Share

Part 9

Penulis: Dian15
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-18 19:28:43

Andini mengerjap pelan. Matanya menyesuaikan cahaya lampu yang menyala dengan terang. 

Ketika dia berusaha menggerakkan tubuhnya, dia mengernyitkan keningnya. Tubuhnya terasa sulit untuk digerakkan. Seperti ada beban yang menimpa tubuhnya.

Seketika Andini menjauhkan tubuhnya saat dia menyadari tubuhnya sedang berada dalam pelukan Angga.

Guling yang semalam dijadikan pembatas sudah teronggok di atas lantai. Entah siapa yang membuangnya, yang jelas Andini merasa tidak terima karena Angga mencari kesempatan untuk memeluk dirinya tanpa ijin.

"Hai, istri," sapa Angga dengan renyah saat matanya juga terbuka setelah merasakan gerakan di sampingnya.

Andini memasang wajah datar. "Geli banget dipanggil begitu," balasnya sedikit ketus.

"Istri orang lain dipanggil begitu seneng, tersipu. Ini kenapa istriku dipanggil begitu malah kayak gini ekspresinya, sih?"

"Itu orang lain, bukan aku," ujar Andini tak mau kalah. "Itu guling kenapa bisa ada di bawah? Kamu buang, ya?" tanya Andini sambil menunjuk guling dengan dagunya.

Angga mengendikkan bahunya dengan cuek sambil beranjak dari tempat tidur. "Mana aku tau. Jatuh sendiri kali. Kalau nggak ya kamu yang jatuhin sendiri."

"Enggak mungkin aku yang buang, Ga. Pasti kamu, kan? Bilang aja mau cari-cari kesempatan buat peluk aku. Dasar_"

"Sssttt!" Angga menempelkan jari telunjuknya pada bibir Andini. Membuat Andini terdiam seketika.

Dadanya berdegup kencang saat wajah Angga begitu dekat dengan wajahnya. Ditambah lagi dengan Angga yang membuka sedikit bibirnya, lalu berbisik di telinga Andini dengan pelan. "Jangan ngomel mulu pagi-pagi. Udah adzan, tuh. Wudhu, terus sholat."

Tubuh Andini menegang, terdiam di tempatnya. Sentuhan kecil dari Angga saja sudah bisa membekukan tubuhnya seperti ini. 

Andini masih diam meskipun Angga sudah berlalu dari hadapannya dan masuk ke dalam kamar mandi.

Segera Andini mengumpulkan kesadarannya, lalu kembali ke kamarnya sendiri. Setelah ini dia juga harus mandi dan menyiapkan sarapan sebelum dia berangkat bekerja.

***

"Mbak Ningsih udah lahiran? Kok, aku nggak tau? Kapan lahirannya, Mbak?"

Andini berjalan memasuki halaman rumah Ningsih. Ningsih sedang berjemur dengan memangku bayinya. Terakhir Andini bertemu dengan Ningsih, wanita itu masih dalam keadaan hamil besar.  

"Udah kemarin lusa, Ndin. Kamu kemarin nggak keluar rumah, ya, sampai nggak tau aku udah lahiran."

Andini tersenyum canggung. Malu karena tetangga dekat tapi tidak tau apa-apa. "Iya, Mbak. Kemarin capek banget, jadi seharian cuma di rumah aja," jawabnya sedikit berbohong. 

Kemarin hatinya sudah kalut karena tak mendapatkan kabar apapun tentang Angga. Dan hal itu membuatnya malas melakukan aktivitas apapun selain menyiapkan makanan untuk Angga.

"Jangan terlalu capek. Pengantin baru butuh tenaga banyak, loh, Ndin."

"Buat apa, Mbak? Kayaknya setiap hari kita biasa-biasa aja, Mbak."

Ningsih tertawa kecil mendengar jawaban Andini yang tidak nyambung dengan apa yang dia maksud. "Kalau masih pengantin baru biasanya tenaganya dobel-dobel, sih."

"Apaan, sih, Mbak? Aku nggak paham, deh. Beneran."

Lagi-lagi Ningsih tertawa. Mungkin memang Andini masih terlalu polos dalam hal seperti ini, pikirnya.

"Eh, semalam keganggu nggak sama tangisan anakku? Dia nangis kenceng banget kalau lagi haus."

"Semalam?" Andini memastikan.

