Home / Rumah Tangga / Main Api / Bab 5. Shatteres Vows.

Share

Bab 5. Shatteres Vows.

Author: White lily_
last update Last Updated: 2025-02-27 16:33:06

Breaking News: Supermodel Alexander Juan baru saja tiba di bandara usai  aktivitasnya sebagai model utama di Jepang Fashion Week.

Laura membuka pintu mobil, bergegas duduk di kursi pengemudi, menghela nafasnya yang terasa sesak, jantung wanita itu berdetak cukup cepat saat ia membuka ponsel dan benar saja artikel suaminya yang akan kembali dari Jepang sudah muncul dalam pencarian pertama.

Laura menatap layar ponselnya lagi, memandangi deretan foto Juan dan membaca sekilas komentar-komentar yang sesungguhnya sedikit mengusiknya, terutama jika ia menemukan komentar bernada menggoda dari pengguna internet. Tanpa sadar ia tersenyum tipis, menyadari betapa egoisnya ia dalam hubungan pernikahan mereka selama ini. Usai menyalakan mesin mobil, Laura bergegas menuju apartemen tempatnya dan Juan tinggal selama dua tahun sejak pernikahan mereka secara diam-diam, tentu saja dengan restu kedua orangtua mereka dan kehadiran beberapa orang kerabat terdekat mereka.

Dirinya mengenal Juan nyaris selama hidupnya, mereka bertetangga saat di jepang dua puluh tahun yang lalu, Ayah Laura seorang dokter spesialis saraf dan Ibunya adalah seorang desainer yang harus mengabdikan dirinya pada perusahaan yang mengontraknya untuk melanjutkan hidup di Jepang. Sedangkan Juan berasal dari keluarga bisnisman yang cukup berada bisa dikatakan terlalu mapan bagi orang sepertinya. Ibu mertuanya bersahabat dengan ibunya, sekaligus Pelanggan jasa dari ibu Laura. 

Pernikahan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya, hingga Ia dan Juan menyadari persahabatan mereka yang ternyata sudah melewati batas. Saat itu mereka berada di senior high school dengan prom night sebagai malam perayaan kelulusan. Laura yang baru saja menyelesaikan tugas kimianya, berjalan keluar dari kelas dan mendapati Juan sedang bersama seorang gadis paling cantik di angkatan mereka.

 "Juan, kau mau pergi prom night bersamaku?" Gadis itu mendongak menatap sosok tinggi itu dengan ekspresi berharap.

Laura yang bersembunyi di sela dinding sambil mengintip, tanpa sadar berdecak,dengan kedua tangan mengepal melihat sahabatnya saat itu digoda oleh gadis lain. la bisa mendengar kekehan pelan Juan dari balik tembok itu.

 "Sorry." Suara berat Juan membuat Laura semakin mencondongkan tubuhnya, sosok jangkung itu tengah menggaruk lehernya sembari memberikan cengiran. "Aku tidak bisa pergi denganmu, ada orang lain yang ingin ku ajak," tegasnya.

Gadis itu mencebik, berbalik meninggalkan Juan yang tengah menarik ranselnya menuju koridor diseberang Laura.

"Siapa yang akan diajak? "guman Laura, dirinya mengangkat bahunya, melanjutkan perjalanan menuju tempat parkir dan menemukan Juan yang menunggunya di depan mobil sedan miliknya.

 "Lama sekali," desisnya.

 "Sorry, Aku harus mengumpulkan tugas kimiaku dulu tadi." 

 "Oke! cepat masuk, aku lapar." Juan membuka pintu penumpang, membiarkan wanita manis itu masuk terlebih dahulu sebelum ia berjalan memutar dan duduk dibangku pengemudi.

 "Hmm Lau." Juan menoleh ke arahnya. 

 "Ya?"

 "Ada yang mengajakku ke Prom."

 "So?" Laura menatap pemuda tinggi itu datar pura-pura tak tahu.

 "Aku menolak."

Kedua alis Laura berkerut meskipun ia tengah menahan senyuman lebarnya. "Kenapa?" Laura mendongak, menatap lekat sosok tinggi dihadapnya itu. 

