Aku melihat Jessen yang ada di hadapanku.
Move on?... Well sebenarnya apa alasanku harus move on darinya?.... Karena Tessa?
Masa kami musuhan cuma karena cowok.. ngak etis banget.
Aku mengaruk kepalaku. Kenapa aku seprustasi sampai sebegini sih?!.... Pusing aku!
Ku telungkup kan wajah ku ke dalam lipatan tanganku yang ada di atas meja.
Aku harus apa?....
Dalam hati ku yang terdalam sebenarnya aku sangat ingin Jessen kembali padaku, tapi di sisi lain aku tak ingin teman karibku menjadi musuhku...
Aku harus pilih antara pertemanan atau cinta...
Aih... Setress....
Ktak. Aku memekik kesakitan saat ada seseorang yang menyentil keras kepalaku. "Aduh..."
Aku mengangkat kepalaku dan menatap nya tajam. "Apasih Jes, lagi mikir juga!"
"Gagal." Ucapnya datar.
"Huh?"
"Kau bicara." Sambung nya.
"Wait... What? Hold
Happy reading guys 🤗❤️Aku tengah duduk tersungkur di meja dengan tangan lurus dan terlungkup di sana. Hari yang melelahkan hari ini.Pulang sekolah bukannya aku istirahat, aku malah membantu di ekskul si Jessen!Osh... Capek banget.Ruangan ini udah sepi karena ekskul juga udah selesai di adakan. Aku pulang ajalah, biar langsung tidur.Aku bangkit berdiri dari bangkuku. Kubalikkan badanku. "Astaga!" Aku terkejut karena melihat Jessen berdiri di belakangku.Aku mengelus dadaku menenangkan diri. "Untung ngak copot jantungku.""Bantu aku nyusun laporan." Ucapnya.Alisku saling bertautan kesal. "Enak aja. Udah cape nih.""Eh. Asal kau tau aja. Aku ke sini juga karena Pak Saroso. Kalau ngak ya malas." Sambungku.Dia menatapku dalam diam. Kemudian memberikan ku sesuatu."Kue?" Kataku setelah melihat bungkusan yang di berikan nya."Hm. Makanlah."Hem... Curiga aku. Ada udang di balik bakwan s
Happy reading guys 🤗❤️Aku berjalan pulang bersama dengan Jessen di sebelahku.Perasaan kami baru aja pacaran, dia mah jutek terus.Ish...Tep. Ada tangan yang mengapai dan menarikku membuat ku berhenti dan menoleh.Tian?"Iya kak?" Tanyaku.Dia melepaskan tangannya dan memandang ku datar. "Ngapain jalan sama dia?"Aku memegangi tengkukku yang tak gatal dengan sedikit tersenyum kaku. "Hehe. Anu kak. Kakaami.." Aku sedikit ragu menjawab nya. Aku melihat ke arah Jessen. Tapi Jessen malah hanya menatapku santai.Aku memainkan mataku ke arahnya, dengan maksud bilang bantuin cuy...Tapi dia malah diam dan tak menjawab. Aku mendengus kesal. Ku alihkan kembali pandanganku ke Tian. "Kami pacar kak." Ucapku dengan penuh ke pelan.Tian diam tak merespon apapun beberapa saat. Kemudian dia mengangguk. "Hm. Gitu."Aku mengangguk kaku.Tian mengacak rambutku pelan. Kemudian tersen
Happy reading guys 🤗❤️______________________________________Untung aku pulang dengan selamat hari ini. Jessen membuat ku gila dengan tingkah nya tadi.Dasar setress!!!Udah 5 jam aku tidur. Kepalaku masih saja terasa berat.Baru aja sehari pacaran dengannya, dia udah membuat otakku sangat kacau.Aku menatap langit langit kamarku. Kemudian aku melihat ke sisi lain ranjang ku.Mataku terbelalak saat melihat Jessen di sana. Dia mengedipkan sebelah matanya singkat dan tersenyum nakal."Aa... Pergi!!!" Aku melemparkan bantal ku ke arah itu.Syup... Bayangan nya menghilang.Itu hanya ilusi ku.Aku memegangi kepalaku. "Astagahhh dia toksik banget!"Aku menggeleng kan kepala ku berusaha menenangkan diri. "Ngak Val... Kau harus tenang. Jangan baperan dan melayang tinggi... Ntar kalau jatuh, sakit cuk... Sakit...""Tarik nafas..." Aku menarik nafas. "Fuh..." Aku membuang nya."Tari
