini dengan suka rela mengiyakan permintaan Angga untuk berangkat bekerja bersama.Biasanya Andini akan beralasan kalau naik mobil pasti macet dan bisa jadi terlambat ke kantor.Tapi kali ini Andini tak banyak protes saat mobil Angga terjebak dalam kemacetan panjang. Sudah pukul tujuh. Itu artinya setengah jam lagi Andini harus sudah sampai di kantor kalau tidak mau dipotong gaji.Andini merasa, lebih baik dia berdoa agar mobil Angga segera lepas dari kemacetan daripada dia menggerutu kesal. Membuang-buang tenaga saja."Nanti sore kalau aku belum jemput kamu, kamu pesan taksi online aja, ya. Atau minta dijemput Bayu.""Tuh, kan. Kayak gini kalau bareng kamu, tuh. Belum tentu bisa jemput. Kadang telat jemputnya.""Kamu kayaknya kesel, ya, Ndin? Tapi nggak nolak waktu aku ajak bareng. Apa lagi pengen sama aku terus?""Kalau iya memangnya kenapa?" Da

    Last Updated : 2022-03-18
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Malam Pertama?

    Setiap berangkat bekerja bersama Angga, belum tentu pulangnya bisa dijemput Angga pula.Seperti sore ini, Andini harus pulang dengan naik ojek karena Angga tak bisa menjemputnya karena masih ada pasien.Harusnya Andini percaya. Tapi entah kenapa hatinya tidak bisa tenang. Bayangan Angga akan melakukan hal yang sama dengan dia atasan Andini terus terlihat di depan mata.Rasanya Andini tidak rela jika harus berbagi suaminya dengan wanita lain. Jangan sampai. Andini tidak mau."Hati-hati kalau suami kamu bisa kayak Pak Sandy. Nyesel kamu ntar."Ucapan Lila terus saja terngiang. Andini menggelengkan kepalanya pelan untuk mengenyahkan pikiran buruk itu dari kepalanya.Sesampainya di rumah, Andini langsung membersihkan dirinya. Menyiapkan makan malam yang dia pesan melalui online. Malam ini dia tidak ingin bau dapur. Jadi dia lebih memilih memesan makanan daripada harus memasak.Setelah semuanya selesai, Angga belum juga pulan

    Last Updated : 2022-03-23
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Kembali?

    Mata Andini terpejam. Napasnya terengah menikmati sisa permainan panas yang efek dari pelepasan yang terjadi itu belum juga usai.Angga masih enggan untuk memisahkan diri. Tubuh telanjangnya masih berada di atas tubuh Andini yang berkeringat. Berada di dalam Andini terasa begitu nikmat sampai dia tak ingin terpisah dan ingin kembali mengulangnya lagi nanti setelah keduanya beristirahat."Angga, kamu berat banget. Sesak napas akunya," keluh Andini berusaha untuk menyingkirkan tubuh Angga.Angga tertawa pelan. "Maaf," ucap Angga.Kerutan di kening Andini serta desisan pelan yang keluar dari bibir Andini mengiringi keluarnya milik Angga dari dalam milik Andini.Perih itu kembali terasa. Bersamaan dengan itu, cairan milik Angga yang bercampur dengan darah keperawanan Andini mengalir keluar. Angga tersenyum bangga.Dia menjadi yang pertama bagi Andini. Selama ini, dia hanya bisa melihat Andini sebatas tanpa hijab

    Last Updated : 2022-03-26
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 1

    Parahnya Angga, dia meminta Andini untuk datang kerumahnya hanya untuk mendengarkan kisah cintanya yang kandas lagi.Dan kali ini sepertinya sudah yang paling parah. Hubungannya dengan kekasihnya berakhir disaat hari pernikahan mereka tinggal seminggu lagi."Aku harus gimana, dong, Ndin? Semua sudah siap. Kalau bapak sama ibu tahu soal ini mereka pasti marah besar."Andini memandang Angga yang berjalan mondar-mandir seperti setrika sambil mengacak-acak rambutnya. "Aku mana bisa kasih solusi sih, Ga? Yang pasti harus ngomong ke bapak sama ibu kamu. Lagian cewek kamu ada-ada aja, sih. Rela batalin nikah cuma mau ikut audisi nyanyi. Iya kalau dia bisa lolos. Kalau enggak, apa nggak malu?""Bantu aku ngomong ke bapak sama ibu, ya, Ndin?""Eehhh... Nggak mau. Aku nggak mau ikut campur urusan kamu, ya."Angga bersimpuh di hadapan Andini. Kedua tangann

