Share

Bab 18

Author: Dania Zahra
Livy panik sesaat, tetapi segera menenangkan diri. "Kak, jangan bercanda."

Livy tidak akan melupakan ajaran Preston. Dia harus mendalami perannya. Sekarang dia adalah istri Preston, jadi tidak boleh memperlihatkan kejanggalan apa pun.

Bahran adalah putra ketiga Keluarga Sandiaga sekaligus kakak Preston. Jadi, sudah seharusnya Livy memanggilnya "kakak".

Namun, sebenarnya selisih usia Bahran dan Preston sangat jauh. Menurut Livy, Bahran bahkan bisa menjadi ayahnya. Itu sebabnya, dia merasa panggilannya agak canggung.

Senyuman Bahran sontak membeku. Namun, dia segera berekspresi normal dan berujar, "Aku punya beberapa perusahaan hiburan. Banyak artisku yang sukses. Aku nggak pernah salah menilai orang. Kamu nggak bakal punya masa depan kalau ikut Preston. Kerja denganku saja. Aku beri kamu peran tokoh utama."

Bahran tersenyum sambil mendekati Livy. Livy mencium bau rokok dan bau alkohol yang menyengat sehingga tak kuasa mundur. Saat berikutnya, bahunya tiba-tiba dirangkul sebuah tangan be
Locked Chapter
Patuloy ang Pagbabasa sa GoodNovel
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eva Eva
ceritanya menarik
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 19

    "Paman, siapa ini?" Chloe segera memperhatikan Livy yang berdiri di samping Preston, terutama lengan yang berangkulan itu.Sementara itu, Stanley memelotot dan tampak pucat. Dia tidak menduga akan bertemu Livy di sini. Sebelumnya mereka bertemu di kafe. Livy bahkan meminta dua uang amplop darinya dan bilang dirinya sudah menikah. Jangan-jangan ....Stanley seketika bercucuran keringat dingin. Dia tanpa sadar mengucek matanya untuk memastikan dirinya tidak berhalusinasi.Preston menoleh melirik Livy, lalu berkata, "Perkenalkan, ini putri kakak pertamaku. Namanya Chloe. Ini calon suaminya, Stanley."Usai berbicara, Preston berjeda. Tatapannya menyapu ke arah Stanley yang tertegun menatap Livy. Dengan suara rendah, Preston meneruskan, "Ini istriku, Livy."Livy sudah menduga dirinya akan bertemu Stanley, makanya dia tetap terlihat tenang. Wajahnya menyunggingkan senyuman tipis. Dia menyapa dengan murah hati, "Halo."Setelah mendengarnya, Stanley merasa pandangannya menggelap dan sempoyonga

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 20

    Usai berbicara, Chloe buru-buru menutup mulutnya dan berpura-pura kaget. "Maaf, Paman. Aku salah ngomong."Chloe tampak menunduk dan merasa bersalah, tetapi Livy bisa melihat senyuman pada wajahnya. Sebagai seorang wanita, Livy bisa menilai bahwa Chloe tidak mudah dihadapi, bahkan gayanya itu terlihat seperti jalang.Chloe sengaja menyebut wanita bernama Sylvia itu. Livy tidak tahu siapa Sylvia, tetapi pasti punya hubungan dengan Preston. Mungkin, itu mantan pacar Preston?Yang jelas, wanita itu tidak ada hubungannya dengan Livy. Livy juga tidak akan cemburu. Lagi pula, semua ini hanya sandiwara. Dia bukan istri Preston yang sesungguhnya.Namun, ketika bertemu pandang dengan wajah Stanley yang dipenuhi kekesalan, suasana hati Livy sontak memburuk. Berbagai momen manis antara dirinya dengan Stanley berkelebat di benaknya.Tidak ada yang kekal di dunia ini. Kini, mereka tidak lagi berdiri berdampingan, melainkan berdiri berhadapan. Dulu Livy sangat mencintai Stanley, tetapi sekarang dia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 21