Ningsih menganggukkan kepalanya. "Iya. Semalam dia nangis kenceng banget, Ndin."

Semalam memang Andini mendengar tangisan bayi. Dia pikir itu hantu, anak dari wanita hamil yang kemarin lusa meninggal. Ternyata suara tangisan itu berasal dari anak bayi Ningsih.

Dalam hati Andini merutuki Angga yang begitu licik mengambil kesempatan tersebut untuk menakut-nakuti Andini. Angga tau kalau Andini penakut. 

Setelah ini, Andini akan memberi pelajaran untuk Angga yang sudah tega membodohinya. Bahkan semalam mengambil kesempatan agar bisa memeluknya. 

"Mbak, aku pulang dulu, ya. Takut Angga udah nunggu sarapannya. Nanti sore aku kesini lagi, deh, sama Angga. Sekalian bawa kado buat dedek bayinya. Ih, gemes banget, sih, Mbak." Andini mengusap pelan pipi lembut bayi yang masih merah yang ada di pangkuan Ningsih.

"Nggak usah repot-repot, Ndin. Didoain aja udah seneng, kok. Kamu cepetan nyusul, ya, punya yang lucu begini."

Mendengar itu, Andini tersenyum canggung. Jangankan punya, proses pembuatannya saja Andini belum melakukannya. "Iya, mbak. Aku pamit, ya."

"Iya, Ndin."

***

Angga sedang mengenakan sepatunya saat Andini datang dengan langkah tergesa. Tanpa basa-basi, Andini memukul Angga menggunakan bantal sofa yang ada di dekat Angga.

"Apa, sih, Ndin? Datang-datang main pukul aja."

"Ngeselin banget kamu, Ga! Emang dasar licik! Nyebelin!"

Keduanya berlarian di dalam rumah. Andini masih memegang bantal dan dipukulkan ke Angga.

"Ndin, udah, Ndin. Kamu kenapa, sih?"

"Aku sebel sama kamu, Angga. Kamu licik, nyebelin!"

Andini kembali mengayunkan bantal tersebut. Sayang, bukan Angga yang terkenal pukulan justru kaki Andini tersandung kaki meja sehingga dia terjatuh. Tubuhnya menabrak Angga sehingga Angga ikut terjatuh. Andini menimpa tubuh Angga.

Dengan napas yang masih memburu karena kelelahan berlari, mereka berdua saling menatap lekat.

Jantung Andini semakin berdebar kencang kala tangan Angga mengusap pipi Andini dengan lembut. "Kenapa?" tanya Angga dengan lembut pula.

Andini menghembuskan nafas dengan kasar. Bangun dari atas tubuh Angga dan duduk di atas karpet bersandar pada sofa. "Semalam kamu ngerjain aku, kan?"

"Ngerjain gimana, sih? Orang tidur mana bisa ngerjain kamu?"

"Iiihhhhh...."

"Aduh, Ndin, sakit." Angga berteriak kesakitan saat Andini mencubit perutnya dengan keras. "Dari kemarin KDRT mulu kamu itu."

"Biarin. Itu hukuman buat suami yang suka ngerjain istrinya."

"Ciye, suami, ciyeee.... Sekarang bilangnya udah suami istri, ya?"

Pipi Andini bersemu merah. "Apaan, sih! Nggak usah mengalihkan pembicaraan. Semalam itu suara tangisan anaknya Mbak Ningsih, kan? Yang kemarin malam juga. Kamu sengaja bohongin aku buat cari kesempatan, kan?"

Tadinya, Angga ingin menahan tawanya mendengar Andini mengomel. Tapi akhirnya tawa itu pecah juga. Angga tertawa terbahak sampai perutnya terasa kram.

"Apanya yang lucu, sih?"

"Aku nggak bohong, Ndin. Kan, memang ada anak bayi nangis. Kamu aja yang penakut."

"Iya juga, sih." Andini membenarkan ucapan Angga. Memang ada suara bayi menangis. Angga pun tak mengatakan kalau itu hantu. Andini saya yang overthingking. "Kalau gitu, nanti malam aku tidur sendiri lagi."

"Jangan, dong." Angga menyela dengan cepat. 

"Kenapa?"

"Nggak ada tidur sendiri lagi mulai sekarang. Nurut sama suami. Kalau nggak nurut bisa dosa."

"Ih, nggak mau. Aku tetap mau tidur sendiri."

