Aku berjalan pulang bersama dengan Jessen di sebelahku.
Perasaan kami baru aja pacaran, dia mah jutek terus.
Ish...
Tep. Ada tangan yang mengapai dan menarikku membuat ku berhenti dan menoleh.
Tian?
"Iya kak?" Tanyaku.
Dia melepaskan tangannya dan memandang ku datar. "Ngapain jalan sama dia?"
Aku memegangi tengkukku yang tak gatal dengan sedikit tersenyum kaku. "Hehe. Anu kak. Kakaami.." Aku sedikit ragu menjawab nya. Aku melihat ke arah Jessen. Tapi Jessen malah hanya menatapku santai.
Aku memainkan mataku ke arahnya, dengan maksud bilang bantuin cuy...
Tapi dia malah diam dan tak menjawab. Aku mendengus kesal. Ku alihkan kembali pandanganku ke Tian. "Kami pacar kak." Ucapku dengan penuh ke pelan.
Tian diam tak merespon apapun beberapa saat. Kemudian dia mengangguk. "Hm. Gitu."
Aku mengangguk kaku.
Tian mengacak rambutku pelan. Kemudian tersen
Happy reading guys đ¤â¤ď¸______________________________________Untung aku pulang dengan selamat hari ini. Jessen membuat ku gila dengan tingkah nya tadi.Dasar setress!!!Udah 5 jam aku tidur. Kepalaku masih saja terasa berat.Baru aja sehari pacaran dengannya, dia udah membuat otakku sangat kacau.Aku menatap langit langit kamarku. Kemudian aku melihat ke sisi lain ranjang ku.Mataku terbelalak saat melihat Jessen di sana. Dia mengedipkan sebelah matanya singkat dan tersenyum nakal."Aa... Pergi!!!" Aku melemparkan bantal ku ke arah itu.Syup... Bayangan nya menghilang.Itu hanya ilusi ku.Aku memegangi kepalaku. "Astagahhh dia toksik banget!"Aku menggeleng kan kepala ku berusaha menenangkan diri. "Ngak Val... Kau harus tenang. Jangan baperan dan melayang tinggi... Ntar kalau jatuh, sakit cuk... Sakit...""Tarik nafas..." Aku menarik nafas. "Fuh..." Aku membuang nya."Tari
Selang beberapa menit biang lala ini akhirnya bergerak. Dan Jessen masih memelukku sambil menutup mata dan ekspresi datar.Ngak tau udah seberapa merah wajah ku sekarang. Dan seberapa detik lagi klep jantung ku bakalan lose karena darah yang berpacu kencang.Aku hendak menyingkirkan lagi badanku darinya dengan perlahan, agar biang lalanya ngak goyang lagi."Eem." Erangnya kesal. Dia kembali mengeratkan pelukannya.Deg degAstaga... Jantungku..."Jes... Aku. bisa. serangan. jantung kalau begini." Ucapku mendat mendat karena masih jantungan.Dia membuka matanya dan menatapku datar. "Lemah banget jantungmu."Kretek... Sakit banget hati aku njir...Aku membuang wajahku. "Biarin."Dia melepaskan pelukannya dan duduk bersender dengan tangan di lipat di dada. "Payah." Ledeknya.Rasanya seperti... Pingin nyekek dia tau ngak!Sabar... Sabar... Ini adalah cobaan...Mengambil ponselku. Aku lihat udah jam
Jessen POVku memandang sekitar. Mama tengah menyiapkan makan. Huh? Bisanya juga ngak pernah."Jessen!!" Panggil mama sambil tersenyum menyadari aku telah pulang.Aku menoleh tanpa menjawab.Ini ada yang tak beres.Mama mengarahkan aku ke meja makan. Memberikan aku se-porsi spygetti keju. "Makanlah. Mama membuatnya susah payah loh..""Makasih ma." Ucapku dengan mimik wajah bingung. Sambil menelaah maksud dan tujuan mama.Mama tersenyum lebar."Mama kenapa? Mau apa?" Aku langsung to the point aja."Jessen... Mama mohon sama kamu... Sekali ini saja..." Ucap mama lirih."Tolong Jessen..." Mama menangis dengan penuh kesedihan.Aku membuang wajahku. Dengan sekian kalinya dia bersandiwara dan memasang topeng kemunafikan aku takkan pernah bisa p