Selang beberapa menit biang lala ini akhirnya bergerak. Dan Jessen masih memelukku sambil menutup mata dan ekspresi datar.Ngak tau udah seberapa merah wajah ku sekarang. Dan seberapa detik lagi klep jantung ku bakalan lose karena darah yang berpacu kencang.Aku hendak menyingkirkan lagi badanku darinya dengan perlahan, agar biang lalanya ngak goyang lagi."Eem." Erangnya kesal. Dia kembali mengeratkan pelukannya.Deg degAstaga... Jantungku..."Jes... Aku. bisa. serangan. jantung kalau begini." Ucapku mendat mendat karena masih jantungan.Dia membuka matanya dan menatapku datar. "Lemah banget jantungmu."Kretek... Sakit banget hati aku njir...Aku membuang wajahku. "Biarin."Dia melepaskan pelukannya dan duduk bersender dengan tangan di lipat di dada. "Payah." Ledeknya.Rasanya seperti... Pingin nyekek dia tau ngak!Sabar... Sabar... Ini adalah cobaan...Mengambil ponselku. Aku lihat udah jam
Jessen POVku memandang sekitar. Mama tengah menyiapkan makan. Huh? Bisanya juga ngak pernah."Jessen!!" Panggil mama sambil tersenyum menyadari aku telah pulang.Aku menoleh tanpa menjawab.Ini ada yang tak beres.Mama mengarahkan aku ke meja makan. Memberikan aku se-porsi spygetti keju. "Makanlah. Mama membuatnya susah payah loh..""Makasih ma." Ucapku dengan mimik wajah bingung. Sambil menelaah maksud dan tujuan mama.Mama tersenyum lebar."Mama kenapa? Mau apa?" Aku langsung to the point aja."Jessen... Mama mohon sama kamu... Sekali ini saja..." Ucap mama lirih."Tolong Jessen..." Mama menangis dengan penuh kesedihan.Aku membuang wajahku. Dengan sekian kalinya dia bersandiwara dan memasang topeng kemunafikan aku takkan pernah bisa p
Dia melihatku. "Kau ngak belajar?" Tanya nya. Kemudian wajahnya kembali menatap buku."Huh? Ini kan jam istirahat." Ucapku sambil sebelum nya melihat jam tanganku.Dia mengangguk. "Oh ya. Aku lupa."Huh?Dia seperti mencari topik pembicaraan atau... Ada yang ingin di bicarakan nya?"Kau mau ngomong sesuatu ya? Resah banget."Dia sedikit terkejut kemudian kembali tenang. "Ngak ada."Aku mengedikkan bahuku ke atas dan kebawah. Terserah sih.Aku terus melihat nya.Serius... Jessen hari ini aneh.Dia menatapku datar. "Val.""Hm.""... Aku sayang kamu."Deg.Aku mengusap tengkukku kaku. "Okey.""Kamu?" Tanyanya lagi"Juga sayang kamu."&
Kami tengah berdiri di depan pintu rumahku. Diam tak bergeming.Masuk, ngak, masuk, ngak....Arh... Aku tak tau..."Sampai kapan kita berdiri." Ucap Jessen padaku."Em. Anu... Tapi janji loh ya. Ini cuma formalitas aja. Maksud ku, kita setelah menikah tetap menjalankan rutinitas seperti biasa. Tetap sekolah dan... Aku ngak mau hamil sampai tamat sekolah. Titik." Aku mengaruk pundakku yang tak gatal.Dia mengangguk. "Iya.""Ooke kita masuk sekarang." Kataku memberanikan diri.Aku pun masuk bersama dengan Jessen."Eh. Valen... Udah pulang sayang." Ucap nenek sambil berjalan ke arah ku dan memelukku sebentar.Nenek menunjuk Jessen. "Ini teman kamu ya Val?" Kata nenek tanpa menghilangkan senyumnya.Nenek tampak berfikir. "Kamu... Nenek seperti pernah lihat."Nenek kemudian melentikkan jarinya menandakan dia mengingat akan suatu hal. "Ah. Iya... Kamu dari keluarga Luders kan?..."Jessen tersenyum dan meng
Aku beneran ngak ada teman lagi di kelasku. Mereka memusuhiku.Huf... Udahlah Val. Sebentar lagi kan tamat, tinggal satu setengah tahun lagi. Jangan pikirin sesuatu yang membuat mu pusing. Sudahlah...Aku berjalan di koridor sekolah hendak berjalan menuju perpustakaan.Eh. Itu Tessa. Ngapain dia?Wajahnya murung banget.Buntutin aja kali ya...Aku berjalan perlahan mengikutinya dari belakang.***Langkah Tessa berhenti saat sampai di loteng sekolah.Ngapain Tessa ke sini..."Hu hu... Hu hu..." Tessa menangis.Tessa tampak mengeluarkan sesuatu dari saku roknya.Cutter?Dia tapak... Astaga dia mau motong nadinya?!Aku langsung berlari dan menepis tangannya membuat cutter itu tercampak."Kau apa apaan sih Tes! Gila ya! Kalau aku ngak dateng pasti kau bakalan mati!" Jerit ku.Dia membalikkan badan melihat ku. Dia langsung memelukku. "Val... Mama sama Papa berantem lagi..." Dia