Yup, kami lagi ada di perpus. Ya beginilah kalau punya cowok yang kutu buku. Hem, menyebalkan.
Baru aja seneng karena ada keajaiban yang membuatnya kembali ke dunia ini. Dan sekarang malah kesel karena di bawa ke tempat sunyi senyap ini. Ck.
Ish...
Aku membuka lembaran buku selembar tiap selembar tanpa m membacanya. Ntah kapan kamu akan pulang dari tempat ini.
Ctak.
Sebuah pulpen tepat menepuk di jidat ku dengan dengan sempurna.
"Aduh." Kataku sambil memegangi jidad.
"Kau kenapa?" Tanyanya.
"Bosan. Baca mulu." Cetusku.
Dia menatapku datar sambil menumpu kan tangannya di atas meja. "Terus?"
"Kita pergi ke mana kek, tangan penting jangan di sini lah. Bosan." Rengekku.
Jessen berdiri dari bangkunya yang berada di hadapanku kemudian duduk di sebelahku. Dia kembali menatapku datar.
"Lemesin napa sih mukamu Jes. Ketet amat." Hina ku.
"Kau mau
Aku memasak di dapur. Ntahlah apa yang ku masak. Yang penting aku mencoba mengendalikan diriku dulu. Tenang Val... Tenang. Jangan grogi, jangan grogi!!! Aku pun terus mengadon nasi di rice cooker. Aduh... Aku grogi banget njritt Beberapa saat kemudian, Jessen mendatangiku. Deg deg Deg deg Dia mau apa? Dia berjalan ke belakang ku. Sedangkan aku pura pura fokus mengadon beras ini. Mataku terbelalak saat tangannya melingkari pinggang ku dari belakang sedangkan kepalanya dilekakkannya di bahuku. "Aku kedinginan." Ucapnya. Deg deg Deg deg "Y ya udah... Matiin aja AC nya sana." Suruh ku. "Udah. Tapi masih dingin." Tambahnya. Aku menelan ludah berat. "Kenapa kaku gini sih Val." Bisiknya. "M maksud nya?" Kataku gagap. Jessen menyingkirkan stainless untuk memasak nasi di rice cooker tadi dari hadapan ku. "Aku ngak mau makan
Tunggu... Apa yang terjadi? Maksudnya?"Nek. Kan Valen KOAS di rumah sakit nek." Kataku dengan nada bingung.Kakek dan nenek saling berhadapan beberapa detik, kemudian tertawa. Nenek mengelus kepalaku. "Masih sekolah kok ngebet banget mau KOAS aja. Kuliah aja belum." Kata nenek sambil mengacak rambutku."Lah. Iya loh nek." Kataku jujur.Mereka kembali tertawa. "Iya iya... Semoga doa kamu terkabul ya Valen. Nenek ngak nyangka ternyata kamu ingin jadi dokter rupanya.""Lah...?" Aku semakin bingung."Udah udah... Nanti aja bercandanya. Kamu harus cepat ke sekolah sekarang." Kata nenek sambil beranjak dari tempat tidur ku."Maksudnya apa sih nek?"Nenek menoleh ke arah ku, kali ini nenek yang bingung. "Valen. Hari ini kamu kan sekolah seperti biasa. Nenek jadi bingung lihat kamu."Aku bahkan lebih bingung.Drr drrrPonselku bergetar. Tertulis nama Tessa di sana.Ku angkat telepon nya. "Iya tes?....