 "Semalam." Juan menelan salivanya, kembali menatap sosok manis sahabatnya itu dengan sorot mata yang berubah sendu."Saat kau menginap di kamarku, dan kau bilang menyukaiku, usai mencium bibirku."Laura merasakan perutnya mendadak kram. "Aku rasa aku juga menyukaimu." Juan mengerjapkan matanya, bingung. Meskipun pipinya terasa panas dan memerah.

 "Jadi, Lau." Juan meraih jemari Laura."Kau keberatan bila status sahabat kita berganti menjadi pacaran?" tanya Juan sedikit ragu namun yakin.

Laura terkekeh pelan."Okay, kau pacarku," ucapnya To the point.

 Juan tertawa gemas, membawa yang lebih mungil dalam pelukannya.

 "Aku tak mau melepaskanmu selamanya." bisiknya. Laura tersenyum, mengangguk sambil membalas pelukan Juan "Ya,jangan lepaskan aku!"

 ----

Suara klakson mobil menyadarkan lamunan Laura, dirinya yang tengah berada di depan lampu merah, segera menginjakan pedal gas, sebelum berbelok menuju arah kanan dimana apartemennya berada.

Usai memarkir mobilnya di tempat biasa, Laura meraih dustbag di kursi belakang, mengambil sepasang setelan tidurnya dan Mengganti setelan kerjanya semalam,sembari mengecek leher dan area tubuh lainnya dengan gugup. Usai memastikan tidak ada jejak Brian di tubuhnya, ia menarik kunci mobil keluar dari mobil sambil menenteng tas belanja berisi makanan instan dan keperluan di apartemennya.Laura yakin Juan sudah tiba lebih dahulu, dan ia memutuskan untuk mengambil cuti satu atau dua hari dari kantor, ia enggan mengungkapkan alasannya pada lisa, manager HRD yang dirinya hubungi semalam untuk apa ia cuti hari ini. 

Laura hanya ingin pernikahannya baik-baik saja, meskipun dirinya tahu ia tengah bermain-main dengan pernikahannya tersebut.

 ----

Unit mereka berada di lantai paling atas, bukan apartment sebenarnya. Mirip penthouse hadiah pernikahan dari mertuanya, Laura ingat saat Juan melamarnya langsung usai wisudanya di Boston, di depan Ayah-Ibunya itu dan Mendiang Ibunya.

Syukurnya kedua orang tua mereka tidak keberatan dengan hubungan mereka, dan Juan menikahinya seminggu sebelum ibunya meninggal karena kanker. Laura menarik nafasnya, mengacak rambut coklatnya sebelum menekan password apartment dan masuk. Benar saja di depannya sudah berdiri suaminya yang sudah berganti pakaian dengan kaos putih polos dan celana jeans.

"Hey sayang." Juan tersenyum lebar, merentangkan kedua tangannya menunggu Laura untuk menghambur ke dalam pelukannya.

 "Heyy Sayang!” seru Laura,tertawa ketika Juan merengkuh tubuhnya. "I miss you so bad Lau." Juan mengecup puncak kepalanya.

 "Me too." Laura mencebik.

"Kau mau makan sesuatu?" lanjut Laura mengoyangkan tas belanjanya di depan sang suami.

 "Hmm, Aku saja yang masak." Juan meraih tas belanjanya,"Kau pasti lelah bekerja di kantor selama ini," ucapnya.

 Laura menggeleng "Kau yang lebih lelah." Laura mendongkak, sorot mata Juan bahkan tak pernah berubah setelah sekian lama mereka bersama.

 "Lelahku sudah menguap saat aku memelukmu," ucap Juan dengan datar. Namun lembut. Keduanya tertawa dan kembali berpelukan. Tidak ada yang salah dalam pernikahan mereka. Hanya saja terkadang Laura jenuh ketika Juan kembali cuek dan tidak mengajak Laura berbicara. Hanya itu. Selebihnya Juan adalah tipikal suami yang nyaris sempurna. 

 ----

Laura tengah menyiapkan air hangat untuk dirinya berendam, usai sarapan Juan sudah menerima beberapa panggilan dari agencynya, menawarkan pekerjaan mungkin. Laura enggan ikut campur karena selama ini Juan sudah cukup menjaga privasi pekerjaannya.Suaminya itu bahkan tidak memaksa Laura untuk bekerja di perusahaan keluarga besarnya, membiarkan Laura membangun karirnya sendiri.

