Beranda / CEO / Makin Tua Makin Cinta / Berterima Kasih pada Seblak

Share

Berterima Kasih pada Seblak

Penulis: Call Me Ans
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-20 23:00:33

            ‘Tinggg… Tinggg…. !!!’

            Bunyi bel pintu apartemen terdengar berbunyi setelah tiga puluh menit kurang lebih lamanya Hana membenamkan wajahnya di dalam bantal. Peduli setan, Hana tak mau tahu dan tak ingin tahu manusia jenis apa di balik pintu sana yang membunyikan bel.

            Dia masih marah sama Pak Robert. Titik!

            “Oh iya, Pak. Terima kasih ya.”

            Sayup-sayup terdengar suara Pak Robert berbincang.

            “Iya komplit kok. Saya kasih tip nanti ya, Pak.”

       &nb

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Makin Tua Makin Cinta   Membuka Lembaran Masa Lalu

    Ada pepatah lama yang bilang kalau bukan jawaban yang penting dari sebuah impian melainkan bagaimana jalan mendapatkannya. Bagi Pak Robert, mendapatkan jawaban dari Hana lebih besar artinya dari semua project yang pernah ia kerjakan. Lebih berharga nilainya dari semua bisnis yang pernah ia bangun dan berhasil. Saking tak percayanya, Pak Robert sampai duduk diam mematung. “A-aku— aku diterima?” Suaranya terbata-bata, lirih hampir kalah dengan dengung pendingin ruangan. “Ya iyalah…. Pake ditanya lagi,” jawab Hana di pengujung ciuman, “Ta-tapi… Bola mata Pak Robert limbung m

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22
  • Makin Tua Makin Cinta   Helena

    Hana mengangguk ragu. Mimik mukanya tak berhasil menutupi keraguan yang ia rasakan. “Terserh Daddy.” Ludah Hana terasa menggumpal sebesar biji salak. Terpaksa ia telan bulat-bulat demi menyeka tenggorokannya yang mendadak tersekat. “A-aku cuma butuh alasan agar semua ini terlihat masuk akal,” tandasnya. Ada banyak alasan lain yang sebenarnya Hana punya. Hana baru sadar kalau selama ini ia terlena dengan hidup enak yang kedua orang tuanya berikan. Ia sampai tak tahu semua hal yang mereka rahasiakan. Bagus kalau tak ada dampaknya ke Hana. Sialnya, batu besar yang tengah Hana hadapi sekarang sebelum bisa benar-benar menerima cinta Pak Robert adalah bapaknya. Hana harus tahu kenyataannya.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-22
  • Makin Tua Makin Cinta   Surprice

    Robert yang sudah gelap mata tak bisa menahan lagi amarahnya. Napasnya memburu, berdebur cepat sampai-sampai tak sadar melempar satu-satunya ponsel yang ia punya. ‘Prakkkk…. !!!!’ Kaca digital dan body alumunium bertebaran, tercecerai, terburai berserakan di lantai. “ARRGHHHHHH…. !!!!” Teriakan keras terdengar sampai keluar rumah. Robert meraup wajahnya, menjambak rambut. “KENAPA SIH??! ARGGGHHHH… !!!! KENAPA KAMU TEGA BANGET BOONGIN AKU!!!” Tinjunya melayang, bukan cuma sekali, beberapa kali tanpa amp

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Makin Tua Makin Cinta   Cinta Luar Biasa

    Sudah sejam lebih Pak Robert bercerita dan baru kali ini Hana merasa perlu bangkit dari kursinya. Bergerak cepat menyeberang meja, memeluk tubuh Pak Robert yang sudah tak kuasa lagi menahan rasa sakit. Tubuhnya menggigil, air mata berderai jatuh bak air terjun membelah kedua pipinya. “Malam itu aku termui Helena, Han. Di-dia ada di sana.” Tangisnya makin menjadi-jadi. Napasnya tersengal, suaranya parau. Pelukan Hana tak sanggup menghentikan badai pedih yang murka mencabik-cabik Pak Robert. “Udah, Daddy… Udahh….” Hana berbisik, mengeratkan pelukannya. “Nggak, Han. Enggak…&rdquo

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Makin Tua Makin Cinta   Bisakah?

