Share

Bab 7

Penulis: Azalea
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-25 17:07:37

“Nadira! Seret wanita ini keluar.”

Nadira datang tergopoh-gopoh dengan dua orang petugas keamanan, ia sudah antisipasi saat tadi diminta keluar ruangan.

“Mas, jangan kurang ajar kamu. Awas kamu, Mas. Aku tidak akan diam!” teriak Sitta saat diseret keluar dari ruangan itu.

Dalam hatinya Adeline bersorak. Ia memang baik, tapi kalau ada yang sudah berani melukainya maka jangan salahkan kalau mereka akan hancur termasuk Bram.

“Sayang, maafkan aku.”

Adeline mengulas senyum. “Mas, kamu akan benar-benar mengakhiri hubunganmu dengan dia ‘kan?”

Bram mengangguk pasti. “Iya, aku tidak akan lagi mengkhianatimu. Maafkan aku.”

“Buktikan kalau kamu memang menyesal. Tebus lima tahun ini saat kamu mengabaikan keberadaanku karena wanita itu.”

“Ya, aku akan lakukan apapun asal kamu memaafkanku.”

“Kamu melakukan ini juga pasti ada alasan ‘kan? Mungkin saja aku masih belum bisa menjadi istri yang baik untukmu.” Adeline merendah.

“Tidak. Kamu itu istri terbaik, aku saja yang tidak bersyukur.” Bram mengakui dirinya yang tak bersyukur karena memiliki istri yang nyaris sempurna seperti Adeline.

Bahkan dari wajah saja Sitta sudah kalah jauh, nilai plus seorang Sitta hanya mudah menggoda dan memuaskan laki-laki jadi itu yang membuat Bram betah meski lebih sering lelaki itu jengah karena sikap Sitta yang selalu bersikap seenaknya.

“Soal bulan madu kita ... kamu mau ‘kan?”

“Tentu saja.”

“Kita lupakan apa yang sudah terjadi. Aku berjanji akan menjadi suami yang baik.” Bram menggenggam erat tangan Adeline.

“Aku pegang janjimu, Mas.”

“Terima kasih, sayang.” Lelaki itu menarik Adelin ke dalam pelukannya.

Mudah sekali kamu bilang lupakan. Seumur hidup bahkan aku tidak akan melupakan apa yang sudah kamu lakukan padaku, Mas. Tunggu saja giliranmu.

Keduanya melanjutkan makan siang seolah tidak terjadi apa-apa. Bram merasa lega karena Adeline tidak murka seperti dalam bayangannya.

Mereka membicarakan soal jadwal bulan madu mereka.

Selesai makan siang, Adeline langsung pulang dan Bram melanjutkan pekerjaannya.

***

Adeline membuat karir Sitta sebagai model menjadi hancur, semua bukti perselingkuhan ia sebarkan di internet tapi sengaja Adeline tidak memperlihatkan kalau Sitta berselingkuh dengan Bram. Karena bukan giliran lelaki itu, ada waktunya sendiri nanti.

Tidak akan ada yang tahu kalau ia yang ada di balik berita viral yang mengguncang dunia hiburan itu.

Sitta yang terkenal sebagai sosok wanita idaman, dengan paras cantik dan hati baik langsung dihujat habis-habisan karena semua bukti sangat jelas bahkan foto-foto mereka pun disebar. Wajah Bram diburamkan, Adeline mendapatkannya tentu dengan meretas dari ponsel Sitta. Orangnya yang melakukan itu.

Memang salah memilih lawan. Sitta harus menanggung malu plus kehancuran karirnya yang sudah sepuluh tahun ia geluti.

[Sitta Amalia diduga menjadi selingkuhan seorang pengusaha kaya. Mirisnya ia sampai melarang lelaki berinisial B itu untuk menyentuh istrinya sendiri selama bertahun-tahun. Saat ini Sitta tidak bisa ditemui dan menolak dimintai keterangan.]

Kedua sudut bibir terangkat membentuk senyuman.

“Lawan mainmu salah, Sitta. Kau pikir aku akan diam saat harga diriku diinjak-injak begini.” Adeline melemparkan benda pipih itu ke atas ranjang lalu beranjak keluar kamar karena perutnya keroncongan.

“Nyonya butuh sesuatu?” Bik Atin menanyai sang nyonya yang tidak biasa ke dapur, padahal kalau butuh sesuatu akan memanggil.