Dia melihatku. "Kau ngak belajar?" Tanya nya. Kemudian wajahnya kembali menatap buku."Huh? Ini kan jam istirahat." Ucapku sambil sebelum nya melihat jam tanganku.Dia mengangguk. "Oh ya. Aku lupa."Huh?Dia seperti mencari topik pembicaraan atau... Ada yang ingin di bicarakan nya?"Kau mau ngomong sesuatu ya? Resah banget."Dia sedikit terkejut kemudian kembali tenang. "Ngak ada."Aku mengedikkan bahuku ke atas dan kebawah. Terserah sih.Aku terus melihat nya.Serius... Jessen hari ini aneh.Dia menatapku datar. "Val.""Hm.""... Aku sayang kamu."Deg.Aku mengusap tengkukku kaku. "Okey.""Kamu?" Tanyanya lagi"Juga sayang kamu."&
Kami tengah berdiri di depan pintu rumahku. Diam tak bergeming.Masuk, ngak, masuk, ngak....Arh... Aku tak tau..."Sampai kapan kita berdiri." Ucap Jessen padaku."Em. Anu... Tapi janji loh ya. Ini cuma formalitas aja. Maksud ku, kita setelah menikah tetap menjalankan rutinitas seperti biasa. Tetap sekolah dan... Aku ngak mau hamil sampai tamat sekolah. Titik." Aku mengaruk pundakku yang tak gatal.Dia mengangguk. "Iya.""Ooke kita masuk sekarang." Kataku memberanikan diri.Aku pun masuk bersama dengan Jessen."Eh. Valen... Udah pulang sayang." Ucap nenek sambil berjalan ke arah ku dan memelukku sebentar.Nenek menunjuk Jessen. "Ini teman kamu ya Val?" Kata nenek tanpa menghilangkan senyumnya.Nenek tampak berfikir. "Kamu... Nenek seperti pernah lihat."Nenek kemudian melentikkan jarinya menandakan dia mengingat akan suatu hal. "Ah. Iya... Kamu dari keluarga Luders kan?..."Jessen tersenyum dan meng
Aku beneran ngak ada teman lagi di kelasku. Mereka memusuhiku.Huf... Udahlah Val. Sebentar lagi kan tamat, tinggal satu setengah tahun lagi. Jangan pikirin sesuatu yang membuat mu pusing. Sudahlah...Aku berjalan di koridor sekolah hendak berjalan menuju perpustakaan.Eh. Itu Tessa. Ngapain dia?Wajahnya murung banget.Buntutin aja kali ya...Aku berjalan perlahan mengikutinya dari belakang.***Langkah Tessa berhenti saat sampai di loteng sekolah.Ngapain Tessa ke sini..."Hu hu... Hu hu..." Tessa menangis.Tessa tampak mengeluarkan sesuatu dari saku roknya.Cutter?Dia tapak... Astaga dia mau motong nadinya?!Aku langsung berlari dan menepis tangannya membuat cutter itu tercampak."Kau apa apaan sih Tes! Gila ya! Kalau aku ngak dateng pasti kau bakalan mati!" Jerit ku.Dia membalikkan badan melihat ku. Dia langsung memelukku. "Val... Mama sama Papa berantem lagi..." Dia
Bel sekolah telah di bunyikan. Seluruh murid di kelas berhamburan ke luar setelah guru mata pelajaran keluar terlebih dahulu."Val. Nonton drakor bareng kuy..." Tessa yang telah pindah tempat duduk di sebelahku sangat bersemangat mengajakku kegirangan.Tessa menunjukkan flashdisk nya. "Banyak drakor keren Valll.... Terutama kita harus lihat drakor yang ada Kim Tae Hyung nya..... Kuy lah."Aku mengusap tengkukku hendak menolak ajakan Tessa. Aku tau apa yang akan terjadi kalau aku nonton bareng Tessa. Pasti aku ngak bakalan konsen dengan alur ceritanya karena dia ke-asyikan menjerit, memeluk dan menggoncang badan ku saat idolnya lagi mengadu acting. Ampun.... Aku udah pengalaman dengan Cya dulu..."Hehe. Aku lebih suka nonton suara hati istri di rumah sambil makan popcorn." Ucapku."Ih... Apaan sih Val. Becanda mulu."Aku cengengesan."Is. Valen ih. Memangnya kau udah jadi istri apa. Doyan cerita yang begituan." Sindir Tessa tanpa tau s