"Oke kalau gitu." Angga menegakkan tubuhnya. Dia melipat kedua lengan kemejanya hingga ke siku. Angga menatap Andini dengan lekat. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyuman misterius.

Tanpa Andini siap, Angga mendekatkan wajahnya ke wajah Andini. Membuat Andini menjauhkan wajahnya, tapi tak bisa terlalu jauh karena tubuhnya sudah mentok pada sofa. "Mau apa kamu, Ga?" tanya Andini dengan suara bergetar. Jantungnya kembali berlompatan. Pikirannya sibuk menerka apa yang akan Angga lakukan.

"Nurut sama aku, atau aku unboxing kamu saat ini juga!"

"Angga gila!"

Tangan Andini berusaha mendorong tubuh Angga yang semakin dekat. Tapi justru kedua tangannya terkurung dalam genggaman Angga. Andini tak bisa bergerak banyak karena Angga sudah menduduki kaki Andini yang sedang selonjoran.

"Minta hakku sendiri masa dibilang gila, sih, Ndin? Ayolah. Aku udah tahan ini selama hampir dua bulan, loh. Nggak kasian kamu sama aku? Punya istri tapi nggak dikasih jatah. Pengen itu tapi nggak bisa padahal ada kamu yang halal untuk aku apa-apain. Please, Ndin. Nahan kayak gitu tuh nggak enak."

"Angga... Jangan bikin aku takut. Kamu tau aku belum siap."

"Belum siap atau tidak mau?"

"Belum siap, Angga. Kasih aku waktu untuk itu."

"Sampai kapan?"

Andini menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tau."

"Kalau gitu kamu harus mau tidur sama aku terus kalau kamu nggak mau aku paksa saat ini juga."

Andini menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. Matanya terpejam dan akhirnya dia mengambil keputusan. "Oke," jawabnya yang membuat Angga tersenyum lebar.

"Good girl!" ucap Angga sembari mengacak jilbab Andini yang sudah berantakan padahal belum berangkat bekerja.

Angga bernapas lega. Setidaknya dia dan Andini bisa selangkah lebih dekat lagi setelah kemarin dia mengucapkan cinta pada Andini.

🌹🌹🌹

Bab terkait

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 10

    Pagi ini Angga dan Andini berangkat bersama. Baru kali ini Andini dengan suka rela mengiyakan permintaan Angga untuk berangkat bekerja bersama.Biasanya Andini akan beralasan kalau naik mobil pasti macet dan bisa jadi terlambat ke kantor.Tapi kali ini Andini tak banyak protes saat mobil Angga terjebak dalam kemacetan panjang. Sudah pukul tujuh. Itu artinya setengah jam lagi Andini harus sudah sampai di kantor kalau tidak mau dipotong gaji.Andini merasa, lebih baik dia berdoa agar mobil Angga segera lepas dari kemacetan daripada dia menggerutu kesal. Membuang-buang tenaga saja."Nanti sore kalau aku belum jemput kamu, kamu pesan taksi online aja, ya. Atau minta dijemput Bayu.""Tuh, kan. Kayak gini kalau bareng kamu, tuh. Belum tentu bisa jemput. Kadang telat jemputnya.""Kamu kayaknya kesel, ya, Ndin? Tapi nggak nolak waktu aku ajak bareng. Apa lagi pengen sama aku terus?""Kalau iya memangnya kenapa?" Da

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-18
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Malam Pertama?

    Setiap berangkat bekerja bersama Angga, belum tentu pulangnya bisa dijemput Angga pula.Seperti sore ini, Andini harus pulang dengan naik ojek karena Angga tak bisa menjemputnya karena masih ada pasien.Harusnya Andini percaya. Tapi entah kenapa hatinya tidak bisa tenang. Bayangan Angga akan melakukan hal yang sama dengan dia atasan Andini terus terlihat di depan mata.Rasanya Andini tidak rela jika harus berbagi suaminya dengan wanita lain. Jangan sampai. Andini tidak mau."Hati-hati kalau suami kamu bisa kayak Pak Sandy. Nyesel kamu ntar."Ucapan Lila terus saja terngiang. Andini menggelengkan kepalanya pelan untuk mengenyahkan pikiran buruk itu dari kepalanya.Sesampainya di rumah, Andini langsung membersihkan dirinya. Menyiapkan makan malam yang dia pesan melalui online. Malam ini dia tidak ingin bau dapur. Jadi dia lebih memilih memesan makanan daripada harus memasak.Setelah semuanya selesai, Angga belum juga pulan

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-23
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Kembali?