“Aku lapar, Bik.” Adeline mengusap perutnya yang rata.

“Lapar?” Bik Atin mengernyit heran karena belum sampai dua jam Adeline makan, sekarang malah sudah lapar.

“Aku mau telur mata sapi.”

“Ya sudah. Nyonya tunggu ya, Bibik buatkan dulu.”

Adeline menggeleng cepat. “Tidak. Aku mau Dimas yang masak.”

“Hah?” Bik Atin sampai melongo.

Ada apa dengan Nyonya Adel, kenapa aneh sekali. Malah mau Dimas yang memasak.

“Dimas mana, Bik?”

“Tadi lagi di belakang bantu Mang Supri membersihkan rumput di taman.”

“Ya sudah, biar aku panggil. Bibik tolong belikan aku kerupuk ya.”

“Kerupuk apa, Nyonya?”

“Itu loh, yang warna putih, besarnya seperti piring. Aku mau itu.”

Adeline pernah melihatnya saat sedang menggulir layar ponselnya mencari menu makanan yang enak. Tak sengaja melihat orang yang makan hanya dengan telur mata sapi yang diberikan kecap dan juga kerupuk. Padahal sebelumnya Adeline paling anti bahkan dibilang tidak pernah makan kerupuk karena sangat menjaga pola makannya.

Meski terheran-heran karena semua yang diminta Adeline tidak seperti biasanya, Bik Atin tetap membelikannya. Ia harus keluar dari komplek karena biasanya ada di jual di warung-warung makan atau warung kelontong sederhana. Sedangkan mereka tinggal di perumahan elit, tidak ada warung satupun disana.

Kenapa Nyonya Adel semakin hari semakin aneh ya. Bik Atin geleng-geleng kepala.

Adeline menghampiri Dimas di taman belakang. Lelaki itu terlihat membantu Mang Supri mencabut rumput liar sambil mengobrol ringan.

“Dimas.” Adeline memanggil.

Tidak hanya Dimas, tapi Mang Supri ikut menoleh.

“Cepat sana, Dim. Biar Mamang selesaikan sendiri.”

Tanpa diminta dua kali, Dimas menghampiri Adeline.

“Mau pergi sekarang, Nyonya?”

“Siapa yang mau pergi? Aku mau makan.”

Kening Dimas berkerut dalam. “Makan? Nyonya mau dibelikan apa?”

Dimas berpikir kalau Bik Atin tidak ada di rumah makanya Adelin memanggilnya.

“Aku mau kamu yang masak,” ujar Adeline santai dan ketus.

Moodnya mudah sekali berubah, jadilah seperti ini.

Mata Dimas membulat sempurna. “Saya?”

“Iya, kamu. buatkan telur mata sapi ya. Pinggirannya harus kering tapi kuningnya setengah matang.”

Bukan tidak bisa masak, Dimas masih tidak percaya saat disuruh untuk masak.

“Kamu dengar ‘kan?”

“I-iya, Nyonya.”

Tergesa. Dimas melangkah ke dapur, mencuci tangannya lebih dulu sampai bersih.

Bibik kemana ya? Aku tidak tahu selera makanan Nyonya Adel seperti apa. Aku takut bertanya karena sepertinya sedang sensitif, wajahnya saja terlihat galak.

“Dimas, jangan lama ya. Aku sudah sangat lapar.”

Dimas terlonjak. “Iya, Nyonya.”

Adeline duduk di meja bar, ia memperhatikan Dimas yang sibuk untuk memasak. Mungkin jika ia memasak untuk istrinya maka tidak masalah tapi ini untuk majikannya, takut ada yang salah.

Tidak sampai lima menit, Dimas sudah berhasil memasak telur mata sapi, ia menyerahkannya pada Adeline yang tampak antusias.

“Loh, kenapa kuningnya tidak setengah matang?” Wanita itu merengut kesal. “Aku maunya setengah matang kuningnya tapi pinggirnya harus garing.”

Dimas memasak ulang, bahkan sampai tiga kali dan yang ketiga akhirnya berhasil karena ia memisahkan putih dan kuningnya, ia memasukan kuning telur terakhir setelah pinggiran putih telur berubah kecoklatan.

Bersamaan dengan itu, Bik Atin kembali membawa kerupuk yang diminta Adeline.

Tidak menunggu lama, Adeline langsung makan dengan lahap, ia bahkan sampai dua kali tambah padahal hanya makan dengan nasi, telur mata sapi dan kerupuk yang di atasnya ditambah kecap.