Laura melepaskan pakaiannya, melemparkan setelan tidurnya di keranjang pakaian kotor sebelum berendam di dalam air hangat beraroma lavender dan vanilla favoritnya. Ia memejamkan mata, menyandarkan tubuhnya pada dinding bathtub. Selama beberapa menit Laura menikmati waktu mandinya hingga usapan lembut pada pipinya menyentakannya.

"Sayang, " desis Laura, menyadari Juan menatapnya khawatir duduk di dinding bathtub.

"Aku takut kau tertidur disini, sangat berbahaya bila tidak ada siapapun di rumah, dengan kebiasaan tidurmu di dalam bathtub penuh air," ucap Juan dengan sedikit datar. 

"Untungnya ada kau,kan?" jawab Laura menggoda mencipratkan air diwajah Juan hingga membasahi kaos putih pemuda itu.

 "Aku sudah mandi tadi." Juan melepaskan kaosnya, memamerkan otot dada dan perutnya yang keras dan tercetak jelas dengan delapan kotak di kulit kecoklatan milik sang dominan.

"Tapi mandi lagi denganmu sepertinya tidak masalah!"serunya yang langsung masuk ke dalam bathtub besar itu dan duduk di hadapan Istrinya.

 "hey," protes Laura. 

 "Apa?" 

Laura menggeleng, membiarkan Juan menarik tubuhnya hingga berada dalam pangkuan Juan, Laura melingkarkan kedua tangannya pada Juan, memijat bahu lebar itu sebelum menjatuhkan kecupan lembut di rahang suaminya.

Keduanya bertatapan cukup lama, hingga satu tangan Juan mengusap pipi Laura dan mencium bibir itu lembut,menyesapnya perlahan sembari meremas rambut Laura pelan hingga sang istri melenguh dan membiarkan lidahnya menyeruak masuk bermain dengan lidah Juan.

Juan tersenyum, ketika Laura menggigit bibir bawahnya pelan, kembali menyesap lidah milik Laura bergantian dengan lumatan lembut di bibir si manis. Membangkitkan gairahnya, bibir Juan turun menuju leher Laura,menyesap kulit halus itu hingga meninggalkan jejak keunguan bergantian,di daerah dada hingga turun disekitar perut rata Laura yang meremas rambutnya kencang sebagai pelampiasan.

 "Nghhh ,ahhhh," desah Laura, sentuhan lembut Juan membuat tubuhnya memanas. Laura dengan satu tangannya turun meraih milik suaminya yang sudah keras dan tegang di bawah sana.

 Mengurutnya perlahan diantara cipakan air dan geraman berat Juan. Pemuda itu

menangkup wajahnya, menciumnya lagi sedikit kasar karena rangsangan Laura di bawah sana membuat Juan mulai kehilangan kontrolnya.

Nafas Laura tersengal, kepalanya pening dengan wajah hingga telinga merah karena gairah. Sang dominan masih berada diatasnya hingga Juan menghentakan miliknya sebanyak tiga kali dan menyemburkan cairan hangatnya di dalam tubuh Laura. Cukup lama mereka menghabiskan waktu diatas ranjang mereka yang panas, hingga Laura lima kali mencapai klimaks dan Juan mencapai klimaks keduanya.

—---

Pria itu kini tengah menyelimuti tubuh Laura yang terlelap tidur karena lelah, diusapnya wajah Istrinya bergantian dengan jemari mungil sang istri yang dilingkari cincin rose gold pada jari manisnya. "Aku mencintaimu Lau." Juan mencium punggung tangan Laura sebelum melangkah menuju balkon dengan segelas wine di tangannya.Menatap langit-langit kota Jakarta yang mulai mengelap, dirogohnya handphone miliknya usai menyesap wine dengan satu panggilan masuk.

 "Halo, Pak Bram,"Juan tersenyum tipis sebelum menunduk dan melirik ke arah ranjang besar mereka.

 "Hallo, Tuan Juan, bagaimana dengan pengajuan laporan perselingkuhan istri anda?" tanya suara parau di seberang sana, Bram pengacara keluarga Juan Alexander grup. 