    Kenapa luar biasa karena ini tidak mudah mengalahkan diri sendiri. Pak Robert berhasil melakukannya. Cerita masa lalu yang terjadi antara Pak Robert dan Bapak Hana bukan melumpuhkan justru menguatkan. Bukti kalau memang Pak Robert punya hati yang selembut kapas. Hana tak pernah tahu kalau bapaknya pernah punya sejarah busuk dengan perempuan yang bukan ibunya. Sekalinya tahu, semua sudah tidak ada gunanya. Mau protes apa lagi? Hubungan Hana dengan pria itu terlanjur merenggang. Rasanya mustahil, biarlah mereka memilih jalannya sendiri-sendiri. “Itu yang jadi pikiranku, Dad.” Malam semakin matang, emosi yang tadinya meluap-luap sudah sempurna lega. Sekarang hanya ada Hana, Pak Robert dan s

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-23
  • Makin Tua Makin Cinta   Kesepakatan Baru

    “Bi-Bisa…” jawab Pak Robert terbata. Jawabannya justru malah mengangkat kedua alis Hana. “Oh ya?” Getir di mulutnya terpaksa diusir dengan segelas koktail yang ia sesap. “Wajah Daddy bilang sebaliknya loh.” Hana mendesak. “Percuma Hana berjanji bisa cinta terus sama Daddy sampai tua kalau Daddy justru ragu.” “Iya aku bisa, Han.” Sepang bola mata Pak Robert mendekik. Kedua alisnya terangkat tinggi-tinggi. “Aku bisa kok,” tandasnya angkuh. Semakin angkuh Pak Robert bersikap. Hana malah semakin tahu kalau tak ada kepastian yang bisa Pak Robert janjikan. Hening akhirnya membumbung melerai mereka. Petak apartemen Pak Robert me

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-24
  • Makin Tua Makin Cinta   Tak berubah

    Setelah tiga puluh hari lamanya waktu berjalan. “Pagiiii…” Kedatangan Hana di meja makan pagi hari ini menarik pusat alam semesta rumah keluarga Hartono. Dua manusia di kanan dan kiri Hana sontak melemparkan pandangan ke arahnya. Melupakan roti lapis yang sudah habis beberapa potong. Merasa tatapannya diabaikan Hana, mereka berdua berakhir saling bertatap bingung. Untuk kurun waktu sebulan ke belakang, baru kali ini mereka melihat Hana keluar kamar lebih pagi dari biasanya. Jam 7 pagi masih tiga puluh menit lagi tapi Hana sudah keluar denga

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-25
  • Makin Tua Makin Cinta   Mau 2 Ronde

    Bangunan apartemen dua puluh lantai yang tinggi menjulang menantang langit jadi harapan terakhir Hana. Tak ada yang lebih ia inginkan sekarang selain pulang. Pulang ke tempat di mana ia lebih di hargai, lebih tenang. Dan lebih hidup. Pelarian yang terasa sungguh melelahkan. Hana tak bisa terus-terusan seperti ini. Hana tak bisa lari setiap hari. Apa yang Pak Robert mau bukan semakin dekat malah terasa semakin jauh. Semakin Hana memaksakan diri dekat dengan bapak dan ibunya, keregangan di antara mereka bertiga malah semakin terasa. Suara berdecit yang timbul dari alas sepatu Hana beradu dengan lantai terdengar sepanjang lorong. Sembari menyembunyikan wajah sayunya dari semua orang yang berpapasan dengannya, Hana terus mempercepat langkah kakinya.&