“Kemaun Nyonya Adel aneh-aneh belakangan ini, seperti orang ngidam saja.” Bik Atin bergumam sambil memperhatikan Adelin dari jauh.

Deg. Jantung Dimas seperti lompat dari tempatnya. Pikirannya langsung tertuju pada satu hal.

Ia menggeleng mencoba menepis semua itu.

Tidak mungkin. Lagi pula hanya satu kali. Tapi kalau benar bagaimana?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 8

    “Kamu suka, sayang?”Adeline mengangguk, matanya terpejam menghirup dalam-dalam aroma laut. Saat ini mereka ada di pantai pribadi milik keluarga Bram.Lelaki itu memiliki segalanya begitupun keluarga Adeline, mereka sama-sama dari kalangan atas.“Bagaimana kalau satu bulan di sini?”Mata Adeline langsung terbuka lebar. “Tidak. Satu minggu saja.”“Kenapa?” Bram merangkul mesra pinggang sang istri. “Aku ingin menebus waktu kita yang terbuang sebelumnya.”Adeline menggeleng. “Kamu harus bekerja, Mas. Kamu memiliki tanggung jawab, soal liburan kita bisa lain kali. Aku tidak mau kamu mengabaikan pekerjaan hanya untuk libur panjang.”Mendengar itu membuat Bram terkagum, istrinya memang dari dulu sangat pengertian dan sampai sekarang tidak berubah. Dalam waktu singkat saja ia bisa dibuat nyaman, hanya saja baru menyadarinya sekarang.Bram malah tidak ingin berjauhan dari Adeline, wanita itu memiliki pesona yang luar biasa. Selama ini Bram tutup mata hanya karena kesetiaannya pada sang istri

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 9

    Dimas melayangkan pukulan hingga membuat tangan Bram lepas dari leher Adeline.Tubuh Adeline ambruk. Ia meraup oksigen dengan rakus sambil terbatuk-batuk.“Kurang ajar! Berani kau padaku, Dimas.” Dengan dada turun naik, Bram menghampiri Dimas dan melayangkan pukul membuat lelaki itu tersungkur.Dimas kembali berdiri untuk melindungi Adeline agar tidak disakiti lagi oleh Bram. Dimas tak sengaja mendengar ada keributan saat akan lewat untuk membenarkan kran di kamar tamu. Ia bahkan memberanikan diri masuk ke kamar majikannya. karena tidak tenang mendengar keributan hanya diam saja.“Maafkan aku, Tuan. Tapi tolong jangan kasar pada perempuan.” Permintaan maaf Dimas disini tentu saja soal dosanya karena sudah menghamili Adeline.“Beraninya kau menghalangiku.” Bram mencengkram kerah baju Dimas dan kembali melayangkan pukulan.Bram melampiaskan kemarahannya memukul Dimas bertubi-tubi, lelaki itu tidak melawan, hanya diam menerima semua pukulan dan tendangan Tuannya. Baginya itu lebih baik d

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 10

    Adeline membawa Dimas ke rumah sakit. Sekarang yang terpenting mengobati dulu Dimas, bagaimanapun lelaki itu luka begini karenanya. Mana mungkin Adeline tega membiarkan Dimas tidak diobati.“Diam, jangan banyak bicara!” Adeline langsung melotot saat Dimas baru saja buka mulut untuk bicara.Mau tidak mau Dimas mengurungkan niatnya. Rasanya perih saat bicara karena kondisi kedua sudut bibirnya yang terluka.Ponsel Adeline dari tadi tidak berhenti berdering, ia sampai kesal dan memutuskan untuk menonaktifkan benda pipih itu.Untuk sekarang Adeline hanya ingin pergi jauh dari tempat ini. Pengkhianatan Bram, perlakuan papinya yang kasar sudah membuat luka di hatinya. Adeline ingin menyembuhkan luka hatinya itu agar bisa melanjutkan hidup dengan benar.Bagaimanapun ada bayi dalam kandungannya. Meski sudah jelas itu anak Dimas, tapi tidak ada niatan Adeline untuk menggugurkannya. Ia akan mempertahankan kehamilannya apapun situasinya, meski Dimas tidak akan mengakui. Itu bukan masalah bagi Ad