 Apa yang terjadi?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Main Api   Bab 6. Whispers of Deceit

    Bab 6 . Whispers of DeceitPagi ini hujan deras, suara rintik hujan beradu dengan gemuruh guntur dan kilatan petir, Laura semakin meringkukan tubuhnya pada tubuh besar Juan yang memeluknya.Menghirup aroma parfum milik Juan yang masih menempel di sela-sela perpotongan leher sang suami. Laura menggerakan satu tangannya, membalas pelukan suaminya."Morning sweetheart," bisik Juan menundukan wajahnya, lalu menggesekan hidung mancungnya di kening Laura."Morning," balas Laura pelan."Kau tidak ada jadwal kan hari ini?" Lanjut Laura berbisik. "Tidak, tinggal satu kontrak pemotretan majalah dua hari lagi," jawab Juan parau."Jangan pergi kemanapun hari ini please." Mohon Juan yang tiba-tiba manja.Laura terkekeh."Baiklah, hari ini aku mengambil libur. Tapi kita harus sarapan. Aku lapar," ujarnya, menggeser dekapan Juan yang lumayan erat."Kau lapar?" Laura berdengung."Tidurlah, biar aku yang membuatkanmu sarapan, kau kelelahan semalam." Juan langsung bangkit, meraih celana training untuk

    Last Updated : 2025-03-01
  • Main Api   Bab 7. I'm Yours

    Juan menyalakan keran shower, membiarkan tubuh kekar atletisnya basah disirami air hangat yang menenangkan tubuhnya yang menegang karena menahan emosi.Satu tangannya digunakan untuk menyangga tubuhnya yang limbung.Juan mendengarnya, mendengar pembicaraan telepon Laura dari depan pintu kamar mereka.Juan mendengar semuanya."Lau." Juan mengusap air yang membasahi wajahnya "Sadarlah," desisnya. ----"Perlu ku tunggu?" tanya Juan.Laura menggeleng lemah."Aku bisa pulang sendiri.""Tidak Lau, aku akan menunggumu" tegas Juan."Sayang please," ucap Laura memohon.Terdengar desahan nafas Juan yang kembali memaksakan senyumnya."Baiklah, usai mengantarmu. Aku akan mampir ke kantor Ibu.""Baiklah." Laura mengenakan pakaiannya dengan tatapan kosong."Aku akan menjemputmu Laura dan jangan menolak!" Tegas Juan kembali mengingatkan.Laura mengangguk, menerima uluran tangan Juan yang membawanya lagi dalam pelukannya."Lau,""Hmm..""Aku tidak mau kita seperti orang lain, aku dan kau kita akan ber

    Last Updated : 2025-03-05
  • Main Api   Bab 8. Burning Heart

    “Maaf," desis Brian kearah Laura yang hanya terdiam di kursi depan meja ruang CEO milik Brian. "Lau aku minta maaf," ulangnya.Laura mendongkak, sisa airmata tercetak jelas di wajahnya yang lelah memandangi pria di hadapannya itu. Entah apa yang sekarang ia rasakan, lelah, hampa, takut, marah, kesal bercampur dengan perasaan yang begitu menggebu ketika pria tampan itu setiap kali menyentuhnya."Setujui saja permohonan pengunduran diriku, Brian," ucap Laura"Aku tidak bisa!" Tegas Brian."Bagaimana caranya, aku pasti akan gila bila tak melihatmu. Membayangkannya saja aku-""Aku sudah menikah Brian!"Satu ucapan Laura seketika membungkam Brian, pria itu bahkan tak merapikan jasnya seperti semula, sisa-sisa permainan mereka tampak dari kusutnya kemeja sang CEO yang bergesekan pada kulit tubuh Laura sejam yang lalu. Brian meremas rambutnya frustasi, mata monolid nya tampak memohon memandangi wanita cantik yang sudah mencuri atensinya, mengambil seluruh dunia nya.Brian merasa begitu diing