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-26

Bab terbaru

  • Makin Tua Makin Cinta   Akhir

    Genderang perang tak kasat mata ditabuh. Suaranya terdengar di telinga semua orang. Pintu yang digebrak paksa masih lebih sopan dari meledakkan pintu apartemen. Tapi sekarang, aroma kengeriannya tercium sama pekat. Semua orang memasang posisi siaga. “AAAAAA….. LEPASINNN… !!!” Intan lebih dulu berlari menarik dan mengevakuasi Hana. Sementara Pak Wahyu menerajang masuk, ke arah 8 orang yang sudah bersiaga. ‘Baaakkkk… Bukkk… Sraaakkk….!!!’ Satu tendangan di dada dan satu pukulan telak di belakang leher cukup menggelaprkan satu orang preman. Pak Wahyu mendarat manis, kaki memasang kuda-kuda, tangannya bersilang-silang layaknya pendekar. Tujuh orang membuka diri. Dengan cepat membentuk lingkaran dengan Pak Wakyu dan Pak Robert ada di tengah-tengahnya. ‘Plokkk… plok… plokkk…. !!!!’ Pak Hartono tersnyum licik. “Jadi ada yang mau jadi pahlawan sekarang.” Tenang ia melangkah menghampiri koper yang

  • Makin Tua Makin Cinta   Pertarungan Terakhir

    Mobil Ford hitam terus melaju meski hanya berisi dua orang, Pak Robert dan seorang sopir pribadi yang juga sekaligus paman Intan. Kemacetan yang menumpuk hampir setiap lampu merah dan sengatan matahari tak mengurutkan niat mereka. “Semua harus selesai hari ini. Harus.” Sejenak Pak Robert terpejam. Dingin udara dalam mobil tak berhasil mengusir atmosfer panas dan ambisinya yang membara. Sejenak kepalanya menoleh ke belakang. Memastikan brangkas hitam berisi surat-surat penting miliknya masih di bangku tengah. Satu-satunya senjata terakhir yang Pak Robert punya hanya itu. Kalau saja negosiasi ini gagal, maka yang terakhir harus ia pertahurkan adalah PT. Cakra.Ia yakin seratus perse

  • Makin Tua Makin Cinta   Yang Terjadi di Jakarta

    Gemetaran, tangan Hana tak lagi kuasa memegangnya. Ponsel barunya tergeletak begitu saja di atas meja. Hana ganti menggigiti ujung kuku jarinya. ‘Tinggg…. Tinggg…. !!!’ Mata Hana terbelalak, panggilan masuk ganti mendarat di ponselnya. Pak Robert menghubunginya balik. Jujur Hana bingung. Menoleh ke kanan kiri tapi tak ada satu pun orang. Hana menarik napas panjang mengurai sesak di dadanya. Tidak-tidak… Ia tidak boleh mengabaikannya. Orang ini yang dari tadi ia cari. Hatinya langsung bergetar begitu nama itu muncul di atas layar ponselnya. Dengan napas yang tertahan di tenggorokan, tangan Hana be

  • Makin Tua Makin Cinta   Mereka Datang

    “Kupikir-pikir memang sudah dari dulu aku harusnya pisah sama dia.” Suaranya layu, wajahnya tercenung kosong. Sudah setengah jam lamanya ia sama sekali tak menyinggung semangkuk bibir di depannya. Dari sejak bubur itu masih mengepulkan asap tipis dan aroma beras bercampur bumbu kacang sampai dingin. Sudah setengah jam juga Juni membiarkan kakaknya diam. Sampai lama-lama ia tidak tahan sendiri. “Sudahlah, Kak Feb.” Tak tahan, tangannya bergerak memeluk lengan kakaknya. “Dua bulan sudah Kak Febri kayak gini.” Api di matanya ikut padam. “Mau sampai kapan, Kak? Udah dong. Mending Kaka sekarang makan buburnya dulu deh. Enak kok. Nggak kayak dulu pas aku masih belajar masak.”

  • Makin Tua Makin Cinta   Apa Masih Sama?

