"Nek. Kan Valen KOAS di rumah sakit nek." Kataku dengan nada bingung.
Kakek dan nenek saling berhadapan beberapa detik, kemudian tertawa. Nenek mengelus kepalaku. "Masih sekolah kok ngebet banget mau KOAS aja. Kuliah aja belum." Kata nenek sambil mengacak rambutku.
"Lah. Iya loh nek." Kataku jujur.
Mereka kembali tertawa. "Iya iya... Semoga doa kamu terkabul ya Valen. Nenek ngak nyangka ternyata kamu ingin jadi dokter rupanya."
"Lah...?" Aku semakin bingung.
"Udah udah... Nanti aja bercandanya. Kamu harus cepat ke sekolah sekarang." Kata nenek sambil beranjak dari tempat tidur ku.
"Maksudnya apa sih nek?"
Nenek menoleh ke arah ku, kali ini nenek yang bingung. "Valen. Hari ini kamu kan sekolah seperti biasa. Nenek jadi bingung lihat kamu."
Aku bahkan lebih bingung.
Drr drrr
Ponselku bergetar. Tertulis nama Tessa di sana.
Ku angkat telepon nya. "Iya tes?....
Jam istirahat pun berbunyi. Aku dan Tessa pun pergi ke kantin sekolah. Aku kali ini tak selera sedikit pun mengenai makanan. Sangat tak berselera."Val, kau ngak pesan apa gitu?" Tanya Tessa yang berada di sebelahku."Teh manis aja deh." Kataku dengan raut wajah murung."Mbak..." Kata Tessa pada mbak kantin yang ada di hadapan kami sekarang."Iya dek.""Nasi goreng satu, segelas jus jeruk sama segelas teh manis. Itu aja mbak ." Kata Tessa.Mbak itu pun mengangguk dan mulai menyediakan makanan kami.Kami pun berjalan ke arah meja makan kantin, menunggu pesanan kami.Aku menghembuskan nafas berat sambil menyenderkan kepalaku pada tangan yang kuletakkan di atas meja."Lemes amat kau." Ucap Tessa."Hem.. Aku hilang arah." Kataku."Kenapa?" Tanyanya.Tessa... Kalau aku jelas kan juga kau ngak bakalan percaya..."Ngak apa." Kataku malas."Em. Sakit ya?""Mungkin." Ucap ku bohong.
Jam pelajaran pun usai. Aku tengah berjalan dengan Tessa untuk pulang ke rumah kami masing-masing. Rasanya seperti hampa aja ya kan.. ngak ada ke tempat Jessen lagi.Hem.. mau gimana lagi? Memang inilah yang seharusnya terjadi padaku."Val." Tessa menoel bahuku."Ha?""Aku mau nanya...""Hem. Oke, tanya aja.""Kau ada hubungan apa sama Jessen? Kenapa.. Kau marah ke Jessen waktu di kantin karena melupakan mu?... Emang kalian udah pernah deket ya? Kok aku ngak tau." Tanya Tessa pemasaran.Jawab apa ya?... Aku kasih tau juga kau ngak bakalan ngerti Tes... "Em. Itu, ngak ada apa apa Tess, aku hanya kesal aja sama dia."Aku merenggangkan badanku. "Aku ngak akan mau lagi menyukai."Tessa tersenyum lebar. "Benarkah?""Yup." Kataku bangga.Tessa kemudian kembali murung. "Val. Aku mau jujur samamu.""Apa beb?" Kataku sambil mengambil botol minuman ku yang berada di sebelah tasku. Kemudian aku mu
Aku berjalan memasuki gerbang sekolah. Jam pelajaran akan segera di mulai.Hari baru, semangat baru. Yup... Semangat baru...Aku harus bisa jadi murid berprestasi mulai dari hari ini. Ya, hari ini. Hehe.Yakin? Ya yakin lah... Kan aku udah pernah tamat dari sini... Awokawok...Aku harus menata hidup ku menjadi lebih baik lagi."Semangat!!!"Semua orang yang ada di halaman sekolah ini menatapku aneh.Ups.. sangkin bersemangat nya aku sampai menjerit.Aduh... Malu anjrit.Aku pura pura stay cool dan berjalan santai menuju ke dalam sekolah.Saat aku berjalan menuju kelas, banyak siswa yang mengumpul pada dinding pengumuman sekolah yang ada di aula sekolah.Kenapa ya?Sesaat kemudian Tessa dari belakang merangkul ku. "Valen..