    Last Updated : 2025-03-05
  • Main Api   Bab 9.Him, Me, and Betrayal

    Apartemen mewah di pusat kota itu tampak gelap, hanya diterangi cahaya temaram dari lampu-lampu jalan yang menyusup melalui celah tirai putih. Seorang pria duduk dengan wajah kusut, sebotol wine di satu tangan, rokok di tangan lainnya. Diteguknya cairan merah itu sebelum kembali menghisap rokoknya, membiarkan asap tembakau dan mentol membumbung tinggi, memenuhi ruangan dengan aroma yang menyesakkan.Brian terkekeh parau.Hari ini, kenapa terasa seperti akhir dunia baginya?Sejak kecil, ia tak pernah meminta apa pun—bukan mainan mahal, bukan makanan enak. Ia tidak pernah menuntut apapun dari Tuhan. Sepasang mata monolid nya menatap nanar lengannya, tempat bekas sayatan dan guratan masih tampak jelas. Luka-luka itu adalah kenangan pahit yang ditinggalkan ibunya sendiri.Depresi akut dan hilangnya ingatan sebagian telah menjadikan ibunya sosok yang tidak stabil. Sentuhan, yang bagi orang lain adalah bentuk kasih sayang, baginya hanya berarti luka. Beruntung, ibunya segera mendapatkan per

    Last Updated : 2025-03-07
  • Main Api   Bab 10. One Last Time?

    Jantung Juan mencelos ketika mendengar suara Brian yang memanggil Laura seintim itu. "Don't leave me," mohon pria itu sekali lagi. "Laura please,aku janji." Juan siap menyapa CEO KDN grub itu tapi Laura keluar lebih dulu keluar dari closet room menatapnya bingung. "Juan, siapa?" Juan hanya tersenyum tipis, dirinya yakin Brian di seberang sana sadar dengan siapa dirinya berbicara tadi. Juan menyerahkan ponsel tersebut ke Laura yang masih memandangnya dengan ekspresi bingung. "Atasanmu," lirih Juan parau dan ia sempat menangkap ekspresi gugup dan panik Laura dari raut wajah manis milik sang istri. "Juan." Laura sedang menelan air liurnya mencari alasan tapi Juan jauh lebih cepat mencela. "Bicaralah, mungkin penting.” Juan memilih mengalah-keluar dari kamar milik mereka meninggalkan Laura yang mematung menatap ponsel miliknya dengan nama Brian yang masih melangsungkan panggilan telephonenya. Sekuat hati ia menempelkan ponsel itu di telinganya, hingga mendengar derit pintu kamar yan

    Last Updated : 2025-03-10
  • Main Api   Bab 11. I'M SORRY

    Laura duduk di tepi ranjang, menatap layar ponselnya yang masih menampilkan panggilan Brian yang sudah terputus beberapa menit lalu. Napasnya masih bergetar, pikirannya bercampur aduk. Juan mencintainya, dia tahu itu. Tapi Brian...Dia menggigit bibirnya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Seharusnya dia tidak merasa seperti ini. Seharusnya dia menolak tanpa ragu. Tapi kenapa rasanya begitu sulit?Namun, tangannya tetap mengetik pesan untuk Brian dengan jari yang sedikit gemetar.Aku akan datang.Pintu kamar terbuka perlahan. Juan berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. "Laura, kau tidak apa-apa?"Laura tersentak, buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam genggaman. "Ya, aku baik-baik saja."Juan menatapnya lebih lama sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Aku tiba- tiba harus ke studio sebentar. Kamu ada rencana hari ini?"Laura menelan ludah. Ini kesempatannya. Jika dia ingin menemui Brian, ini adalah satu-satunya cara. "Aku juga ada perte

    Last Updated : 2025-03-15
  • Main Api   Bab 1. Luka yang Terbuka Kembali

    Suara dentingan kaca pecah memenuhi ruangan besar itu, dan menggema di setiap sudutnya. Brian berdiri di tengah kekacauan, dadanya naik turun, wajahnya memerah oleh amarah yang tak tertahan. Di tangannya, sisa gelas wine yang hancur sangat mencerminkan tatapan matanya yang gelap dan penuh kemarahan."Ini semua tidak masuk akal!" Teriaknya, nadanya penuh tekanan.Di sudut ruangan, Livia,Ibunya menatapnya dengan raut wajah cemas, sementara wanita muda yang duduk di sofa hanya bisa menunduk, merasa tak diinginkan. Wanita itu, Sarah, adalah sosok yang dipilih orang tuanya sebagai calon istri Brian. Wanita yang dikenal dari pertemuan perusahaan Ayah Brian dan Livia,istrinya. Namun, Brian tidak peduli siapa dia. Hanya dengan keberadaan wanita itu saja sudah cukup membuatnya ingin meledak. Ia benci dengan situasi seperti ini."Brian." Livia mencoba berbicara, suaranya tenang tapi tegas. "Kamu tidak bisa terus begini. Lihatlah dirimu. Usia tiga puluh lima dan kau masih sendiri. Ayahmu dan ak