    “Cie HP baru nih yee….” Usil tangan Dinda tahu-tahu menjumput ujung dagu Hana dari belakang. Tiba-tiba muncul sampai Hana melonjak kaget hampir terjatuh dari kursi kasir. Refleks menepis tangan Dinda yang justru terpingkal-pingkal melihat mimik kaget Hana yang menggemaskan. “Ishhhh…. Dinda setan… !!!” umpatnya. Telapak tangannya sudah diangkat hampir melayangkan tabokan tapi urung. Melihat Dinda terpingkal ia jadi ikut terpingkal. “Nyebelin ih….” “Lagian HP baru tuh harusnya traktiran kek. Ini anyep-anyep bae…” imbuh Dinda dengan bahasa jawanya yang medok. me “Eh, gue beli HP juga gara-gara Bos Steven ya. Enak a

  • Makin Tua Makin Cinta   Cara lain

    “Whatt???” Dahi Intan mengerut sampai mencetak sepasang jurang kecil di antara ujung alisnya. “Seriously?” Mulutnya terperangah tak percaya. Raut kagetnya bukan tanpa alasan, Intan adalah salah satu orang yang tahu masa lalu Pak Robeert dengan Helena. “Ja-jadi? Jadi setelah selingkuh dengan kakaknya sekarang dia?” Intan sampai tak bisa merampungkan kalimatnya. Tapi baik David maupun Pak Robert tahu apa yang ia pikirkan. Apa yang membuat ekspresi tak percaya di wajahnya masih bertahan sampai sekarang. “Oh my god…” Kepala Intan menggeleng. “Sumpah nggak habis pikir aku.” “Sudahlah, Tan.” Suara Pak Robert t

  • Makin Tua Makin Cinta   Dalang

    Ada yang membuat kantor PT. Cakra siang ini terasa lebih panas dari biasanya bagi Pak Robert. Bukan karena pendingin ruangan yang di mana-mana banyak bocor. Tapi akhirnya kasus yang sudah 3 bulan lebih mengendap menemukan benang merahnya. Pak Robert tak mau urusan ini jadi arang dalam sekam. Ia mau Intan mengurus sampai akar. Sampai sang dalang dari dua puluh lima orang IT yang ingin melarikan diri diketahui. ‘Klekkkk….’ Gagang pintu ruangan Hana yang skarang difungsikan untuk Intan berputar. Lembaran kaca tebal yang buram melambai terbuka. Pak Robert muncul dengan setela kemeja biru telur asin dibalut taxedo hitam dengan celana khaki berwarna senada.&

  • Makin Tua Makin Cinta   Hidup sendiri-sendiri

    “APA KAMU BILANG?!!” Benar saja, bahkan Bu Febri belum sampai merampungkan kalimatnya. “AKU?” Telunjuk Pak menuding mukanya yang sudah memerah padam. “AKU DISURUH MINTA MAAF SAMA LAKI-LAKI BANGSAT SATU ITU? NGGAK!!” “Pakkk… Tapi ini demi Hana…” Bu Febri bergelayut di lengan suaminya. “Tolong sekali ini saja, Pak. Demi Hana. Demi anak kita satu-satunya, Pak.” Suara rintihan Bu Febri terdengar begitu menyakitkan. Entah apa yang sebenarnya dipikirkan Pak Hartono sampai-sampai ia tega membiarkan sang istri mengemis. “SEKALI ENGGAK YA ENGGAK!!” Pak Hartono makin melotot, menarik lepas tangannya yang digelayuti sang istr

  • Makin Tua Makin Cinta   Satu Syarat

    Setengah hari satu malam waktu terlewat. Bu Febri telah sampai kenyataan mau sebanyak apa waktu yang ia punya tak akan cukup. Ia tak akan berhasil membawa Hana pulang. Bukan karena usahanya membujuk Hana kurang. Bukan karena air mata yang jatuh masih kurang banyak. Hana sudah memberikan syarat padanya. Gadis itu berjanji mau pulang kembali ke rumah di Jakarta bersama-sama mereka setelah satu syaratnya terpenuhi. “Ibu hati-hati ya sampai di Jakarta,” bisik Hana di pintu terakhir dermaga tempat pengantar dan penumpang kapal penyeberangan harus berpisah. Dalam dekapa putrinya, susah payah Bu Febri menahan air mata. Hangat tubuh Hana. Aroma shampo yang masih sama di rambutnya. Suara centil y

DMCA.com Protection Status