    Mata Andini terpejam. Napasnya terengah menikmati sisa permainan panas yang efek dari pelepasan yang terjadi itu belum juga usai.Angga masih enggan untuk memisahkan diri. Tubuh telanjangnya masih berada di atas tubuh Andini yang berkeringat. Berada di dalam Andini terasa begitu nikmat sampai dia tak ingin terpisah dan ingin kembali mengulangnya lagi nanti setelah keduanya beristirahat."Angga, kamu berat banget. Sesak napas akunya," keluh Andini berusaha untuk menyingkirkan tubuh Angga.Angga tertawa pelan. "Maaf," ucap Angga.Kerutan di kening Andini serta desisan pelan yang keluar dari bibir Andini mengiringi keluarnya milik Angga dari dalam milik Andini.Perih itu kembali terasa. Bersamaan dengan itu, cairan milik Angga yang bercampur dengan darah keperawanan Andini mengalir keluar. Angga tersenyum bangga.Dia menjadi yang pertama bagi Andini. Selama ini, dia hanya bisa melihat Andini sebatas tanpa hijab

    Terakhir Diperbarui : 2022-03-26
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 1

    Parahnya Angga, dia meminta Andini untuk datang kerumahnya hanya untuk mendengarkan kisah cintanya yang kandas lagi.Dan kali ini sepertinya sudah yang paling parah. Hubungannya dengan kekasihnya berakhir disaat hari pernikahan mereka tinggal seminggu lagi."Aku harus gimana, dong, Ndin? Semua sudah siap. Kalau bapak sama ibu tahu soal ini mereka pasti marah besar."Andini memandang Angga yang berjalan mondar-mandir seperti setrika sambil mengacak-acak rambutnya. "Aku mana bisa kasih solusi sih, Ga? Yang pasti harus ngomong ke bapak sama ibu kamu. Lagian cewek kamu ada-ada aja, sih. Rela batalin nikah cuma mau ikut audisi nyanyi. Iya kalau dia bisa lolos. Kalau enggak, apa nggak malu?""Bantu aku ngomong ke bapak sama ibu, ya, Ndin?""Eehhh... Nggak mau. Aku nggak mau ikut campur urusan kamu, ya."Angga bersimpuh di hadapan Andini. Kedua tangann

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-28
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 2

    Angga menatap punggung Andini yang bergerak menjauh. Rasa bersalah tentu saja dia rasakan. Tapi Angga juga tidak ada pilihan lain selain menuruti apa kata orangtuanya yang tidak ingin menanggung malu karena anaknya batal menikah.Dan kandidat satu-satunya adalah Andini. Sahabatnya yang sudah dianggap seperti anak sendiri oleh kedua orangtuanya.Angga merasa tidak berguna karena sudah membuat sahabatnya sedih. Pernikahan ini tidak mudah di terima oleh Andini. Semua salahnya yang terlalu buru-buru untuk menikahi Vika tanpa mencari tahu bagaimana watak gadis itu terlebih dahulu.Saat pertama mengenal Vika sampai pada akhirnya Angga memberanikan diri untuk melamarnya, Vika selalu menunjukkan sikap yang baik. Entah di depan Angga ataupun di depan orangtua Angga.Vika juga pernah bercerita kalau dia memiliki mimpi untuk menjadi seorang penyanyi yang terkenal. Dia memiliki suara yang bagus dan tergabung dalam sebuah grup campursari yang sering di m

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-29
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 3

    Perjalanan pulang, Andini tidak dibiarkan untuk naik motor Bayu. Malam sudah menyapa dan udara begitu dingin. Andai bisa, Bayu sendiri diminta untuk naik mobil. Tapi motor Bayu tidak ada yang membawa pulang atau tidak ada tempat penitipan motor di sekitar bukit tersebut.Lagi pula, Bayu sendiri lebih memilih untuk naik motor ketimbang naik mobil. Selain membanggakan dirinya adalah laki-laki, Bayu juga mengatakan bahwa dia tidak ingin mengganggu Andini dan Angga yang barangkali ingin berduaan saja.Andini memutar bola matanya. Jengah mendengar godaan Bayu. Kalau saja Andini bisa, Andini juga lebih memilih untuk naik motor bersama Bayu. Tapi Angga mengancam akan menelepon ayah Andini jika Andini tidak menuruti keinginan Angga.Andini kesal. Dengan kasar dia membuka pintu mobil Angga dan menutupnya dengan keras. Mentang-mentang ayahnya tidak bisa di bantah, hal itu di jadikan senjata bagi Angga."Mampir toserba dulu, ya.""Buat apa?

