______________________________________
Untung aku pulang dengan selamat hari ini. Jessen membuat ku gila dengan tingkah nya tadi.
Dasar setress!!!
Udah 5 jam aku tidur. Kepalaku masih saja terasa berat.
Baru aja sehari pacaran dengannya, dia udah membuat otakku sangat kacau.
Aku menatap langit langit kamarku. Kemudian aku melihat ke sisi lain ranjang ku.
Mataku terbelalak saat melihat Jessen di sana. Dia mengedipkan sebelah matanya singkat dan tersenyum nakal.
"Aa... Pergi!!!" Aku melemparkan bantal ku ke arah itu.
Syup... Bayangan nya menghilang.
Itu hanya ilusi ku.
Aku memegangi kepalaku. "Astagahhh dia toksik banget!"
Aku menggeleng kan kepala ku berusaha menenangkan diri. "Ngak Val... Kau harus tenang. Jangan baperan dan melayang tinggi... Ntar kalau jatuh, sakit cuk... Sakit..."
"Tarik nafas..." Aku menarik nafas. "Fuh..." Aku membuang nya.
"Tari
Selang beberapa menit biang lala ini akhirnya bergerak. Dan Jessen masih memelukku sambil menutup mata dan ekspresi datar.Ngak tau udah seberapa merah wajah ku sekarang. Dan seberapa detik lagi klep jantung ku bakalan lose karena darah yang berpacu kencang.Aku hendak menyingkirkan lagi badanku darinya dengan perlahan, agar biang lalanya ngak goyang lagi."Eem." Erangnya kesal. Dia kembali mengeratkan pelukannya.Deg degAstaga... Jantungku..."Jes... Aku. bisa. serangan. jantung kalau begini." Ucapku mendat mendat karena masih jantungan.Dia membuka matanya dan menatapku datar. "Lemah banget jantungmu."Kretek... Sakit banget hati aku njir...Aku membuang wajahku. "Biarin."Dia melepaskan pelukannya dan duduk bersender dengan tangan di lipat di dada. "Payah." Ledeknya.Rasanya seperti... Pingin nyekek dia tau ngak!Sabar... Sabar... Ini adalah cobaan...Mengambil ponselku. Aku lihat udah jam
Jessen POVku memandang sekitar. Mama tengah menyiapkan makan. Huh? Bisanya juga ngak pernah."Jessen!!" Panggil mama sambil tersenyum menyadari aku telah pulang.Aku menoleh tanpa menjawab.Ini ada yang tak beres.Mama mengarahkan aku ke meja makan. Memberikan aku se-porsi spygetti keju. "Makanlah. Mama membuatnya susah payah loh..""Makasih ma." Ucapku dengan mimik wajah bingung. Sambil menelaah maksud dan tujuan mama.Mama tersenyum lebar."Mama kenapa? Mau apa?" Aku langsung to the point aja."Jessen... Mama mohon sama kamu... Sekali ini saja..." Ucap mama lirih."Tolong Jessen..." Mama menangis dengan penuh kesedihan.Aku membuang wajahku. Dengan sekian kalinya dia bersandiwara dan memasang topeng kemunafikan aku takkan pernah bisa p
Dia melihatku. "Kau ngak belajar?" Tanya nya. Kemudian wajahnya kembali menatap buku."Huh? Ini kan jam istirahat." Ucapku sambil sebelum nya melihat jam tanganku.Dia mengangguk. "Oh ya. Aku lupa."Huh?Dia seperti mencari topik pembicaraan atau... Ada yang ingin di bicarakan nya?"Kau mau ngomong sesuatu ya? Resah banget."Dia sedikit terkejut kemudian kembali tenang. "Ngak ada."Aku mengedikkan bahuku ke atas dan kebawah. Terserah sih.Aku terus melihat nya.Serius... Jessen hari ini aneh.Dia menatapku datar. "Val.""Hm.""... Aku sayang kamu."Deg.Aku mengusap tengkukku kaku. "Okey.""Kamu?" Tanyanya lagi"Juga sayang kamu."&
Kami tengah berdiri di depan pintu rumahku. Diam tak bergeming.Masuk, ngak, masuk, ngak....Arh... Aku tak tau..."Sampai kapan kita berdiri." Ucap Jessen padaku."Em. Anu... Tapi janji loh ya. Ini cuma formalitas aja. Maksud ku, kita setelah menikah tetap menjalankan rutinitas seperti biasa. Tetap sekolah dan... Aku ngak mau hamil sampai tamat sekolah. Titik." Aku mengaruk pundakku yang tak gatal.Dia mengangguk. "Iya.""Ooke kita masuk sekarang." Kataku memberanikan diri.Aku pun masuk bersama dengan Jessen."Eh. Valen... Udah pulang sayang." Ucap nenek sambil berjalan ke arah ku dan memelukku sebentar.Nenek menunjuk Jessen. "Ini teman kamu ya Val?" Kata nenek tanpa menghilangkan senyumnya.Nenek tampak berfikir. "Kamu... Nenek seperti pernah lihat."Nenek kemudian melentikkan jarinya menandakan dia mengingat akan suatu hal. "Ah. Iya... Kamu dari keluarga Luders kan?..."Jessen tersenyum dan meng