Jam istirahat pun berbunyi. Aku dan Tessa pun pergi ke kantin sekolah. Aku kali ini tak selera sedikit pun mengenai makanan. Sangat tak berselera."Val, kau ngak pesan apa gitu?" Tanya Tessa yang berada di sebelahku."Teh manis aja deh." Kataku dengan raut wajah murung."Mbak..." Kata Tessa pada mbak kantin yang ada di hadapan kami sekarang."Iya dek.""Nasi goreng satu, segelas jus jeruk sama segelas teh manis. Itu aja mbak ." Kata Tessa.Mbak itu pun mengangguk dan mulai menyediakan makanan kami.Kami pun berjalan ke arah meja makan kantin, menunggu pesanan kami.Aku menghembuskan nafas berat sambil menyenderkan kepalaku pada tangan yang kuletakkan di atas meja."Lemes amat kau." Ucap Tessa."Hem.. Aku hilang arah." Kataku."Kenapa?" Tanyanya.Tessa... Kalau aku jelas kan juga kau ngak bakalan percaya..."Ngak apa." Kataku malas."Em. Sakit ya?""Mungkin." Ucap ku bohong.
Jam pelajaran pun usai. Aku tengah berjalan dengan Tessa untuk pulang ke rumah kami masing-masing. Rasanya seperti hampa aja ya kan.. ngak ada ke tempat Jessen lagi.Hem.. mau gimana lagi? Memang inilah yang seharusnya terjadi padaku."Val." Tessa menoel bahuku."Ha?""Aku mau nanya...""Hem. Oke, tanya aja.""Kau ada hubungan apa sama Jessen? Kenapa.. Kau marah ke Jessen waktu di kantin karena melupakan mu?... Emang kalian udah pernah deket ya? Kok aku ngak tau." Tanya Tessa pemasaran.Jawab apa ya?... Aku kasih tau juga kau ngak bakalan ngerti Tes... "Em. Itu, ngak ada apa apa Tess, aku hanya kesal aja sama dia."Aku merenggangkan badanku. "Aku ngak akan mau lagi menyukai."Tessa tersenyum lebar. "Benarkah?""Yup." Kataku bangga.Tessa kemudian kembali murung. "Val. Aku mau jujur samamu.""Apa beb?" Kataku sambil mengambil botol minuman ku yang berada di sebelah tasku. Kemudian aku mu
Aku berjalan memasuki gerbang sekolah. Jam pelajaran akan segera di mulai.Hari baru, semangat baru. Yup... Semangat baru...Aku harus bisa jadi murid berprestasi mulai dari hari ini. Ya, hari ini. Hehe.Yakin? Ya yakin lah... Kan aku udah pernah tamat dari sini... Awokawok...Aku harus menata hidup ku menjadi lebih baik lagi."Semangat!!!"Semua orang yang ada di halaman sekolah ini menatapku aneh.Ups.. sangkin bersemangat nya aku sampai menjerit.Aduh... Malu anjrit.Aku pura pura stay cool dan berjalan santai menuju ke dalam sekolah.Saat aku berjalan menuju kelas, banyak siswa yang mengumpul pada dinding pengumuman sekolah yang ada di aula sekolah.Kenapa ya?Sesaat kemudian Tessa dari belakang merangkul ku. "Valen..