    "Ya." Preston mengiakan.Livy mengangguk, lalu menggigit bibirnya. Dia tidak berani bertanya tentang wanita bernama Sylvia. Karena Preston tidak berniat memberitahunya, dia pun menunduk dan tidak berbicara lagi.Itu seharusnya adalah wanita yang dicintai Preston. Jika tidak, mana mungkin Chloe berbicara seperti itu."Tugasmu selesai malam ini. Kamu nggak perlu turun lagi. Istirahat saja di kamar." Usai melontarkan ini, Preston hendak meninggalkan kamar. Sebelum keluar, dia bertanya, "Kamu bisa sendirian, 'kan?"Livy segera mengangguk. "Bisa kok, nggak usah pedulikan aku."Preston mengejapkan matanya. Setelah hening sejenak, dia berpesan, "Ya sudah. Kalau ada urusan, telepon saja aku."Livy termangu sesaat. Hatinya seketika terasa hangat. Dia tanpa sadar tersenyum lebar dan berkata, "Baik."Preston menelan ludah. Tatapannya tertuju pada lesung pipi Livy. Untuk sesaat, muncul dorongan besar dalam hatinya. Kenapa memangnya jika dia tidak menghadiri pesta? Di rumah ini, dia sudah terbiasa

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 22

    Livy tidak tahu apa saja yang didengar oleh Preston. Punggungnya terasa dingin. Jika Preston tahu tujuan Livy mendekatinya, entah bagaimana pria ini akan menghukumnya.Livy merasa hukuman paling ringan adalah kontraknya dibatalkan, lalu dirinya akan didepak dari Grup Sandiaga. Ini sudah hukuman teringan .... Itu sebabnya, Livy sangat takut sekarang.Livy menjilat bibirnya yang kering dengan gugup. Setelah ragu-ragu sejenak, dia tersenyum manis dan memanggil dengan manja, "Sayang!"Usai berbicara, Livy langsung menghampiri Preston dan merangkul lengannya. Dia menjelaskan, "Aku baru selesai makan. Perutku agak begah. Aku mau mencarimu tadi, tapi malah tersesat.""Kebetulan aku ketemu Pak Stanley. Aku mau minta tolong dia membawaku ke aula utama." Livy tidak yakin apakah Preston mencurigainya atau tidak. Meskipun begitu, dia tetap bersikap setenang mungkin.Kemudian, Livy melirik Stanley. Ketika melihat wajah masamnya, Livy tahu Stanley juga takut hubungan mereka ketahuan.Jika Preston me

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 23

    Malam ini sangat hening. Livy sampai merasa tidak terbiasa. Dia berguling-guling di ranjang sebelum akhirnya tertidur.Rumah lama Keluarga Sandiaga jauh dari perusahaan. Hari Senin, Preston bangun pagi-pagi sekali. Livy tidak berani bermalas-malasan. Dia lekas bersiap-siap dan mengikuti Preston.Setelah duduk di meja makan, Livy melihat Preston yang duduk di seberangnya. Preston memakai setelan dan rambutnya sangat rapi. Sosoknya gagah dan sempurna.Kemudian, Livy menunduk untuk melihat penampilannya. Kemejanya tidak rapi, hanya setengah bagian yang dimasukkan ke rok. Livy menyentuh kuncir kudanya yang diikat sembarangan. Seketika, dia merasa agak malu.Livy pun menghela napas dalam hati. Kesenjangannya dengan Preston sangat besar. Livy pun merasa ragu, apa dia harus kembali ke lantai atas untuk merapikan diri?Saat ini, Tristan yang berjalan dengan tongkat menghampiri. Dia bertanya dengan wajah penuh kasih sayang, "Livy, kamu sudah baikan? Kalau belum, suruh Preston bawa kamu ke rumah

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 24

    Selesai makan, Tristan mengantar Livy dan Preston masuk ke mobil. Livy melambaikan tangan untuk berpamitan. Mobil segera meninggalkan rumah lama Keluarga Sandiaga.Di dalam mobil, suasana sunyi senyap. Livy meringkuk di sudut sambil menoleh memandang ke luar jendela, berpura-pura menikmati pemandangan. Dia tidak melontarkan sepatah kata pun sejak tadi.Livy menarik napas dalam-dalam, memberanikan diri untuk memperjelas semuanya dengan Preston. Namun, dia tidak tahu harus mengatakan apa.Samar-samar, Livy ingat sepertinya ada sebuah aturan yang tertera di surat perjanjian. Aturan itu adalah Livy harus bekerja sama dengan Preston tanpa syarat apa pun di depan Tristan. Jadi, jika Tristan benar-benar menginginkan cucu, Livy tidak bisa menolak?"Pak, aku ...." Livy memanggil dengan hati-hati, tetapi akhirnya mengurungkan niatnya. Neneknya baru masuk sanatorium. Livy berharap neneknya mendapatkan perawatan terbaik. Dia tidak ingin menyinggung Preston.Preston adalah pria cerdas. Dia tentu bi