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-30
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 4

    Hari yang dinanti oleh keluarga Angga dan Andini akhirnya tiba. Hari Minggu, 3 November 20xx menjadi hari dimana dua insan itu di persatukan dalam ikatan yang suci. Andaikan semua ini sesuai dengan pernikahan yang diimpikan oleh Andini dan juga pasangan yang Andini inginkan, pasti akan terasa membahagiakan bagi Andini. Sayangnya, dirinya hanya pengantin dadakan yang di minta untuk mengganti posisi Vika untuk menjadi pendamping Angga. Dirinya hanya di jadikan alat agar orangtua Angga tidak malu karena pernikahan anaknya gagal. Ya, harusnya Andini sadar akan hal ini sejak awal. Tapi Andini justru terlalu larut dalam kesedihannya. Sehingga tidak sadar bahwa hari pernikahannya telah tiba. Andini menuruni tangga. Dia terlihat sangat cantik dalam balutan gaun dengan detail kerah V-neck yang cantik. Gaun dengan aksen bordir bunga yang elegan dan warna pastel memberikan tampilan yang anggun dan manis secara instan. Gaun brokat yang mo

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-02
  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 5

    "Sepertinya nama pengantin wanitanya yang tertulis di undangan bukan Andini. Tapi Vika atau siapa, gitu." "Iya, bener. Apa jangan-jangan yang ini udah di hamili duluan sama anaknya Pak Lurah." "Bisa jadi tuh. Mereka berdua kan, sering kemana-mana bareng. Ya kemana perginya kalau nggak kayak gituan." "Aduh, pergaulan anak jaman sekarang ngeri, ya, buk." "Jangan suka fitnah, ibu-ibu. Saya dengar si Vika itu lebih pilih ikut audisi nyanyi daripada melanjutkan pernikahannya dengan Angga." "Oh, begitu? Jadi, mungkin saja yang ini hanya di jadikan pengantin pengganti begitu, ya, Mama Helen? Aduh, kasian, ya, kalau begitu ceritanya. Bisa-bisa nanti yang ini di tinggalin kalau si Vika itu udah sukses dan balik lagi ke sini." "Keluarga Pak Seno mau aja, ya, anaknya di manfaatkan?" "Siapa yang bisa nolak, sih, Mama Karen kalau bisa jadi besannya kepala desa? Anak mantunya udah mapan, pekerjaannya dokter, ganteng lagi. Paket komplit i

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23

Bab terbaru

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Kembali?

    Mata Andini terpejam. Napasnya terengah menikmati sisa permainan panas yang efek dari pelepasan yang terjadi itu belum juga usai.Angga masih enggan untuk memisahkan diri. Tubuh telanjangnya masih berada di atas tubuh Andini yang berkeringat. Berada di dalam Andini terasa begitu nikmat sampai dia tak ingin terpisah dan ingin kembali mengulangnya lagi nanti setelah keduanya beristirahat."Angga, kamu berat banget. Sesak napas akunya," keluh Andini berusaha untuk menyingkirkan tubuh Angga.Angga tertawa pelan. "Maaf," ucap Angga.Kerutan di kening Andini serta desisan pelan yang keluar dari bibir Andini mengiringi keluarnya milik Angga dari dalam milik Andini.Perih itu kembali terasa. Bersamaan dengan itu, cairan milik Angga yang bercampur dengan darah keperawanan Andini mengalir keluar. Angga tersenyum bangga.Dia menjadi yang pertama bagi Andini. Selama ini, dia hanya bisa melihat Andini sebatas tanpa hijab

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Malam Pertama?