    Last Updated : 2025-01-03
  • Main Api   Bab 2 . Hambar Yang Mengusik

    Bab.2 HAMBAR YANG MENGUSIK.Laura menatap meja makan di hadapannya. Hidangan yang disiapkan sejak sore tadi tetap utuh, sama sekali tidak tersentuh. Sambil menghela nafas panjang, ia menoleh ke arah jam dinding. Pukul sebelas malam, dan Juan masih belum pulang juga."Dia sibuk," gumam Laura kepada dirinya sendiri, mencoba mencari alasan untuk perasaan hampa yang menyelimutinya. Juan adalah seorang aktor dan model terkenal, jam kerja yang tidak menentu adalah bagian dari kehidupannya. Tapi tetap saja, kesibukan Juan sering kali meninggalkannya sendirian, menghadapi kehampaan yang kian menjadi-jadi. Walaupun sudah terbiasa,tapi tetap saja Laura sedikit merasa kesepian. Beberapa bulan terakhir, mereka semakin jarang berbicara, bahkan lebih jarang lagi tertawa bersama. Laura tidak ingat kapan terakhir kali mereka menghabiskan waktu sebagai pasangan, berbicara tentang hal-hal kecil, atau sekadar menikmati kebersamaan tanpa terganggu oleh pekerjaan. Kehidupan mereka, yang dulunya penuh cinta

    Last Updated : 2025-01-03

Latest chapter

  • Main Api   Bab 11. I'M SORRY

    Laura duduk di tepi ranjang, menatap layar ponselnya yang masih menampilkan panggilan Brian yang sudah terputus beberapa menit lalu. Napasnya masih bergetar, pikirannya bercampur aduk. Juan mencintainya, dia tahu itu. Tapi Brian...Dia menggigit bibirnya, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Seharusnya dia tidak merasa seperti ini. Seharusnya dia menolak tanpa ragu. Tapi kenapa rasanya begitu sulit?Namun, tangannya tetap mengetik pesan untuk Brian dengan jari yang sedikit gemetar.Aku akan datang.Pintu kamar terbuka perlahan. Juan berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diterjemahkan. "Laura, kau tidak apa-apa?"Laura tersentak, buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam genggaman. "Ya, aku baik-baik saja."Juan menatapnya lebih lama sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Aku tiba- tiba harus ke studio sebentar. Kamu ada rencana hari ini?"Laura menelan ludah. Ini kesempatannya. Jika dia ingin menemui Brian, ini adalah satu-satunya cara. "Aku juga ada perte

  • Main Api   Bab 10. One Last Time?

    Jantung Juan mencelos ketika mendengar suara Brian yang memanggil Laura seintim itu. "Don't leave me," mohon pria itu sekali lagi. "Laura please,aku janji." Juan siap menyapa CEO KDN grub itu tapi Laura keluar lebih dulu keluar dari closet room menatapnya bingung. "Juan, siapa?" Juan hanya tersenyum tipis, dirinya yakin Brian di seberang sana sadar dengan siapa dirinya berbicara tadi. Juan menyerahkan ponsel tersebut ke Laura yang masih memandangnya dengan ekspresi bingung. "Atasanmu," lirih Juan parau dan ia sempat menangkap ekspresi gugup dan panik Laura dari raut wajah manis milik sang istri. "Juan." Laura sedang menelan air liurnya mencari alasan tapi Juan jauh lebih cepat mencela. "Bicaralah, mungkin penting.” Juan memilih mengalah-keluar dari kamar milik mereka meninggalkan Laura yang mematung menatap ponsel miliknya dengan nama Brian yang masih melangsungkan panggilan telephonenya. Sekuat hati ia menempelkan ponsel itu di telinganya, hingga mendengar derit pintu kamar yan