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 25

    "Kapan kamu selesai mengarsip semua data di ruangan, kamu baru boleh kembali." Suara Annie terdengar datar, tetapi ekspresinya dipenuhi keirihatian.Ekspresi Livy agak berubah. "Bu, ada staf yang khusus merapikan dokumen. Itu di luar ruang lingkup pekerjaanku."Departemen sekretaris memiliki ruang data yang terpisah. Di dalamnya tersimpan semua data dan catatan kesekretariatan sejak Grup Sandiaga berdiri.Karena menyangkut rahasia perusahaan, sebagian besar adalah dokumen penting. Jika dirapikan, akan memakan waktu dan energi yang sangat besar. Jelas sekali, Annie sengaja menyulitkan Livy."Aku tahu kamu nggak suka padaku. Tapi, kamu nggak seharusnya memanfaatkan jabatanmu untuk menindasku." Livy menarik napas dalam-dalam agar tetap tenang."Omong kosong!" Annie menyela dengan dingin, "Kamu jadi sombong setelah punya penyokong ya? Dulu kamu nggak pernah mempertanyakanku seperti ini. Kalau kamu merasa aku menindasmu dan merasa nggak puas, laporkan saja kepada Pak Preston.""Bukannya kam

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 26

    Napas Livy terengah-engah karena ciuman panas itu. Ketika Preston melepaskannya, wajahnya memerah seperti tomat. Siapa pun yang melihatnya pasti ingin memakannya.Preston menarik dasinya, lalu berkata dengan suara rendah, "Aku sempat minum-minum waktu pertemuan bisnis siang tadi."Livy tampak kebingungan karena belum tersadar dari keterkejutannya. Saat berikutnya, terdengar suara pintu dikunci. Livy menoleh, mendapati Preston mengunci pintu dari dalam.Keempat mata bertatapan. Suasana di ruangan menjadi ambigu. Preston menjulurkan tangan dan merangkul pinggang ramping Livy. Seketika, Livy digendong dan diturunkan di sofa kulit hitam.Livy tanpa sadar ingin bangkit, tetapi tubuh pria yang besar sontak menindihnya. Kemudian, sebuah kemasan kecil diletakkan di tangan Livy. Itu adalah kondom.Livy seketika memahami keinginan Preston. Dia berkata dengan terbata-bata, "Pak, kita ... lagi di ... perusahaan ...."Apa benar bisa melakukannya di sini? Bagaimanapun, di luar banyak orang yang berl

Pinakabagong kabanata

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 383

    "Kenapa sih? Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu!"Zoey merasa Livy benar-benar tidak tahu berterima kasih. Dengan nada kesal, dia mengumpat, "Kamu sendiri nggak bisa mempertahankan Pak Preston, aku membantumu, tapi kamu malah bersikap begini!""Kamu sadar nggak, bahkan gelar Nyonya Sandiaga saja nggak diakui? Kalau sampai kalian bercerai, kamu bakal keluar tanpa sepeser pun! Asal kamu mau memperbesar masalah ini, bagaimanapun juga, kamu tetap nggak akan dirugikan!"Sebenarnya, Zoey juga tidak benar-benar ingin membantu Livy. Namun, setelah berdiskusi dengan ibunya, mereka menyadari bahwa hanya dengan membantu Livy, mereka bisa mendapatkan keuntungan.Lagi pula, dia sudah memegang kelemahan Livy. Kalau Livy tidak bekerja sama dengannya, dia akan benar-benar habis!"Aku sudah bilang, urusanku bukan urusanmu!"Livy berteriak hingga suaranya hampir serak, "Aku juga nggak pernah ingin jadi Nyonya Sandiaga yang diumumkan ke publik, dan aku nggak butuh orang lain memperlakukanku dengan b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 382

    Grup itu adalah grup gosip perusahaan.Sebelumnya, Ivana pernah ingin memasukkan Livy ke dalamnya, tetapi Livy merasa grup itu terlalu ramai dan penuh dengan gosip yang tidak penting. Lagi pula, dia juga tidak tertarik membahas hal-hal seperti itu, jadi dia menolak untuk bergabung.Namun sekarang, setelah jam kerja usai, seseorang mengirimkan pesan yang memicu kehebohan di grup tersebut.Meskipun hanya ada satu orang yang memulai percakapan, Livy sudah cukup terkenal di perusahaan, jadi banyak orang yang ikut berkomentar.[ Pantas saja! Aku pernah beberapa kali melihat Livy naik mobilnya Pak Preston. Lagian, kalian nggak merasa aneh kalau dia bisa naik jabatan secepat itu? ][ Kalau nggak ada sesuatu di belakangnya, aku pasti nggak percaya! Tapi aku nggak nyangka, ternyata dia punya hubungan sama Pak Preston! ][ Aku nggak percaya! Pak Preston itu kaya, tampan, dan luar biasa! Mana mungkin dia tertarik sama wanita seperti Livy? ][ Pokoknya yang jelas, Livy sudah menikah dan suaminya p