Author POVTessa yang kini tengah berjalan sendiri pulang ke rumah pun kembali murung. Dia tampak sangat sedih karena akan pulang ke rumah, berjumpa dengan orang tuanya yang selalu bertengkar lagi.Udara kencang menghembus nya dengan sekali tepasan, membuat rambutnya yang indah terurai ke belakang mengikuti arah mata angin.Sepertinya akan hujan. Itulah yang di pikirkan Tessa.Tessa berjalan lambat, sengaja karena dia hanya malas terlalu cepat pulang.Sewaktu melewati halaman sekolah Tessa teringat lupa membawa buku catatan Biologi nya."Ck. Kenapa baru inget sekarang." Umpat nya kesal.Tessa pun membalikkan badan nya kesal dan kembali ke kelasnya.Tessa melewati koridor yang sudah sepi dan tak sengaja mendengar sesuatu yang janggal di telinganya. Suara nya sedikit rusuh..
20 Tahun Kemudian"Mama. Cepetan. Fian ngak bisa terlambat ma."Valen cepat cepat memasang sepatu vansusnya dan segera berjalan ke arah anak lelaki nya yang cerewet. "Sabar dong sayang. Ini masih juga jam 7." Valen mengacak rambut anaknya.Sedangkan Jessen terkekeh kecil melihat anak dan istrinya. Bukan tanpa sebab, kenapa anak anak lebih taat waktu di bandingkan ibunya? Ckck, ada saja.Kemudian Fian masuk ke dalam mobil susuk di kursi belakang begitu pun Valen masuk ke dalam mobil tapi duduk di kursi d pan bersebelahan dengan Jessen yang mengemudikan mobilnya.Fian mengomel ngomel tanpa suara karena kesal dengan keterlambatan mamanya yang tak taat aturan. Di lain sisi Valen terkekeh melihat anaknya yang kopas banget dengan papanya.Brum...Mobil pun melajudengan kecepatan sedang.Fian: A
1 Tahun kemudianDrretRio terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ponselnya yang bergetar."Em..." Rio merenggangkan badan. Dan langsung mengangkat ponselnya. "Ha apa. Aku udah punya pacar, ngak usah kecentilan." Rio langsung mematikan ponselnya malas dan kembali tidur.Selama Rio berkuliah memang banyak sekali gadis yang mendekatinya. Dia sangat muak, ntah dari mana mereka dapat nomor Rio. "Dasar Psikopat." Ucap Rio.DrettKen mengusap wajah nya jengah.Dia mengangkat ponselnya dengan kesal. "Apa sih! Kau budeg ya!""Rio." Kata orang yang ada di seberang sana.Mata Rio melotot mengenali suara ini. "Sayang?" Rio langsung melihat nama kontak yang menelpon nya.'Sayang â¨â¤ď¸'Buru buru Rio langsung duduk dan kembali menempelkan ponselny