Aku berjalan meninggalkan nya yang ada di dalam perpus dengan sebelumnya melapor dulu ke petugas perpus bahwa aku meminjam buku matematika yang ku ambil tadi.Rasa kesal dan cemas aku rasakan sekarang. Bagaimana tidak, kalau aku jumpa lagi dengannya bagaimana?Jadi babu gratis dong..Rasanya seperti ingin menangis. Hu hu hu...Udahlah, aku ngak mau pikiran itu sekarang. Mendingan aku pikirkan mengenai lomba yang akan aku ikuti Minggu depan nanti.Huf. Semoga aku bisa sukses... Aminnn...Aku berjalan di koridor sekolah. Kembali melihat pengumuman perlombaan, aku ingin memastikan kapan, di mana, dan apa persyaratan lainnya yang perlu aku persiapkan.Aku menatap Mading sekolah ini."Rabu depan rupanya. Tunggu dulu... Huh? Di adakan seleksi lusa baru ikut lomba... Gila lebay amat.""Hem.. oh pantesan, rupanya ini lomba nasional antar sekolah rupanya."Aku masih terus membaca dan menunjuk Mading tersebut. "Hanya di amb
"Nanti pulang bersamaku. Paham." Katanya datar."Ngak bisa. Aku ada janji sama temanku." Jawabku cepat."Siapa.""Aku kasih tau juga. Kau ngak bakalan kenal."Dia menatapku tajam. "Cowo cewek?""Cowo."Jessen dengan tatapan datar berjalan ke arahku. Sedikit menunduk kan kepala nya, mensejajarkan wajahnya dengan ku. "Perintahku. Setiap kali kau berjalan dengan temanmu. Beritahu aku di mana tempat nya.""Lah. Kenapa?""Ikuti saja. Jangan banyak bicara.""Ngak lah. Nenekku aja ngak pernah sampai begitu, kau pula yang seperti itu.""Tepati janji mu. Ikuti apa yang ku perintahkan."Aku berfikir sejenak. Jessen... Rekaman...AH! Aku tau... Jessen udah kembali suka padaku. Hehe... Ya kan..Aku masih mengingat jelas rekaman Jessen. Dia cemburu waktu aku dekat dengan kak Rio waktu di SMA karena mendekati lelaki selain dirinya. Dan sekarang dia cemburu sama Tian... Haha.... YES! BERARTI JESSEN KEM
Di kamar aku sangat bosan belajar. Ingin makan cemilan rasanya.Hem... Aku ke dapur lah. Mana tau ada cemilan.Aku berjalan menuju dapur. Membuka beberapa lemari kecil di sana. Tapi tak ku jumpai di mana cemilan yang harapkan. Ck."Bi.." panggil ku."Iya non." Sahut bibi."Bi. Valen mau cemilan. Kok yang ada makanan berat doang.""Oalah non. Bibi lupa belinya. Ini bibi mau berangkat belinya non sekaligus belanja.""Yah... Lama dong Valen nunggt cemilannya datang." Rengekku."Aduh... Gimana ya non. Bibi minta maaf, lupa soalnya non."Hem... Ngak mungkin juga aku maksain bibi."Ya udah deh bi. Ngak apa.""Iya non. Maaf ya non.""Iya bi.""Eh iya bi, Valen juga mau keluar bi. Mau hidup udara bebas. Jemu banget soalnya." Sambungku."Oh iya non. Hati hati ya non.""Iya bi."Aku pun pergi ke luar rumah. Berjalan melalui trotoar jalan. Aku menarik nafas dalam-dalam dan meng
20 Tahun Kemudian"Mama. Cepetan. Fian ngak bisa terlambat ma."Valen cepat cepat memasang sepatu vansusnya dan segera berjalan ke arah anak lelaki nya yang cerewet. "Sabar dong sayang. Ini masih juga jam 7." Valen mengacak rambut anaknya.Sedangkan Jessen terkekeh kecil melihat anak dan istrinya. Bukan tanpa sebab, kenapa anak anak lebih taat waktu di bandingkan ibunya? Ckck, ada saja.Kemudian Fian masuk ke dalam mobil susuk di kursi belakang begitu pun Valen masuk ke dalam mobil tapi duduk di kursi d pan bersebelahan dengan Jessen yang mengemudikan mobilnya.Fian mengomel ngomel tanpa suara karena kesal dengan keterlambatan mamanya yang tak taat aturan. Di lain sisi Valen terkekeh melihat anaknya yang kopas banget dengan papanya.Brum...Mobil pun melajudengan kecepatan sedang.Fian: A