    Last Updated : 2021-07-28
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 2

    Angga menatap punggung Andini yang bergerak menjauh. Rasa bersalah tentu saja dia rasakan. Tapi Angga juga tidak ada pilihan lain selain menuruti apa kata orangtuanya yang tidak ingin menanggung malu karena anaknya batal menikah.Dan kandidat satu-satunya adalah Andini. Sahabatnya yang sudah dianggap seperti anak sendiri oleh kedua orangtuanya.Angga merasa tidak berguna karena sudah membuat sahabatnya sedih. Pernikahan ini tidak mudah di terima oleh Andini. Semua salahnya yang terlalu buru-buru untuk menikahi Vika tanpa mencari tahu bagaimana watak gadis itu terlebih dahulu.Saat pertama mengenal Vika sampai pada akhirnya Angga memberanikan diri untuk melamarnya, Vika selalu menunjukkan sikap yang baik. Entah di depan Angga ataupun di depan orangtua Angga.Vika juga pernah bercerita kalau dia memiliki mimpi untuk menjadi seorang penyanyi yang terkenal. Dia memiliki suara yang bagus dan tergabung dalam sebuah grup campursari yang sering di m

    Last Updated : 2021-07-29

Latest chapter

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Kembali?

    Mata Andini terpejam. Napasnya terengah menikmati sisa permainan panas yang efek dari pelepasan yang terjadi itu belum juga usai.Angga masih enggan untuk memisahkan diri. Tubuh telanjangnya masih berada di atas tubuh Andini yang berkeringat. Berada di dalam Andini terasa begitu nikmat sampai dia tak ingin terpisah dan ingin kembali mengulangnya lagi nanti setelah keduanya beristirahat."Angga, kamu berat banget. Sesak napas akunya," keluh Andini berusaha untuk menyingkirkan tubuh Angga.Angga tertawa pelan. "Maaf," ucap Angga.Kerutan di kening Andini serta desisan pelan yang keluar dari bibir Andini mengiringi keluarnya milik Angga dari dalam milik Andini.Perih itu kembali terasa. Bersamaan dengan itu, cairan milik Angga yang bercampur dengan darah keperawanan Andini mengalir keluar. Angga tersenyum bangga.Dia menjadi yang pertama bagi Andini. Selama ini, dia hanya bisa melihat Andini sebatas tanpa hijab

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Malam Pertama?

    Setiap berangkat bekerja bersama Angga, belum tentu pulangnya bisa dijemput Angga pula.Seperti sore ini, Andini harus pulang dengan naik ojek karena Angga tak bisa menjemputnya karena masih ada pasien.Harusnya Andini percaya. Tapi entah kenapa hatinya tidak bisa tenang. Bayangan Angga akan melakukan hal yang sama dengan dia atasan Andini terus terlihat di depan mata.Rasanya Andini tidak rela jika harus berbagi suaminya dengan wanita lain. Jangan sampai. Andini tidak mau."Hati-hati kalau suami kamu bisa kayak Pak Sandy. Nyesel kamu ntar."Ucapan Lila terus saja terngiang. Andini menggelengkan kepalanya pelan untuk mengenyahkan pikiran buruk itu dari kepalanya.Sesampainya di rumah, Andini langsung membersihkan dirinya. Menyiapkan makan malam yang dia pesan melalui online. Malam ini dia tidak ingin bau dapur. Jadi dia lebih memilih memesan makanan daripada harus memasak.Setelah semuanya selesai, Angga belum juga pulan

