Hem... Aku ke dapur lah. Mana tau ada cemilan.
Aku berjalan menuju dapur. Membuka beberapa lemari kecil di sana. Tapi tak ku jumpai di mana cemilan yang harapkan. Ck.
"Bi.." panggil ku.
"Iya non." Sahut bibi.
"Bi. Valen mau cemilan. Kok yang ada makanan berat doang."
"Oalah non. Bibi lupa belinya. Ini bibi mau berangkat belinya non sekaligus belanja."
"Yah... Lama dong Valen nunggt cemilannya datang." Rengekku.
"Aduh... Gimana ya non. Bibi minta maaf, lupa soalnya non."
Hem... Ngak mungkin juga aku maksain bibi.
"Ya udah deh bi. Ngak apa."
"Iya non. Maaf ya non."
"Iya bi."
"Eh iya bi, Valen juga mau keluar bi. Mau hidup udara bebas. Jemu banget soalnya." Sambungku.
"Oh iya non. Hati hati ya non."
"Iya bi."
Aku pun pergi ke luar rumah. Berjalan melalui trotoar jalan. Aku menarik nafas dalam-dalam dan meng
Ah... Aku punya ide.Aku langsung berbalik badan dan mengandeng Tian. "Hehe." Kataku cengengesan melihat Jessen."Jes... Aku ingin obatin kakakku. Kasian dia. Lihat noh.." kataku seraya menepuk nepuk pelan bahu Tian."Kakakku lagi sakit. Jadi kami harus segera ke rumah sakit. Jadi... Aku harus segera bawa dia sekarang." Aku terus mencoba mengarang kalimat.Jessen menatapku datar kemudian melihat ke arah Tian dan melihat ku lagi.Tian diam saja dan hanya menatap Jessen dalam. Apa yang dipikirkan Tian sekarang ya?... Astaga... Jangan sampai dia berfikir yang aneh aneh."Em. Jadi kami berangkat dulu ya. Hehe. Bye Jes." Sambil menggandeng Tian dan melewati Jessen.Tep. Langkahku terhenti saat tangan Jessen memegang pundak ku.Aku menelan ludah berat. Wadaw..Aku menoleh ke belakang melihat nya. "Ke kenapa Jes?""Dia bukan kakak kandung mu kan. Jangan membodohi ku." Ucap Jessen tajam.Jleb. Bagaimana dia tau...
Aku memasuki koridor sekolah. Ku lihat jam tangan ku, pukul 7 pagi tepat. Hem... Ngak terlambat. Cie cie.. Ada rasa bangga tersendiri ea...Hari ini mata pelajaran olahraga jam pertama. Salah satu mapel favorit aku. Ea..Karena mata pelajaran olahraga jam pertama. Aku langsung aja memakai baju olahraga, btw aku semangat banget soalnya.Hem... Ngak sabar nya.Sesaat kemudian aku melihat Jessen. Dia melihatku dengan tatapan setajam silet. Kemudian dia mengalihkan pandangannya dariku dan kembali berjalan lurus melewati ku.Em.. kenapa?Oh.Sesaat kemudian.. Deb. Aku di peluk seseorang."Valen..." Sapa Tessa.Aku menoleh. "Oy.."Dia melepaskan pelukannya dan berjalan di sebelahku sambil terus tersenyum."Ngape kau. Riang bener." Kataku dengan masang wajah ragu kenormalan Tessa agak terganggu. Canda canda..."Hari ini pak Hertanto ngak dateng." Ucapnya kegirangan."Trus?""Jadi kelas o
Kalimat Jessen terus terngiang ngiang di otakku.Aku akan memberikan pelajaran padamu nanti.. i...i...DAMN!!Bahkan aku sekarang belajar sangat tak tenang sekarang.Udah Val... Tenangkan dirimu... Fokus fokus...Tarik nafas.... Buang... "Fuh..."Dah. Sekarang aku udah lega..Syukurlah...Aku menoleh melihat Tessa yang ada di sebelahku. Dia tampak sangat diam setelah mata pelajaran olahraga tadi.Kenapa ya?"Tes." Panggil ku.Tessa menatapku tajam tanpa menjawab."Kau.. kenapa?"Masih tak menjawab pertanyaanku, dia langsung menghadap depan ke arah guru yang menjelaskan.Wajahnya tampak kesal.Apa dia lagi halangan ya?"Tes. Kau M ya?""...""Em. Kalau ngak M, terus kau kenapa beb?"Dia tiba-tiba menoleh ke arahku tajam. "Kau tadi berduaan kan sama Jessen. Udah ngaku aja."Dia menutup bukunya kesal. "Aku benci punya teman penghianat seperti
Di perpustakaan aku hanya diam. Banyak pikiran yang ku pikirkan sekarang.Aku melihat Jessen yang ada di hadapanku.Move on?... Well sebenarnya apa alasanku harus move on darinya?.... Karena Tessa?Masa kami musuhan cuma karena cowok.. ngak etis banget.Aku mengaruk kepalaku. Kenapa aku seprustasi sampai sebegini sih?!.... Pusing aku!Ku telungkup kan wajah ku ke dalam lipatan tanganku yang ada di atas meja.Aku harus apa?....Dalam hati ku yang terdalam sebenarnya aku sangat ingin Jessen kembali padaku, tapi di sisi lain aku tak ingin teman karibku menjadi musuhku...Aku harus pilih antara pertemanan atau cinta...Aih... Setress....Ktak. Aku memekik kesakitan saat ada seseorang yang menyentil keras kepalaku. "Aduh..."Aku mengangkat kepalaku dan menatap nya tajam. "Apasih Jes, lagi mikir juga!""Gagal." Ucapnya datar."Huh?""Kau bicara." Sambung nya."Wait... What? Hold