    Setiap berangkat bekerja bersama Angga, belum tentu pulangnya bisa dijemput Angga pula.Seperti sore ini, Andini harus pulang dengan naik ojek karena Angga tak bisa menjemputnya karena masih ada pasien.Harusnya Andini percaya. Tapi entah kenapa hatinya tidak bisa tenang. Bayangan Angga akan melakukan hal yang sama dengan dia atasan Andini terus terlihat di depan mata.Rasanya Andini tidak rela jika harus berbagi suaminya dengan wanita lain. Jangan sampai. Andini tidak mau."Hati-hati kalau suami kamu bisa kayak Pak Sandy. Nyesel kamu ntar."Ucapan Lila terus saja terngiang. Andini menggelengkan kepalanya pelan untuk mengenyahkan pikiran buruk itu dari kepalanya.Sesampainya di rumah, Andini langsung membersihkan dirinya. Menyiapkan makan malam yang dia pesan melalui online. Malam ini dia tidak ingin bau dapur. Jadi dia lebih memilih memesan makanan daripada harus memasak.Setelah semuanya selesai, Angga belum juga pulan

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 10

    Pagi ini Angga dan Andini berangkat bersama. Baru kali ini Andini dengan suka rela mengiyakan permintaan Angga untuk berangkat bekerja bersama.Biasanya Andini akan beralasan kalau naik mobil pasti macet dan bisa jadi terlambat ke kantor.Tapi kali ini Andini tak banyak protes saat mobil Angga terjebak dalam kemacetan panjang. Sudah pukul tujuh. Itu artinya setengah jam lagi Andini harus sudah sampai di kantor kalau tidak mau dipotong gaji.Andini merasa, lebih baik dia berdoa agar mobil Angga segera lepas dari kemacetan daripada dia menggerutu kesal. Membuang-buang tenaga saja."Nanti sore kalau aku belum jemput kamu, kamu pesan taksi online aja, ya. Atau minta dijemput Bayu.""Tuh, kan. Kayak gini kalau bareng kamu, tuh. Belum tentu bisa jemput. Kadang telat jemputnya.""Kamu kayaknya kesel, ya, Ndin? Tapi nggak nolak waktu aku ajak bareng. Apa lagi pengen sama aku terus?""Kalau iya memangnya kenapa?" Da

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 9

    Andini mengerjap pelan. Matanya menyesuaikan cahaya lampu yang menyala dengan terang.Ketika dia berusaha menggerakkan tubuhnya, dia mengernyitkan keningnya. Tubuhnya terasa sulit untuk digerakkan. Seperti ada beban yang menimpa tubuhnya.Seketika Andini menjauhkan tubuhnya saat dia menyadari tubuhnya sedang berada dalam pelukan Angga.Guling yang semalam dijadikan pembatas sudah teronggok di atas lantai. Entah siapa yang membuangnya, yang jelas Andini merasa tidak terima karena Angga mencari kesempatan untuk memeluk dirinya tanpa ijin."Hai, istri," sapa Angga dengan renyah saat matanya juga terbuka setelah merasakan gerakan di sampingnya.Andini memasang wajah datar. "Geli banget dipanggil begitu," balasnya sedikit ketus."Istri orang lain dipanggil begitu seneng, tersipu. Ini kenapa istriku dipanggil begitu malah kayak gini ekspresinya, sih?"

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 8

    "Hallo, La. Bilang ke temen-temen hari ini aku nggak jadi ikut, ya?""Kenapa, Ndin? Kita udah rencanakan ini jauh-jauh hari, loh. Kamu juga paling antusias waktu kita usul pergi ke pantai."Andini menghembuskan napas pelan. Memang sedikit menyesal tak bisa pergi ke pantai dengan teman-temannya. Tapi sepertinya kali ini rumah tangganya lebih penting dari apapun. Andini tidak bisa pergi dari rumah dalam keadaan Angga yang sedang marah."Iya, maaf. Maaf banget, La. Bilang ke temen-temen aku minta maaf, ya. Have fun buat kalian.""Oke kalau gitu, Ndin. Aku sampaikan ke teman-teman."Andini hanya bisa memperhatikan pintu kamar Angga yang tertutup rapat. Andini tau Angga tengah kecewa kepadanya. Mungkin Angga sudah mulai lelah menghadapi sikapnya yang enggan untuk berdamai dengan keadaan.Mendadak Andini takut kalau Angga benar-benar mengabulkan permintaan Andini selama ini. Yaitu berpisah. Andini takut Angga akan benar-benar menceraikan dir