  • Main Api   Bab 9.Him, Me, and Betrayal

    Apartemen mewah di pusat kota itu tampak gelap, hanya diterangi cahaya temaram dari lampu-lampu jalan yang menyusup melalui celah tirai putih. Seorang pria duduk dengan wajah kusut, sebotol wine di satu tangan, rokok di tangan lainnya. Diteguknya cairan merah itu sebelum kembali menghisap rokoknya, membiarkan asap tembakau dan mentol membumbung tinggi, memenuhi ruangan dengan aroma yang menyesakkan.Brian terkekeh parau.Hari ini, kenapa terasa seperti akhir dunia baginya?Sejak kecil, ia tak pernah meminta apa pun—bukan mainan mahal, bukan makanan enak. Ia tidak pernah menuntut apapun dari Tuhan. Sepasang mata monolid nya menatap nanar lengannya, tempat bekas sayatan dan guratan masih tampak jelas. Luka-luka itu adalah kenangan pahit yang ditinggalkan ibunya sendiri.Depresi akut dan hilangnya ingatan sebagian telah menjadikan ibunya sosok yang tidak stabil. Sentuhan, yang bagi orang lain adalah bentuk kasih sayang, baginya hanya berarti luka. Beruntung, ibunya segera mendapatkan per

  • Main Api   Bab 8. Burning Heart

    “Maaf," desis Brian kearah Laura yang hanya terdiam di kursi depan meja ruang CEO milik Brian. "Lau aku minta maaf," ulangnya.Laura mendongkak, sisa airmata tercetak jelas di wajahnya yang lelah memandangi pria di hadapannya itu. Entah apa yang sekarang ia rasakan, lelah, hampa, takut, marah, kesal bercampur dengan perasaan yang begitu menggebu ketika pria tampan itu setiap kali menyentuhnya."Setujui saja permohonan pengunduran diriku, Brian," ucap Laura"Aku tidak bisa!" Tegas Brian."Bagaimana caranya, aku pasti akan gila bila tak melihatmu. Membayangkannya saja aku-""Aku sudah menikah Brian!"Satu ucapan Laura seketika membungkam Brian, pria itu bahkan tak merapikan jasnya seperti semula, sisa-sisa permainan mereka tampak dari kusutnya kemeja sang CEO yang bergesekan pada kulit tubuh Laura sejam yang lalu. Brian meremas rambutnya frustasi, mata monolid nya tampak memohon memandangi wanita cantik yang sudah mencuri atensinya, mengambil seluruh dunia nya.Brian merasa begitu diing

  • Main Api   Bab 7. I'm Yours

    Juan menyalakan keran shower, membiarkan tubuh kekar atletisnya basah disirami air hangat yang menenangkan tubuhnya yang menegang karena menahan emosi.Satu tangannya digunakan untuk menyangga tubuhnya yang limbung.Juan mendengarnya, mendengar pembicaraan telepon Laura dari depan pintu kamar mereka.Juan mendengar semuanya."Lau." Juan mengusap air yang membasahi wajahnya "Sadarlah," desisnya. ----"Perlu ku tunggu?" tanya Juan.Laura menggeleng lemah."Aku bisa pulang sendiri.""Tidak Lau, aku akan menunggumu" tegas Juan."Sayang please," ucap Laura memohon.Terdengar desahan nafas Juan yang kembali memaksakan senyumnya."Baiklah, usai mengantarmu. Aku akan mampir ke kantor Ibu.""Baiklah." Laura mengenakan pakaiannya dengan tatapan kosong."Aku akan menjemputmu Laura dan jangan menolak!" Tegas Juan kembali mengingatkan.Laura mengangguk, menerima uluran tangan Juan yang membawanya lagi dalam pelukannya."Lau,""Hmm..""Aku tidak mau kita seperti orang lain, aku dan kau kita akan ber

  • Main Api   Bab 6. Whispers of Deceit

    Bab 6 . Whispers of DeceitPagi ini hujan deras, suara rintik hujan beradu dengan gemuruh guntur dan kilatan petir, Laura semakin meringkukan tubuhnya pada tubuh besar Juan yang memeluknya.Menghirup aroma parfum milik Juan yang masih menempel di sela-sela perpotongan leher sang suami. Laura menggerakan satu tangannya, membalas pelukan suaminya."Morning sweetheart," bisik Juan menundukan wajahnya, lalu menggesekan hidung mancungnya di kening Laura."Morning," balas Laura pelan."Kau tidak ada jadwal kan hari ini?" Lanjut Laura berbisik. "Tidak, tinggal satu kontrak pemotretan majalah dua hari lagi," jawab Juan parau."Jangan pergi kemanapun hari ini please." Mohon Juan yang tiba-tiba manja.Laura terkekeh."Baiklah, hari ini aku mengambil libur. Tapi kita harus sarapan. Aku lapar," ujarnya, menggeser dekapan Juan yang lumayan erat."Kau lapar?" Laura berdengung."Tidurlah, biar aku yang membuatkanmu sarapan, kau kelelahan semalam." Juan langsung bangkit, meraih celana training untuk

  • Main Api   Bab 5. Shatteres Vows.