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 10

    Pagi ini Angga dan Andini berangkat bersama. Baru kali ini Andini dengan suka rela mengiyakan permintaan Angga untuk berangkat bekerja bersama.Biasanya Andini akan beralasan kalau naik mobil pasti macet dan bisa jadi terlambat ke kantor.Tapi kali ini Andini tak banyak protes saat mobil Angga terjebak dalam kemacetan panjang. Sudah pukul tujuh. Itu artinya setengah jam lagi Andini harus sudah sampai di kantor kalau tidak mau dipotong gaji.Andini merasa, lebih baik dia berdoa agar mobil Angga segera lepas dari kemacetan daripada dia menggerutu kesal. Membuang-buang tenaga saja."Nanti sore kalau aku belum jemput kamu, kamu pesan taksi online aja, ya. Atau minta dijemput Bayu.""Tuh, kan. Kayak gini kalau bareng kamu, tuh. Belum tentu bisa jemput. Kadang telat jemputnya.""Kamu kayaknya kesel, ya, Ndin? Tapi nggak nolak waktu aku ajak bareng. Apa lagi pengen sama aku terus?""Kalau iya memangnya kenapa?" Da

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 9

    Andini mengerjap pelan. Matanya menyesuaikan cahaya lampu yang menyala dengan terang.Ketika dia berusaha menggerakkan tubuhnya, dia mengernyitkan keningnya. Tubuhnya terasa sulit untuk digerakkan. Seperti ada beban yang menimpa tubuhnya.Seketika Andini menjauhkan tubuhnya saat dia menyadari tubuhnya sedang berada dalam pelukan Angga.Guling yang semalam dijadikan pembatas sudah teronggok di atas lantai. Entah siapa yang membuangnya, yang jelas Andini merasa tidak terima karena Angga mencari kesempatan untuk memeluk dirinya tanpa ijin."Hai, istri," sapa Angga dengan renyah saat matanya juga terbuka setelah merasakan gerakan di sampingnya.Andini memasang wajah datar. "Geli banget dipanggil begitu," balasnya sedikit ketus."Istri orang lain dipanggil begitu seneng, tersipu. Ini kenapa istriku dipanggil begitu malah kayak gini ekspresinya, sih?"

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 8

    "Hallo, La. Bilang ke temen-temen hari ini aku nggak jadi ikut, ya?""Kenapa, Ndin? Kita udah rencanakan ini jauh-jauh hari, loh. Kamu juga paling antusias waktu kita usul pergi ke pantai."Andini menghembuskan napas pelan. Memang sedikit menyesal tak bisa pergi ke pantai dengan teman-temannya. Tapi sepertinya kali ini rumah tangganya lebih penting dari apapun. Andini tidak bisa pergi dari rumah dalam keadaan Angga yang sedang marah."Iya, maaf. Maaf banget, La. Bilang ke temen-temen aku minta maaf, ya. Have fun buat kalian.""Oke kalau gitu, Ndin. Aku sampaikan ke teman-teman."Andini hanya bisa memperhatikan pintu kamar Angga yang tertutup rapat. Andini tau Angga tengah kecewa kepadanya. Mungkin Angga sudah mulai lelah menghadapi sikapnya yang enggan untuk berdamai dengan keadaan.Mendadak Andini takut kalau Angga benar-benar mengabulkan permintaan Andini selama ini. Yaitu berpisah. Andini takut Angga akan benar-benar menceraikan dir

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 7

    Sebenarnya, Andini tidak terlalu bisa memasak. Dia hanya bisa memasak makanan sederhana saja. Seperti pagi ini, Andini hanya mampu memasak nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya sebagai topping.Dua piring nasi goreng sudah tersaji di atas meja. Entah bagaimana rasanya, namun Andini puas melihat hasil karya tangannya yang tak pernah di asah dalam hal memasak.Andini kembali naik ke lantai atas. Bukan untuk membangunkan Angga. Tapi untuk mengganti pakaiannya dengan baju kerja. Sejak awal memang Andini tak mau terlalu banyak ikut campur dalam urusan Angga. Termasuk masalah kapan dia harus bangun dan tidur kembali.Orang yang dulu sangat dekat seolah tak terpisahkan itu kini bak orang asing yang hidup dalam satu atap.Andini benar-benar membatasi dirinya agar tak terlalu dekat dengan Angga. Perasaannya sebagai seorang sahabat terasa sulit jika harus di ubah menjadi perasaan sebagai sepasang suami istri meskipun sudah seharusnya begitu.