1 Tahun kemudianDrretRio terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ponselnya yang bergetar."Em..." Rio merenggangkan badan. Dan langsung mengangkat ponselnya. "Ha apa. Aku udah punya pacar, ngak usah kecentilan." Rio langsung mematikan ponselnya malas dan kembali tidur.Selama Rio berkuliah memang banyak sekali gadis yang mendekatinya. Dia sangat muak, ntah dari mana mereka dapat nomor Rio. "Dasar Psikopat." Ucap Rio.DrettKen mengusap wajah nya jengah.Dia mengangkat ponselnya dengan kesal. "Apa sih! Kau budeg ya!""Rio." Kata orang yang ada di seberang sana.Mata Rio melotot mengenali suara ini. "Sayang?" Rio langsung melihat nama kontak yang menelpon nya.'Sayang ✨❤️'Buru buru Rio langsung duduk dan kembali menempelkan ponselny
"Jessenn.... Aku cape banget..." Kata Valen manja sambil memeluki Jessen yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.Jessen tersenyum kecil dan menoleh ke belakang melihat Valen yang mengenakan pyama tidur nya. "Tidur luan gih... Besok kan masih MOS."Valen mendengus kesal mengingat doa besok harus kuliah juga. "Hm.."Valen menegakkan badannya dan melepas rangkulannya kemudian berbalik berjalan ke ranjang. Namun langkah Valen terhenti mengingat sesuatu. "Oh ya." Valen kembalikan badan. "Temen kamu yang namanya Ken itu.."Mendengar nama Ken Jessen langsung kesal. Jessen tak suka kalau istrinya menyebutkan nama lelaki lain selain daripada nya. "Ken apa." Tanya Jessen datar."Kok marah.." Valen bingung.Jessen bangkit dari bangkunya dan langsung memeluk Valen. "Ngapain sih bahas dia. Dengar nya sayang. Aku ngak suka kamu nyebutin nama lelaki lain."Valen terkekeh. "Apa sih sayang. Aku cuma mau nanya, kamu itu ada ngasih tau kalau kamu
Beberapa hari kemudian.Jessen berjalan keluar dari parkiran mobil kampus bersama Valen menuju halaman kampus. Hari ini adalah hari pertama Valen berada di kampus. Menginjakkan kakinya sebagai Mahasiswa Baru atau dapat di sebut Maba.Ini adalah hari MOS pertama Valen!Jessen tak hentinya menatap sang istri yang sama sekali takkan bosan bagi matanya untuk di tatap. Di tambah lagi karena kejadian beberapa hari lalu yang benar-benar memuaskannya di kamar membuat Jessen ingin lebih sering melakukan nya lagi.Setelah berada di lapangan. Terdapat banyak mahasiswa yang mengenakan baju serba putih dan celana serta rok hitam. Menandakan mereka juga merupakan Maba di sini.Valen menghentikan langkahnya dan menatap Jessen dengan senyuman. "Sampai sini aja antarnya. Kamu ke kelas aja gih.." Suruh Valen.Jessen tersenyum. "Oh... Jadi ceritanya ngusir aku nih..." Jessen pura pura ngambek.Valen mencubit pipi Jessen sesaat kemudian melepaskannya. "S
Author POV(1 setengah tahun kemudian)"JESSEN!!!...." Valen menjerit kegirangan.Jessen menjauhkan ponselnya dari telinganya yang berdengung sakit mendengar teriakan Valen kemudian kembali mendekat kan ponselnya lagi. "Kenapa sayang?""AKU LULUS DI JURUSAN KEDOKTERAN!!!!!" Pekik Valen sekali lagi. Sedang orang yang di telpon di seberang sana malah terkekeh mendengar istrinya yang seperti bocil dapat lolipop."Selamat sayangggg....""AAAA.... AKU SENENG BANGET TAU NGAK..."Jessen tersenyum sumringah."Pokoknya, kalau kamu nanti kamu pulang, aku bakalan ngasih apapun... Hehe... Lagi baik soalnya..." Valen cengengesan.Jessen yang mendengar itu menaikkan satu alisnya. "Semuanya?""Iya.. semuanya."