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 381

    Pria itu memiliki proporsi tubuh yang nyaris sempurna. Mantel panjang hitam yang dia kenakan membingkai tubuhnya yang tinggi dengan sangat pas dan menampilkan sosok yang luar biasa gagah."Sayang, kamu ...."Livy ingin memanggil Preston untuk makan bersama, tetapi pria itu justru berjalan mendekat dengan ekspresi dingin. Dia menatap Livy dari atas ke bawah dengan mata hitam pekat yang dipenuhi dengan kejengkelan. Dengan suara marah, dia bertanya, "Apa lagi yang kamu lakukan?""Hah?"Livy tidak mengerti maksudnya, tetapi sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, tangan besar pria itu sudah mencengkeram bahunya dengan kuat dan menyeretnya ke atas.Cengkeramannya begitu kasar, membuat Livy terpaksa terseret menaiki tangga dengan terburu-buru. Bahkan, karena langkahnya yang terlalu cepat, lututnya terbentur sudut tangga dengan keras.Namun, Preston tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti. Dia terus menyeret Livy hingga ke kamar, lalu mendorongnya ke sofa dengan kasar."Kamu begitu ingin

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 380

    Siapa yang peduli? Preston mengernyit. Apakah dia peduli pada Livy?Tangan yang menggenggam gelas tiba-tiba berhenti, lalu dia menuangkan lagi segelas minuman untuk dirinya sendiri dan berkata dengan nada dingin, "Dia cuma istri kontrakku, nggak lebih.""Iya, nih. David, kamu terlalu berlebihan. Bu Livy memang perempuan yang baik, tapi bagaimanapun juga, dia dan Preston berasal dari dunia yang berbeda."Sylvia menyela pembicaraan, lalu mendekati Preston dengan berpura-pura baik dan mengingatkan dengan lembut, "Preston, aku tahu kamu ingin memperlakukan Bu Livy dengan baik. Tapi bagaimanapun juga, dia berasal dari latar belakang yang berbeda dari kita. Kalau kamu terus memberinya barang-barang mewah, itu malah bisa membuatnya merasa terbebani."Perkataan itu membuat Preston sedikit penasaran. "Kenapa?""Karena bagi Livy, barang-barang itu sangat mahal, bahkan satu saja bisa setara dengan gajinya selama bertahun-tahun. Orang seperti dia akan merasa bahwa kesenjangan di antara kalian terl

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 379

    Kalau begitu, Livy juga jangan berharap hidupnya akan baik-baik saja!"Zoey, kalau mau gila, jangan cari aku!" Livy tidak ingin meladeni Zoey lagi dan segera pergi. Namun, setelah kembali ke kantornya, kelopak mata kanannya terus berkedut. Dia merasa seolah-olah sesuatu akan terjadi.Sebelum pulang, dia naik ke lantai atas untuk mencari Preston dan melaporkan perkembangan proyek. Namun, setelah mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya, dia menghubungi Preston lewat telepon."Ada apa?"Di seberang sana, suara Preston terdengar seakan dia sedang berada di tempat hiburan. Ada suara musik samar-samar dan yang lebih menyakitkan, Livy mendengar suara Sylvia yang begitu akrab di telinganya."Preston, bukannya sudah bilang hari ini jangan bahas pekerjaan?" Suara manja Sylvia terdengar cukup jelas, seolah-olah dia menempel di sisi Preston."Aku cuma bicara sebentar," jawab Preston dengan suara rendah, sebelum akhirnya beralih ke Livy, "Bu Livy, kalau soal pekerjaan,