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 11

    Bram duduk termenung, ia masih belum beranjak dari ruang kerjanya semenjak mertuanya pamit pulang. Ia sudah janji akan menyelesaikan masalahnya sendiri.Masih ada sisa kemarahan dalam hati wanita itu, kecewa sudah pasti. Siapapun yang mendapatkan pengkhianatan akan merasa sakit, itulah yang dirasakan Adeline dan sekarang Bram mengalaminya sendiri.Lelaki itu tertawa, lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri. “Andai kau tidak bodoh dengan memilih Sitta, Adeline tidak akan seperti ini.”Bram tidak menyalahkan Adeline, ia tahu istrinya seperti ini berawal karena sikapnya juga. Bertahun-tahun mengacuhkan keberadaan wanita itu, tidak pernah dianggap bahkan tidak pernah diperlakukan seperti seorang istri. Mereka seperti orang asing yang tak sengaja tinggal satu atap.Untuk pertama kalinya, lelaki tak berperasaan itu meneteskan air mata.“Sakit yang kamu rasakan pasti lebih dari ini, maafkan aku.”Lelaki sejati memang seharusnya seperti ini, mengakui kesalahannya. Jangan mencari kambing h

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-25
  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 12

    Dimas dan Adeline tersentak, mereka buru-buru menuju sumber suara.Erina buru-buru mengusap pipinya yang basah, ia mengulum senyum meski hatinya seperti dirajam.“Maaf, tanganku licin tadi. Jadi piringnya jatuh, padahal ini rujak untuk Mbak Adel.” Saat ini, Erina memilih diam, ia tidak mau salah paham. Lebih baik cari tahu lebih dulu daripada langsung menuduh.“Ya ampun. Kamu duduk saja di depan, biar aku yang bereskan.” Dimas berjongkok untuk membersihkan lantai.“Maaf ya, Mas.”“Tidak apa. Kamu temani saja Nyonya Adel, biar aku selesaikan masakannya juga.”Jantung Dimas berdetak tidak karuan, ia benar-benar takut Erina mendengar semuanya.“Kamu jadi repot karena aku, Mas.”“Sudah, tidak apa-apa. Kamu ke depan saja.”Erina mengangguk, ia membawa Adeline kembali ke ruang tamu, wanita itu juga tampak gelisah karena takut Erina tahu. Adeline tidak sejahat itu untuk merebut Dimas, ia hanya asal bicara saja.Adeline pernah merasakan kebahagiananya dihancurkan dan ia tidak akan mungkin ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-28
  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 1

    “Hamili aku.”Deg. Tubuh Dimas langsung menegang mendengar permintaan istri majikannya. Permintaan yang terdengar gila di telinga Dimas.Dimas menunduk tak sanggup menatap mata sang nyonya.“Kenapa diam?”“Anda lucu, Nyonya.” Lelaki tampan itu tertawa hambar untuk menutupi kegugupannya.“Dimas, tatap aku. Apa menurutmu aku bercanda?” Jari telunjuknya yang halus mengangkat dagu Dimas hingga mata mereka bertemu.Darah Dimas berdesir hebat, lututnya bahkan langsung lemas. Bagaimana tidak. Ia melihat dengan jarak sangat dekat wanita cantik dengan kulit seputih salju, matanya bulat dan bening, rambutnya hitam bergelombang dan bibirnya yang merekah indah membuat lelaki manapun tertarik untuk mengecupnya. Tubuhnya tinggi semampai, berisi dan terlihat sangat seksi. Fisiknya pasti menjadi impian setiap wanita.Fisiknya hampir tanpa cela.“Nyonya, saya-”“Aku tidak menerima penolakan, Dimas.”Kecupan singkat mendarat di sudut bibir Dimas membuat lelaki itu benar-benar lemas, jantung lelaki itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 2

    “Buang ponselmu itu. Kenapa kau tidak bisa dihubungi hah?”Ada kelegaan yang dirasakan Dimas, ia pikir Bram tahu soal perbuatannya tadi malam. Ternyata marah karena Dimas tidak bisa dihubungi.“Maaf, Tuan. Saya tidak akan mengulanginya lagi.”Bram melangkah menuju kamar. Ia melihat istrinya terbaring dengan tubuhnya dibalut selimut.“Kamu sakit?”“Tidak. Hanya masih mengantuk,” sahutnya.Lelaki itu mengernyit heran karena tidak biasanya istrinya menjadi pemalas seperti ini. Adeline sangat rajin kalau soal mengurus suaminya. Ia selalu menunggu Bram pulang kerja, menyiapkan pakaian dan juga makanan meski bukan Adeline yang memasak. Ia sangat anti dengan peralatan dapur.Saat lahir ia sudah disuapi dengan sendok emas, tidak pernah melakukan pekerjaan rumah sekecil apapun. Dia diratukan oleh keluarganya dan sekarang menunggu diratukan oleh suaminya tapi setelah lima tahun menikah tidak kunjung mendapatkan apa yang menjadi haknya.Perannya sudah sangat mengesankan sebagai seorang istri tap

