Share

Jalur Damai

            Pagi yang damai di rumah Pak Hartono mendadak jadi tegang sejak kedatangannya. Angin yang bertiup menggugurkan bunga mangga di halaman depan seakan memperintim hawa perang di antara tiga orang yang membeku di depan pintu.

            “Maaf karena saya datang nggak bilang-bilang dulu.”

            Seluruh kalimat yang suidah Pak Robert susun rapi di dalam kepala mendadak rubuh. Tak ada satu kata pun yang bisa ia pungut dari sana kecuali kata maaf. Bukan suasana ini yang sebelumnya ia bayangkan. Kaku, nyaris Bu Febri tak bergerak sedikit pun.

            “A-Ad… A….” Tergagap mulut Bu Febri bicara. Lidahnya terpintal, tenggorokannya mendadak kering, kedua lututnya mendadak lumpuh. Kalau bukan karena

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status