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 6

    Weekend, hari yang paling di tunggu oleh Andini. Dia bisa bangun siang sesuka hatinya tanpa takut terlambat pergi bekerja.Tapi, harapan tinggal harapan. Angga memaksanya untuk bangun karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli isi kulkas dan perabotan yang lainnya yang belum ada di rumah baru mereka.Belanja adalah hal yang membahagiakan bagi Andini. Tapi kali ini tidak karena belanjanya dengan lelaki yang dia rasa kini sangat menyebalkan baginya.Andini seolah lupa kalau sebelum mereka di nikahkan, mereka adalah sepasang sahabat yang seperti tidak bisa di pisahkan oleh apapun. Tapi kini, Andini menganggap Angga seperti orang asing, yang baru saja masuk ke dalam hidupnya dan merusak tatanan hidupnya.Terpaksa Andini mengikuti Angga meskipun dengan tampang kusutnya. Bibir mengerucut, tatapan matanya yang galak yang harus Angga nikmati sepanjang perjalanan ke mall."Beli mesin cuci dulu dan yang lainnya dulu ya, Ndin."

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 5

    "Sepertinya nama pengantin wanitanya yang tertulis di undangan bukan Andini. Tapi Vika atau siapa, gitu." "Iya, bener. Apa jangan-jangan yang ini udah di hamili duluan sama anaknya Pak Lurah." "Bisa jadi tuh. Mereka berdua kan, sering kemana-mana bareng. Ya kemana perginya kalau nggak kayak gituan." "Aduh, pergaulan anak jaman sekarang ngeri, ya, buk." "Jangan suka fitnah, ibu-ibu. Saya dengar si Vika itu lebih pilih ikut audisi nyanyi daripada melanjutkan pernikahannya dengan Angga." "Oh, begitu? Jadi, mungkin saja yang ini hanya di jadikan pengantin pengganti begitu, ya, Mama Helen? Aduh, kasian, ya, kalau begitu ceritanya. Bisa-bisa nanti yang ini di tinggalin kalau si Vika itu udah sukses dan balik lagi ke sini." "Keluarga Pak Seno mau aja, ya, anaknya di manfaatkan?" "Siapa yang bisa nolak, sih, Mama Karen kalau bisa jadi besannya kepala desa? Anak mantunya udah mapan, pekerjaannya dokter, ganteng lagi. Paket komplit i

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 4

    Hari yang dinanti oleh keluarga Angga dan Andini akhirnya tiba. Hari Minggu, 3 November 20xx menjadi hari dimana dua insan itu di persatukan dalam ikatan yang suci. Andaikan semua ini sesuai dengan pernikahan yang diimpikan oleh Andini dan juga pasangan yang Andini inginkan, pasti akan terasa membahagiakan bagi Andini. Sayangnya, dirinya hanya pengantin dadakan yang di minta untuk mengganti posisi Vika untuk menjadi pendamping Angga. Dirinya hanya di jadikan alat agar orangtua Angga tidak malu karena pernikahan anaknya gagal. Ya, harusnya Andini sadar akan hal ini sejak awal. Tapi Andini justru terlalu larut dalam kesedihannya. Sehingga tidak sadar bahwa hari pernikahannya telah tiba. Andini menuruni tangga. Dia terlihat sangat cantik dalam balutan gaun dengan detail kerah V-neck yang cantik. Gaun dengan aksen bordir bunga yang elegan dan warna pastel memberikan tampilan yang anggun dan manis secara instan. Gaun brokat yang mo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status