Author POVRio duduk di meja makan sambil membaca buku sejarah. Mulai hari ini dia tak membiarkan waktu yang dia punya untuk bermalas malasan. Dia harus bisa meraih prestasi di sekolah.Pertama yang harus dia lakukan adalah mendapatkan nilai ujian yang tinggi, kemudian Ranking kelas dan bahkan Juara umum sekolah.Well. Agak berlebihan sih. Tapi itu harus dia lakukan demi Tessa.'Tessa. Kau harus jadi milikku! Titik!'Mama dan papa Rio cengo melihat anak nya yang bertingkah aneh.Mereka saling tatap dan kembali melihat ke arah Rio."Nak. Kalau makan, makan aja dulu. Belajar nya kan bisa nanti." Mama Rio menegur.Rio tak menggubris dan tetap makan sambil kembali membaca buku."Iya Rio. Lagipula. Tumben kamu belajar." Papa Rio bingung melihat anaknya.
Author POVRio duduk di kelasnya bersama Jessen di sebelah nya. Rio bingung harus mulai dari mana agar bisa jadi anak emas seperti Jessen."Apa." Ucap Jessen tiba tiba tanpa melihatnya membuat Rio terkejut ternyata si Jessen peka di lihati.Rio menggeleng cepat dan memalingkan wajahnya kembali menatap papan tulis dan memperhatikan guru mengajar.Rio kembali curi pandang melihat ke arah Jessen.'Apa coba yang buat dia pintar, hm.''Kayaknya di mulai dari fokus belajar deh.''Oke kalau gitu.'Rio terus bermonolog dalam hati.Rio memperhatikan kembali papan tulis dan kemudian fokus untuk belajar.***Jam istirahat berlangsung.Rio terus memperhatikan gerak gerik Jessen. Sungguh dia ingin menjadi idaman Tessa, jad
Author POVRio berjalan menyusuri koridor sekolah. Berharap menemukan seseorang, siapa lagi kalau bukan Tessa. Dia sangat merindukan wanita itu, padahal semalam baru saja berjumpa."Ck. Mana sih." Decak Rio kesal tak kunjung menemukan Tessa.Mata Rio sibuk mencari keberadaan Tessa. Dan akhirnya matanya puas karena menangkap sosok yang di nanti.Tessa duduk di dalam kelas. Valen tak datang dan Tessa tak tau kenapa.Tessa memukul meja pelan. Rasanya menyebalkan. Di saat dia ingin cerita betapa menyebalkannya orang tuanya kemarin, di saat itu Valen malahan ngak hadir, di telfon ngak di balas dan bahkan sudah di spam chat juga ngak di tanggepi."Pokoknya hari ini aku harus ke rumah Valen." Ucapnya dengan nada pelan tapi dengan penekanan.Kelas Tessa tiba tiba riuh karena kedatangan ses
Aku terbangun dari tidurku. "Whoam." Aku menguap.Ku rengangkan tanganku, kemudian aku tersadar dari tadi tangan Jessen masih ada di perutku bersentuhan langsung dengan kulit ku... Aku masih telanjang hanya berbalut selimut bersama Jessen!Ingatanku kembali terulang saat pergumulan panas kami kemarin. Jessen agresif sekali, membuat aku benar-benar kewalahan. Aduh... Malu banget aku sekarang. Bahkan aku sekarang ngak mau lihat Jessen.Tiba tiba tangan Jessen menarikku dan membuat aku berada di atasnya yang juga masih telanjang. Dia memelukku, membenamkan wajahnya di bahu depanku. Mencium lembut kemudian menatap ku, "Mandi bareng aku."Deg!Wajah ku memanas. Aku langsung menutup wajahnya dengan kedua tanganku.Dia terkekeh. "Aku udah lihat seluruh badanmu. Kenapa harus malu lagi, hem?"Kalimat Jessen semakin membuat ku tambah malu. Jessen membalikkan posisi kami, membuat dia berada di atas ku. Membuat tangan ku terlepas dari wajahnya.