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 7

    Sebenarnya, Andini tidak terlalu bisa memasak. Dia hanya bisa memasak makanan sederhana saja. Seperti pagi ini, Andini hanya mampu memasak nasi goreng dengan telur ceplok di atasnya sebagai topping.Dua piring nasi goreng sudah tersaji di atas meja. Entah bagaimana rasanya, namun Andini puas melihat hasil karya tangannya yang tak pernah di asah dalam hal memasak.Andini kembali naik ke lantai atas. Bukan untuk membangunkan Angga. Tapi untuk mengganti pakaiannya dengan baju kerja. Sejak awal memang Andini tak mau terlalu banyak ikut campur dalam urusan Angga. Termasuk masalah kapan dia harus bangun dan tidur kembali.Orang yang dulu sangat dekat seolah tak terpisahkan itu kini bak orang asing yang hidup dalam satu atap.Andini benar-benar membatasi dirinya agar tak terlalu dekat dengan Angga. Perasaannya sebagai seorang sahabat terasa sulit jika harus di ubah menjadi perasaan sebagai sepasang suami istri meskipun sudah seharusnya begitu.

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 6

    Weekend, hari yang paling di tunggu oleh Andini. Dia bisa bangun siang sesuka hatinya tanpa takut terlambat pergi bekerja.Tapi, harapan tinggal harapan. Angga memaksanya untuk bangun karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli isi kulkas dan perabotan yang lainnya yang belum ada di rumah baru mereka.Belanja adalah hal yang membahagiakan bagi Andini. Tapi kali ini tidak karena belanjanya dengan lelaki yang dia rasa kini sangat menyebalkan baginya.Andini seolah lupa kalau sebelum mereka di nikahkan, mereka adalah sepasang sahabat yang seperti tidak bisa di pisahkan oleh apapun. Tapi kini, Andini menganggap Angga seperti orang asing, yang baru saja masuk ke dalam hidupnya dan merusak tatanan hidupnya.Terpaksa Andini mengikuti Angga meskipun dengan tampang kusutnya. Bibir mengerucut, tatapan matanya yang galak yang harus Angga nikmati sepanjang perjalanan ke mall."Beli mesin cuci dulu dan yang lainnya dulu ya, Ndin."

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 5

    "Sepertinya nama pengantin wanitanya yang tertulis di undangan bukan Andini. Tapi Vika atau siapa, gitu." "Iya, bener. Apa jangan-jangan yang ini udah di hamili duluan sama anaknya Pak Lurah." "Bisa jadi tuh. Mereka berdua kan, sering kemana-mana bareng. Ya kemana perginya kalau nggak kayak gituan." "Aduh, pergaulan anak jaman sekarang ngeri, ya, buk." "Jangan suka fitnah, ibu-ibu. Saya dengar si Vika itu lebih pilih ikut audisi nyanyi daripada melanjutkan pernikahannya dengan Angga." "Oh, begitu? Jadi, mungkin saja yang ini hanya di jadikan pengantin pengganti begitu, ya, Mama Helen? Aduh, kasian, ya, kalau begitu ceritanya. Bisa-bisa nanti yang ini di tinggalin kalau si Vika itu udah sukses dan balik lagi ke sini." "Keluarga Pak Seno mau aja, ya, anaknya di manfaatkan?" "Siapa yang bisa nolak, sih, Mama Karen kalau bisa jadi besannya kepala desa? Anak mantunya udah mapan, pekerjaannya dokter, ganteng lagi. Paket komplit i

  • Malam Pertama Dengan Sahabat   Part 4

    Hari yang dinanti oleh keluarga Angga dan Andini akhirnya tiba. Hari Minggu, 3 November 20xx menjadi hari dimana dua insan itu di persatukan dalam ikatan yang suci. Andaikan semua ini sesuai dengan pernikahan yang diimpikan oleh Andini dan juga pasangan yang Andini inginkan, pasti akan terasa membahagiakan bagi Andini. Sayangnya, dirinya hanya pengantin dadakan yang di minta untuk mengganti posisi Vika untuk menjadi pendamping Angga. Dirinya hanya di jadikan alat agar orangtua Angga tidak malu karena pernikahan anaknya gagal. Ya, harusnya Andini sadar akan hal ini sejak awal. Tapi Andini justru terlalu larut dalam kesedihannya. Sehingga tidak sadar bahwa hari pernikahannya telah tiba. Andini menuruni tangga. Dia terlihat sangat cantik dalam balutan gaun dengan detail kerah V-neck yang cantik. Gaun dengan aksen bordir bunga yang elegan dan warna pastel memberikan tampilan yang anggun dan manis secara instan. Gaun brokat yang mo

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status