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 378

    Karena kejadian semalam, Livy hampir terlambat masuk kerja pagi ini. Baru saja dia selesai absen, suara yang sudah lama tidak terdengar kembali menyapanya. "Livy!"Setelah sekian lama tidak bertemu, Zoey tampaknya menjalani hidup yang cukup baik.Pakaian bermerek yang dikenakannya semakin banyak dan di lehernya terlihat bekas merah yang sangat mencolok. Tanda bahwa hubungannya dengan Ansel semakin erat."Ada urusan apa?" Livy meliriknya dengan dingin, tidak ingin membuang waktu untuknya.Namun, Zoey sama sekali tidak merasa tersinggung dan justru berkata dengan percaya diri, "Aku butuh bantuanmu."Livy mengernyit, merasa Zoey benar-benar terlalu tidak tahu malu, lalu menolak mentah-mentah, "Aku nggak ada waktu.""Livy, kamu sok jual mahal apa sih? Apa kamu benar-benar mengira dirimu sudah jadi nyonya besar? Kaki Sylvia sebentar lagi sembuh, 'kan? Aku peringatkan kamu, begitu dia berhasil, kamu pasti akan dibuang sama Pak Preston!"Zoey menghalangi Livy di pintu masuk, kata-kata tajamny

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 377

    Charlene masih terus bergosip, "Ngomong-ngomong, Preston sudah nggak muda lagi, ya? Terus katanya dulu juga nggak pernah dekat sama cewek, nggak ada gosip macam-macam. Jangan-jangan dia nggak ada tenaga di ranjang? Kalau kamu ngerasa kurang, aku tahu nih ada obat yang ....""Nggak perlu, Charlene!"Livy buru-buru memotong, mencengkeram ponsel erat-erat, lalu menurunkan suaranya, "Dia di bagian itu sangat kuat.""Apa?"Suaranya terlalu kecil, Charlene di seberang sana tidak mendengarnya dengan jelas. "Maksudmu kamu masih mau? Atau jangan-jangan dia nggak bisa?""Bukan!" Livy hampir melonjak, suaranya langsung meninggi, "Preston sangat kuat, dia nggak butuh obat sama sekali!""Ohh ...." Charlene menarik nadanya dengan panjang, jelas sekali dia sedang menggoda.Livy benar-benar malu. Dia buru-buru mengganti topik. Setelah mengobrol tentang beberapa gosip ringan, akhirnya dia menutup telepon.Setelah merasa cukup berendam, Livy mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Dia melirik pakaian tidur

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 376

    Tatapan Preston sedikit melunak, alisnya pun tampak lebih rileks. Lalu, dengan nada tenang, dia berkata, "Livy, aku kaya, tampan, dan selain temperamenku, aku bisa memberimu semua yang kamu inginkan.""Dalam pernikahan, pasangan seharusnya saling memahami. Lagi pula, aku nggak merasa sering marah. Kebanyakan waktu, itu karena kamu yang melakukan kesalahan."Hah?Livy semakin bingung.Bukankah tadi Preston ingin menceraikannya? Menghubungkan sikapnya tadi malam dan hari ini, sebuah pemikiran yang sulit dipercaya muncul di benaknya.Livy menatap Preston dengan ragu, lalu bertanya dengan hati-hati, "Jadi ... kamu bersikap baik padaku hari ini karena aku bilang kamu mudah marah?"Tidak mungkin! Jadi, semua yang Preston lakukan adalah ... cara halus untuk menenangkannya?"Jadi, menurutmu aku benar-benar pemarah?" Preston menjepit sepotong daging panggang ke dalam mangkuknya, matanya menatapnya dengan tajam.Ini pertanyaan yang menentukan antara hidup atau mati.Livy buru-buru menggeleng. "S

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 375

    Livy menggelengkan kepala, sedikit ragu-ragu saat menjawab, "Pak Preston sangat sibuk setiap hari, kurasa dia nggak punya waktu untuk mengurusi hal seperti ini.""Jadi ... kita cuma bisa diam saja menerima ini?"Ivana tampak tidak terima, matanya penuh dengan kekesalan saat berkata, "Kamu sudah bekerja keras selama ini dan cuma dihargai sejuta? Bu Sherly benar-benar keterlaluan! Awalnya aku pikir dia cukup baik, tapi ternyata dia pencemburu sekali!"Livy terdiam sejenak. Dia merasa ini bukan sekadar masalah iri hati.Perasaan aneh yang dia rasakan semakin kuat. Seolah-olah Sherly menargetkannya bukan hanya karena iri, tetapi juga karena alasan lain yang tidak bisa dia jelaskan. Jika dia benar-benar ingin menyingkirkan Sherly, hanya mengandalkan masalah bonus proyek ini tidak cukup.Bagaimanapun juga, meskipun tindakan Sherly tidak etis, dia tetap mengikuti prosedur formal. Jadi, Livy tidak punya alasan yang cukup kuat untuk menindaknya. Merasa frustrasi, Livy hanya bisa memfokuskan dir

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status