Aku berjalan meninggalkan nya yang ada di dalam perpus dengan sebelumnya melapor dulu ke petugas perpus bahwa aku meminjam buku matematika yang ku ambil tadi.Rasa kesal dan cemas aku rasakan sekarang. Bagaimana tidak, kalau aku jumpa lagi dengannya bagaimana?Jadi babu gratis dong..Rasanya seperti ingin menangis. Hu hu hu...Udahlah, aku ngak mau pikiran itu sekarang. Mendingan aku pikirkan mengenai lomba yang akan aku ikuti Minggu depan nanti.Huf. Semoga aku bisa sukses... Aminnn...Aku berjalan di koridor sekolah. Kembali melihat pengumuman perlombaan, aku ingin memastikan kapan, di mana, dan apa persyaratan lainnya yang perlu aku persiapkan.Aku menatap Mading sekolah ini."Rabu depan rupanya. Tunggu dulu... Huh? Di adakan seleksi lusa baru ikut lomba... Gila lebay amat.""Hem.. oh pantesan, rupanya ini lomba nasional antar sekolah rupanya."Aku masih terus membaca dan menunjuk Mading tersebut. "Hanya di amb
"Nanti pulang bersamaku. Paham." Katanya datar."Ngak bisa. Aku ada janji sama temanku." Jawabku cepat."Siapa.""Aku kasih tau juga. Kau ngak bakalan kenal."Dia menatapku tajam. "Cowo cewek?""Cowo."Jessen dengan tatapan datar berjalan ke arahku. Sedikit menunduk kan kepala nya, mensejajarkan wajahnya dengan ku. "Perintahku. Setiap kali kau berjalan dengan temanmu. Beritahu aku di mana tempat nya.""Lah. Kenapa?""Ikuti saja. Jangan banyak bicara.""Ngak lah. Nenekku aja ngak pernah sampai begitu, kau pula yang seperti itu.""Tepati janji mu. Ikuti apa yang ku perintahkan."Aku berfikir sejenak. Jessen... Rekaman...AH! Aku tau... Jessen udah kembali suka padaku. Hehe... Ya kan..Aku masih mengingat jelas rekaman Jessen. Dia cemburu waktu aku dekat dengan kak Rio waktu di SMA karena mendekati lelaki selain dirinya. Dan sekarang dia cemburu sama Tian... Haha.... YES! BERARTI JESSEN KEM
Di kamar aku sangat bosan belajar. Ingin makan cemilan rasanya.Hem... Aku ke dapur lah. Mana tau ada cemilan.Aku berjalan menuju dapur. Membuka beberapa lemari kecil di sana. Tapi tak ku jumpai di mana cemilan yang harapkan. Ck."Bi.." panggil ku."Iya non." Sahut bibi."Bi. Valen mau cemilan. Kok yang ada makanan berat doang.""Oalah non. Bibi lupa belinya. Ini bibi mau berangkat belinya non sekaligus belanja.""Yah... Lama dong Valen nunggt cemilannya datang." Rengekku."Aduh... Gimana ya non. Bibi minta maaf, lupa soalnya non."Hem... Ngak mungkin juga aku maksain bibi."Ya udah deh bi. Ngak apa.""Iya non. Maaf ya non.""Iya bi.""Eh iya bi, Valen juga mau keluar bi. Mau hidup udara bebas. Jemu banget soalnya." Sambungku."Oh iya non. Hati hati ya non.""Iya bi."Aku pun pergi ke luar rumah. Berjalan melalui trotoar jalan. Aku menarik nafas dalam-dalam dan meng
Ah... Aku punya ide.Aku langsung berbalik badan dan mengandeng Tian. "Hehe." Kataku cengengesan melihat Jessen."Jes... Aku ingin obatin kakakku. Kasian dia. Lihat noh.." kataku seraya menepuk nepuk pelan bahu Tian."Kakakku lagi sakit. Jadi kami harus segera ke rumah sakit. Jadi... Aku harus segera bawa dia sekarang." Aku terus mencoba mengarang kalimat.Jessen menatapku datar kemudian melihat ke arah Tian dan melihat ku lagi.Tian diam saja dan hanya menatap Jessen dalam. Apa yang dipikirkan Tian sekarang ya?... Astaga... Jangan sampai dia berfikir yang aneh aneh."Em. Jadi kami berangkat dulu ya. Hehe. Bye Jes." Sambil menggandeng Tian dan melewati Jessen.Tep. Langkahku terhenti saat tangan Jessen memegang pundak ku.Aku menelan ludah berat. Wadaw..Aku menoleh ke belakang melihat nya. "Ke kenapa Jes?""Dia bukan kakak kandung mu kan. Jangan membodohi ku." Ucap Jessen tajam.Jleb. Bagaimana dia tau...
Aku memasuki koridor sekolah. Ku lihat jam tangan ku, pukul 7 pagi tepat. Hem... Ngak terlambat. Cie cie.. Ada rasa bangga tersendiri ea...Hari ini mata pelajaran olahraga jam pertama. Salah satu mapel favorit aku. Ea..Karena mata pelajaran olahraga jam pertama. Aku langsung aja memakai baju olahraga, btw aku semangat banget soalnya.Hem... Ngak sabar nya.Sesaat kemudian aku melihat Jessen. Dia melihatku dengan tatapan setajam silet. Kemudian dia mengalihkan pandangannya dariku dan kembali berjalan lurus melewati ku.Em.. kenapa?Oh.Sesaat kemudian.. Deb. Aku di peluk seseorang."Valen..." Sapa Tessa.Aku menoleh. "Oy.."Dia melepaskan pelukannya dan berjalan di sebelahku sambil terus tersenyum."Ngape kau. Riang bener." Kataku dengan masang wajah ragu kenormalan Tessa agak terganggu. Canda canda..."Hari ini pak Hertanto ngak dateng." Ucapnya kegirangan."Trus?""Jadi kelas o