Happy reading guys 🤗❤️Aku tengah duduk tersungkur di meja dengan tangan lurus dan terlungkup di sana. Hari yang melelahkan hari ini.Pulang sekolah bukannya aku istirahat, aku malah membantu di ekskul si Jessen!Osh... Capek banget.Ruangan ini udah sepi karena ekskul juga udah selesai di adakan. Aku pulang ajalah, biar langsung tidur.Aku bangkit berdiri dari bangkuku. Kubalikkan badanku. "Astaga!" Aku terkejut karena melihat Jessen berdiri di belakangku.Aku mengelus dadaku menenangkan diri. "Untung ngak copot jantungku.""Bantu aku nyusun laporan." Ucapnya.Alisku saling bertautan kesal. "Enak aja. Udah cape nih.""Eh. Asal kau tau aja. Aku ke sini juga karena Pak Saroso. Kalau ngak ya malas." Sambungku.Dia menatapku dalam diam. Kemudian memberikan ku sesuatu."Kue?" Kataku setelah melihat bungkusan yang di berikan nya."Hm. Makanlah."Hem... Curiga aku. Ada udang di balik bakwan s
Happy reading guys 🤗❤️Aku berjalan pulang bersama dengan Jessen di sebelahku.Perasaan kami baru aja pacaran, dia mah jutek terus.Ish...Tep. Ada tangan yang mengapai dan menarikku membuat ku berhenti dan menoleh.Tian?"Iya kak?" Tanyaku.Dia melepaskan tangannya dan memandang ku datar. "Ngapain jalan sama dia?"Aku memegangi tengkukku yang tak gatal dengan sedikit tersenyum kaku. "Hehe. Anu kak. Kakaami.." Aku sedikit ragu menjawab nya. Aku melihat ke arah Jessen. Tapi Jessen malah hanya menatapku santai.Aku memainkan mataku ke arahnya, dengan maksud bilang bantuin cuy...Tapi dia malah diam dan tak menjawab. Aku mendengus kesal. Ku alihkan kembali pandanganku ke Tian. "Kami pacar kak." Ucapku dengan penuh ke pelan.Tian diam tak merespon apapun beberapa saat. Kemudian dia mengangguk. "Hm. Gitu."Aku mengangguk kaku.Tian mengacak rambutku pelan. Kemudian tersen
Happy reading guys 🤗❤️______________________________________Untung aku pulang dengan selamat hari ini. Jessen membuat ku gila dengan tingkah nya tadi.Dasar setress!!!Udah 5 jam aku tidur. Kepalaku masih saja terasa berat.Baru aja sehari pacaran dengannya, dia udah membuat otakku sangat kacau.Aku menatap langit langit kamarku. Kemudian aku melihat ke sisi lain ranjang ku.Mataku terbelalak saat melihat Jessen di sana. Dia mengedipkan sebelah matanya singkat dan tersenyum nakal."Aa... Pergi!!!" Aku melemparkan bantal ku ke arah itu.Syup... Bayangan nya menghilang.Itu hanya ilusi ku.Aku memegangi kepalaku. "Astagahhh dia toksik banget!"Aku menggeleng kan kepala ku berusaha menenangkan diri. "Ngak Val... Kau harus tenang. Jangan baperan dan melayang tinggi... Ntar kalau jatuh, sakit cuk... Sakit...""Tarik nafas..." Aku menarik nafas. "Fuh..." Aku membuang nya."Tari
Selang beberapa menit biang lala ini akhirnya bergerak. Dan Jessen masih memelukku sambil menutup mata dan ekspresi datar.Ngak tau udah seberapa merah wajah ku sekarang. Dan seberapa detik lagi klep jantung ku bakalan lose karena darah yang berpacu kencang.Aku hendak menyingkirkan lagi badanku darinya dengan perlahan, agar biang lalanya ngak goyang lagi."Eem." Erangnya kesal. Dia kembali mengeratkan pelukannya.Deg degAstaga... Jantungku..."Jes... Aku. bisa. serangan. jantung kalau begini." Ucapku mendat mendat karena masih jantungan.Dia membuka matanya dan menatapku datar. "Lemah banget jantungmu."Kretek... Sakit banget hati aku njir...Aku membuang wajahku. "Biarin."Dia melepaskan pelukannya dan duduk bersender dengan tangan di lipat di dada. "Payah." Ledeknya.Rasanya seperti... Pingin nyekek dia tau ngak!Sabar... Sabar... Ini adalah cobaan...Mengambil ponselku. Aku lihat udah jam