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23
  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 3

    “Del.”Buru-buru wanita cantik itu mengusap pipinya yang basah. Berjalan menghampiri suaminya.“Kenapa, Mas?”“Besok malam kita pergi ke acara pernikahan teman kuliahku.”“Kenapa mendadak, Mas? Aku belum menyiapkan apapun.”“Aku lupa kasih tahu kamu. Aku mau menyelesaikan dulu pekerjaanku.” Bram kembali masuk ke dalam ruang kerjanya.Meski ada di rumah, lelaki itu tetap bekerja. Tidak ada sedikitpun waktu untuk Adeline. Kehadirannya di rumah ini tidak jauh beda dengan art.Lima tahun menikah, Adeline merasa jika ia hanya dijadikan pajangan saja. Bram mengajaknya keluar rumah hanya saat ada acara-acara penting saja, selain itu tidak pernah sekalipun Bram mengajak istrinya sekedar untuk jalan-jalan sore walaupun di sekitar rumah.Adeline sama sekali tidak pernah protes dengan apapun yang dilakukan suaminya. Namun ia mulai lelah karena semua yang dilakukannya seperti tidak ada timbal balik dari Bram. Adeline sudah menjadi istri yang baik, seharusnya Bram membalas dengan hal serupa bukann

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-23

Bab terbaru

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 12

    Dimas dan Adeline tersentak, mereka buru-buru menuju sumber suara.Erina buru-buru mengusap pipinya yang basah, ia mengulum senyum meski hatinya seperti dirajam.“Maaf, tanganku licin tadi. Jadi piringnya jatuh, padahal ini rujak untuk Mbak Adel.” Saat ini, Erina memilih diam, ia tidak mau salah paham. Lebih baik cari tahu lebih dulu daripada langsung menuduh.“Ya ampun. Kamu duduk saja di depan, biar aku yang bereskan.” Dimas berjongkok untuk membersihkan lantai.“Maaf ya, Mas.”“Tidak apa. Kamu temani saja Nyonya Adel, biar aku selesaikan masakannya juga.”Jantung Dimas berdetak tidak karuan, ia benar-benar takut Erina mendengar semuanya.“Kamu jadi repot karena aku, Mas.”“Sudah, tidak apa-apa. Kamu ke depan saja.”Erina mengangguk, ia membawa Adeline kembali ke ruang tamu, wanita itu juga tampak gelisah karena takut Erina tahu. Adeline tidak sejahat itu untuk merebut Dimas, ia hanya asal bicara saja.Adeline pernah merasakan kebahagiananya dihancurkan dan ia tidak akan mungkin ber

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 11

    Bram duduk termenung, ia masih belum beranjak dari ruang kerjanya semenjak mertuanya pamit pulang. Ia sudah janji akan menyelesaikan masalahnya sendiri.Masih ada sisa kemarahan dalam hati wanita itu, kecewa sudah pasti. Siapapun yang mendapatkan pengkhianatan akan merasa sakit, itulah yang dirasakan Adeline dan sekarang Bram mengalaminya sendiri.Lelaki itu tertawa, lebih tepatnya menertawakan dirinya sendiri. “Andai kau tidak bodoh dengan memilih Sitta, Adeline tidak akan seperti ini.”Bram tidak menyalahkan Adeline, ia tahu istrinya seperti ini berawal karena sikapnya juga. Bertahun-tahun mengacuhkan keberadaan wanita itu, tidak pernah dianggap bahkan tidak pernah diperlakukan seperti seorang istri. Mereka seperti orang asing yang tak sengaja tinggal satu atap.Untuk pertama kalinya, lelaki tak berperasaan itu meneteskan air mata.“Sakit yang kamu rasakan pasti lebih dari ini, maafkan aku.”Lelaki sejati memang seharusnya seperti ini, mengakui kesalahannya. Jangan mencari kambing h