Aku beneran ngak ada teman lagi di kelasku. Mereka memusuhiku.Huf... Udahlah Val. Sebentar lagi kan tamat, tinggal satu setengah tahun lagi. Jangan pikirin sesuatu yang membuat mu pusing. Sudahlah...Aku berjalan di koridor sekolah hendak berjalan menuju perpustakaan.Eh. Itu Tessa. Ngapain dia?Wajahnya murung banget.Buntutin aja kali ya...Aku berjalan perlahan mengikutinya dari belakang.***Langkah Tessa berhenti saat sampai di loteng sekolah.Ngapain Tessa ke sini..."Hu hu... Hu hu..." Tessa menangis.Tessa tampak mengeluarkan sesuatu dari saku roknya.Cutter?Dia tapak... Astaga dia mau motong nadinya?!Aku langsung berlari dan menepis tangannya membuat cutter itu tercampak."Kau apa apaan sih Tes! Gila ya! Kalau aku ngak dateng pasti kau bakalan mati!" Jerit ku.Dia membalikkan badan melihat ku. Dia langsung memelukku. "Val... Mama sama Papa berantem lagi..." Dia
Bel sekolah telah di bunyikan. Seluruh murid di kelas berhamburan ke luar setelah guru mata pelajaran keluar terlebih dahulu."Val. Nonton drakor bareng kuy..." Tessa yang telah pindah tempat duduk di sebelahku sangat bersemangat mengajakku kegirangan.Tessa menunjukkan flashdisk nya. "Banyak drakor keren Valll.... Terutama kita harus lihat drakor yang ada Kim Tae Hyung nya..... Kuy lah."Aku mengusap tengkukku hendak menolak ajakan Tessa. Aku tau apa yang akan terjadi kalau aku nonton bareng Tessa. Pasti aku ngak bakalan konsen dengan alur ceritanya karena dia ke-asyikan menjerit, memeluk dan menggoncang badan ku saat idolnya lagi mengadu acting. Ampun.... Aku udah pengalaman dengan Cya dulu..."Hehe. Aku lebih suka nonton suara hati istri di rumah sambil makan popcorn." Ucapku."Ih... Apaan sih Val. Becanda mulu."Aku cengengesan."Is. Valen ih. Memangnya kau udah jadi istri apa. Doyan cerita yang begituan." Sindir Tessa tanpa tau s
Author POVTessa yang kini tengah berjalan sendiri pulang ke rumah pun kembali murung. Dia tampak sangat sedih karena akan pulang ke rumah, berjumpa dengan orang tuanya yang selalu bertengkar lagi.Udara kencang menghembus nya dengan sekali tepasan, membuat rambutnya yang indah terurai ke belakang mengikuti arah mata angin.Sepertinya akan hujan. Itulah yang di pikirkan Tessa.Tessa berjalan lambat, sengaja karena dia hanya malas terlalu cepat pulang.Sewaktu melewati halaman sekolah Tessa teringat lupa membawa buku catatan Biologi nya."Ck. Kenapa baru inget sekarang." Umpat nya kesal.Tessa pun membalikkan badan nya kesal dan kembali ke kelasnya.Tessa melewati koridor yang sudah sepi dan tak sengaja mendengar sesuatu yang janggal di telinganya. Suara nya sedikit rusuh..
Jessen menatapku dengan kepalanya bertumpu pada salah satu tangannya.Sedangkan aku terus berpacu dengan waktu mengerjakan tugas uang di berikannya.Dia melipat tangannya di atas meja perpustakaan ini melihat ke bawah melihat jam tangannya sekejap. "Lama.""Ish. Sabar lah. Ini juga udah usaha kali." Ucapku kesal. Ngak sabaran banget sih.Sedikit lagi... Cepat..."Yes. Siap!" Kataku bersemangat. Tapi aku ngak sadar kalau di perpus, semua orang memperhatikan ku kesal.Aku menepuk menyatukan kedua telapak tangan ku memohon maaf. "Maaf ya." Kataku sambil tertunduk malu.Mataku kembali mengarahkan Jessen. Ku serahkan selembar kertas jawaban ku. "Nih. Siap kan." Kataku bangga.Dia mengambil kertasnya. "Cih. Kau mau mempermalukan diri mu nanti di seleksi lomba huh?""Kenapaaa. Jawaban aku itu bener tau."Dia menokok kepalaku dengan kertas yang ku kerjakan tadi. "Jawaban mu hanya benar 3 dari 10.""Ah. Mana m