    Breaking News: Supermodel Alexander Juan baru saja tiba di bandara usai aktivitasnya sebagai model utama di Jepang Fashion Week.Laura membuka pintu mobil, bergegas duduk di kursi pengemudi, menghela nafasnya yang terasa sesak, jantung wanita itu berdetak cukup cepat saat ia membuka ponsel dan benar saja artikel suaminya yang akan kembali dari Jepang sudah muncul dalam pencarian pertama.Laura menatap layar ponselnya lagi, memandangi deretan foto Juan dan membaca sekilas komentar-komentar yang sesungguhnya sedikit mengusiknya, terutama jika ia menemukan komentar bernada menggoda dari pengguna internet. Tanpa sadar ia tersenyum tipis, menyadari betapa egoisnya ia dalam hubungan pernikahan mereka selama ini. Usai menyalakan mesin mobil, Laura bergegas menuju apartemen tempatnya dan Juan tinggal selama dua tahun sejak pernikahan mereka secara diam-diam, tentu saja dengan restu kedua orangtua mereka dan kehadiran beberapa orang kerabat terdekat mereka.Dirinya mengenal Juan nyaris selama

  • Main Api   Bab 4. When The Rain Meets Fire

    Malam itu, hujan mengguyur deras di Jakarta.Brian mendorong pintu apartemennya dengan bahu, menyalakan lampu utama yang memantulkan sinarnya ke dinding kaca besar di satu sisi ruangan. Pemandangan gemerlap kota yang basah tampak dari balik kaca, memberi kesan tenang yang kontras dengan gemuruh di luar. Ia melepas sepatu kulitnya dan melangkah masuk ke ruang tamu yang luas dan dingin. Udara terasa sunyi,hanya desiran AC yang menemani.Dengan langkah malas, Brian menuju closet room. Deretan jas kerja mahal, jam tangan eksklusif, dan sepatu yang tertata sempurna di rak kayu mahal menunggu untuk disentuh. Ia melepaskan jasnya, menggantungnya dengan rapi, lalu mengendurkan dasi yang masih menggantung di leher. Ponselnya bergetar. Di layar muncul nama yang membuat bibirnya melengkung samar. Laura.Brian mengangkat telepon sambil membuka kancing kemejanya, tubuh tegapnya kini hanya terbalut kaos dalam. "Ya, Lau." Suaranya berat, namun ada kehangatan di sana.Hembusan nafas dari ujung tele

  • Main Api   Bab 3. A Fragile Embrace

    Bab.2 HAMBAR YANG MENGUSIK.Laura menatap meja makan di hadapannya. Hidangan yang disiapkan sejak sore tadi tetap utuh, sama sekali tidak tersentuh. Sambil menghela nafas panjang, ia menoleh ke arah jam dinding. Pukul sebelas malam, dan Juan masih belum pulang juga."Dia sibuk," gumam Laura kepada dirinya sendiri, mencoba mencari alasan untuk perasaan hampa yang menyelimutinya. Juan adalah seorang aktor dan model terkenal, jam kerja yang tidak menentu adalah bagian dari kehidupannya. Tapi tetap saja, kesibukan Juan sering kali meninggalkannya sendirian, menghadapi kehampaan yang kian menjadi-jadi. Walaupun sudah terbiasa,tapi tetap saja Laura sedikit merasa kesepian. Beberapa bulan terakhir, mereka semakin jarang berbicara, bahkan lebih jarang lagi tertawa bersama. Laura tidak ingat kapan terakhir kali mereka menghabiskan waktu sebagai pasangan, berbicara tentang hal-hal kecil, atau sekadar menikmati kebersamaan tanpa terganggu oleh pekerjaan. Kehidupan mereka, yang dulunya penuh cinta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status