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 10

    Adeline membawa Dimas ke rumah sakit. Sekarang yang terpenting mengobati dulu Dimas, bagaimanapun lelaki itu luka begini karenanya. Mana mungkin Adeline tega membiarkan Dimas tidak diobati.“Diam, jangan banyak bicara!” Adeline langsung melotot saat Dimas baru saja buka mulut untuk bicara.Mau tidak mau Dimas mengurungkan niatnya. Rasanya perih saat bicara karena kondisi kedua sudut bibirnya yang terluka.Ponsel Adeline dari tadi tidak berhenti berdering, ia sampai kesal dan memutuskan untuk menonaktifkan benda pipih itu.Untuk sekarang Adeline hanya ingin pergi jauh dari tempat ini. Pengkhianatan Bram, perlakuan papinya yang kasar sudah membuat luka di hatinya. Adeline ingin menyembuhkan luka hatinya itu agar bisa melanjutkan hidup dengan benar.Bagaimanapun ada bayi dalam kandungannya. Meski sudah jelas itu anak Dimas, tapi tidak ada niatan Adeline untuk menggugurkannya. Ia akan mempertahankan kehamilannya apapun situasinya, meski Dimas tidak akan mengakui. Itu bukan masalah bagi Ad

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 9

    Dimas melayangkan pukulan hingga membuat tangan Bram lepas dari leher Adeline.Tubuh Adeline ambruk. Ia meraup oksigen dengan rakus sambil terbatuk-batuk.“Kurang ajar! Berani kau padaku, Dimas.” Dengan dada turun naik, Bram menghampiri Dimas dan melayangkan pukul membuat lelaki itu tersungkur.Dimas kembali berdiri untuk melindungi Adeline agar tidak disakiti lagi oleh Bram. Dimas tak sengaja mendengar ada keributan saat akan lewat untuk membenarkan kran di kamar tamu. Ia bahkan memberanikan diri masuk ke kamar majikannya. karena tidak tenang mendengar keributan hanya diam saja.“Maafkan aku, Tuan. Tapi tolong jangan kasar pada perempuan.” Permintaan maaf Dimas disini tentu saja soal dosanya karena sudah menghamili Adeline.“Beraninya kau menghalangiku.” Bram mencengkram kerah baju Dimas dan kembali melayangkan pukulan.Bram melampiaskan kemarahannya memukul Dimas bertubi-tubi, lelaki itu tidak melawan, hanya diam menerima semua pukulan dan tendangan Tuannya. Baginya itu lebih baik d

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 8

    “Kamu suka, sayang?”Adeline mengangguk, matanya terpejam menghirup dalam-dalam aroma laut. Saat ini mereka ada di pantai pribadi milik keluarga Bram.Lelaki itu memiliki segalanya begitupun keluarga Adeline, mereka sama-sama dari kalangan atas.“Bagaimana kalau satu bulan di sini?”Mata Adeline langsung terbuka lebar. “Tidak. Satu minggu saja.”“Kenapa?” Bram merangkul mesra pinggang sang istri. “Aku ingin menebus waktu kita yang terbuang sebelumnya.”Adeline menggeleng. “Kamu harus bekerja, Mas. Kamu memiliki tanggung jawab, soal liburan kita bisa lain kali. Aku tidak mau kamu mengabaikan pekerjaan hanya untuk libur panjang.”Mendengar itu membuat Bram terkagum, istrinya memang dari dulu sangat pengertian dan sampai sekarang tidak berubah. Dalam waktu singkat saja ia bisa dibuat nyaman, hanya saja baru menyadarinya sekarang.Bram malah tidak ingin berjauhan dari Adeline, wanita itu memiliki pesona yang luar biasa. Selama ini Bram tutup mata hanya karena kesetiaannya pada sang istri

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 7

    “Nadira! Seret wanita ini keluar.”Nadira datang tergopoh-gopoh dengan dua orang petugas keamanan, ia sudah antisipasi saat tadi diminta keluar ruangan.“Mas, jangan kurang ajar kamu. Awas kamu, Mas. Aku tidak akan diam!” teriak Sitta saat diseret keluar dari ruangan itu.Dalam hatinya Adeline bersorak. Ia memang baik, tapi kalau ada yang sudah berani melukainya maka jangan salahkan kalau mereka akan hancur termasuk Bram.“Sayang, maafkan aku.”Adeline mengulas senyum. “Mas, kamu akan benar-benar mengakhiri hubunganmu dengan dia ‘kan?”Bram mengangguk pasti. “Iya, aku tidak akan lagi mengkhianatimu. Maafkan aku.”“Buktikan kalau kamu memang menyesal. Tebus lima tahun ini saat kamu mengabaikan keberadaanku karena wanita itu.”“Ya, aku akan lakukan apapun asal kamu memaafkanku.”“Kamu melakukan ini juga pasti ada alasan ‘kan? Mungkin saja aku masih belum bisa menjadi istri yang baik untukmu.” Adeline merendah.“Tidak. Kamu itu istri terbaik, aku saja yang tidak bersyukur.” Bram mengakui

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 6

    “Bibik percaya kamu orang baik, tolong jangan merusak rumah tangga mereka. Setelah bertahun-tahun seperti orang asing, sekarang bibik bisa lihat kalau mereka sudah mulai dekat seperti pasangan lainnya.” Bik Atin membongkar semuanya pada Dimas hanya karena ingin Dimas tidak bertingkah.Padahal bukan Dimas yang memulainya tapi Adeline namun tetap saja Dimas akan menjadi tersangka jika terjadi hal buruk kedepannya.“Aku tidak akan berani melakukan itu, Bik.”“Nyonya Adel itu permatanya keluarga ini, tergores sedikit maka akan ada masalah besar yang terjadi.”Bik Atin kembali ke dapur meninggalkan Dimas yang semakin tidak tenang.Semua yang terjadi juga bukan keinginannya, Dimas adalah suami yang setia. Semua yang terjadi saat itu adalah kesalahan dan dosa terbesarnya.Apa aku mengundurkan diri saja ya? Tapi takut tabunganku tidak cukup.Dimas bimbang. Meski Erina bilang akan melahirkan normal tapi Dimas harus punya uang untuk jaga-jaga agar tidak kerepotan.Sekarang ia ada dalam posisi s

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 5

    Sekali bertindak, Adeline bisa langsung mengetahui semuanya bahkan hanya dalam waktu lima menit saja. Lima tahun ini ia sudah cukup sabar dan diam, rasa cintanya pada Bram yang mulai muncul harus dimusnahkan karena lelaki itu tak punya perasaan.Adeline hanya mencinta seorang diri. Wanita tulus pun akan pergi saat keberadaannya tak dihargai.“Lepas, Nyonya. Tangan Nyonya terluka.” Bik Asih cemas karena darah terus mengucur dan Adeline tak kunjung melepaskan pisau itu dari tangannya.Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa sakit karena luka di tangannya tidak sebanding dengan luka di hatinya yang kembali disiram air garam.“Nyonya, Bibik mohon lepas, Nya.” Bik Atin semakin ketakutan.Wanita cantik itu menarik napas dalam-dalam, genggaman tangannya mengendur hingga pisau penuh darah itu terjatuh.“Dimas, Dimas!” Bik Atin memanggil Dimas.Dimas berlari dari kamarnya. Ia terbelalak melihat kondisi tangan Adeline dan darah yang mengotori meja dapur.“Siapkan mobil. Kita bawa Nyonya ke

  • Malam Panas Bersama Istri Majikan   Bab 4

    Dimas tertegun, ia buru-buru menjauh.Astaghfirullah. Apa yang kau lakukan, Dimas!Lelaki itu merutuki dirinya karena terbawa suasana sampai menenangkan Adeline dengan cara memeluk wanita itu.Adeline menyeringai. “Sudah kuduga.” Ia beranjak, naik ke atas ranjang dan meringkuk di sana.Sedangkan Dimas menunggu di ambang pintu. Art yang seharusnya selalu di rumah tadi sempat pergi ke apotik, Dimas menunggunya kembali untuk membersihkan kamar Adeline.Bagaimanapun ia tidak akan mungkin berlama-lama di kamar majikannya. Kejadian saat itu kembali berputar di benak Dimas membuat ia kembali merasa bersalah. Rasanya ia ingin memutar waktu agar tidak melakukan kesalahan fatal itu.Dengan gelisah Dimas berdiri kaku di sana. Jika ditinggalkan, Dimas takut Adeline kembali nekat. Ia tidak tahu sedalam apa luka batin sang nyonya sampai hampir melakukan hal gila.“Tutup pintunya dan pergi, Dimas!”Mendengar perintah itu Dimas tersentak. “Tapi, Nyo-”“Aku tidak suka mengulang perintah.”Dimas menutu

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status