"Jessenn.... Aku cape banget..." Kata Valen manja sambil memeluki Jessen yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.Jessen tersenyum kecil dan menoleh ke belakang melihat Valen yang mengenakan pyama tidur nya. "Tidur luan gih... Besok kan masih MOS."Valen mendengus kesal mengingat doa besok harus kuliah juga. "Hm.."Valen menegakkan badannya dan melepas rangkulannya kemudian berbalik berjalan ke ranjang. Namun langkah Valen terhenti mengingat sesuatu. "Oh ya." Valen kembalikan badan. "Temen kamu yang namanya Ken itu.."Mendengar nama Ken Jessen langsung kesal. Jessen tak suka kalau istrinya menyebutkan nama lelaki lain selain daripada nya. "Ken apa." Tanya Jessen datar."Kok marah.." Valen bingung.Jessen bangkit dari bangkunya dan langsung memeluk Valen. "Ngapain sih bahas dia. Dengar nya sayang. Aku ngak suka kamu nyebutin nama lelaki lain."Valen terkekeh. "Apa sih sayang. Aku cuma mau nanya, kamu itu ada ngasih tau kalau kamu
Beberapa hari kemudian.Jessen berjalan keluar dari parkiran mobil kampus bersama Valen menuju halaman kampus. Hari ini adalah hari pertama Valen berada di kampus. Menginjakkan kakinya sebagai Mahasiswa Baru atau dapat di sebut Maba.Ini adalah hari MOS pertama Valen!Jessen tak hentinya menatap sang istri yang sama sekali takkan bosan bagi matanya untuk di tatap. Di tambah lagi karena kejadian beberapa hari lalu yang benar-benar memuaskannya di kamar membuat Jessen ingin lebih sering melakukan nya lagi.Setelah berada di lapangan. Terdapat banyak mahasiswa yang mengenakan baju serba putih dan celana serta rok hitam. Menandakan mereka juga merupakan Maba di sini.Valen menghentikan langkahnya dan menatap Jessen dengan senyuman. "Sampai sini aja antarnya. Kamu ke kelas aja gih.." Suruh Valen.Jessen tersenyum. "Oh... Jadi ceritanya ngusir aku nih..." Jessen pura pura ngambek.Valen mencubit pipi Jessen sesaat kemudian melepaskannya. "S
Author POV(1 setengah tahun kemudian)"JESSEN!!!...." Valen menjerit kegirangan.Jessen menjauhkan ponselnya dari telinganya yang berdengung sakit mendengar teriakan Valen kemudian kembali mendekat kan ponselnya lagi. "Kenapa sayang?""AKU LULUS DI JURUSAN KEDOKTERAN!!!!!" Pekik Valen sekali lagi. Sedang orang yang di telpon di seberang sana malah terkekeh mendengar istrinya yang seperti bocil dapat lolipop."Selamat sayangggg....""AAAA.... AKU SENENG BANGET TAU NGAK..."Jessen tersenyum sumringah."Pokoknya, kalau kamu nanti kamu pulang, aku bakalan ngasih apapun... Hehe... Lagi baik soalnya..." Valen cengengesan.Jessen yang mendengar itu menaikkan satu alisnya. "Semuanya?""Iya.. semuanya."
Author POVRio duduk di meja makan sambil membaca buku sejarah. Mulai hari ini dia tak membiarkan waktu yang dia punya untuk bermalas malasan. Dia harus bisa meraih prestasi di sekolah.Pertama yang harus dia lakukan adalah mendapatkan nilai ujian yang tinggi, kemudian Ranking kelas dan bahkan Juara umum sekolah.Well. Agak berlebihan sih. Tapi itu harus dia lakukan demi Tessa.'Tessa. Kau harus jadi milikku! Titik!'Mama dan papa Rio cengo melihat anak nya yang bertingkah aneh.Mereka saling tatap dan kembali melihat ke arah Rio."Nak. Kalau makan, makan aja dulu. Belajar nya kan bisa nanti." Mama Rio menegur.Rio tak menggubris dan tetap makan sambil kembali membaca buku."Iya Rio. Lagipula. Tumben kamu belajar." Papa Rio bingung melihat anaknya.
Author POVRio duduk di kelasnya bersama Jessen di sebelah nya. Rio bingung harus mulai dari mana agar bisa jadi anak emas seperti Jessen."Apa." Ucap Jessen tiba tiba tanpa melihatnya membuat Rio terkejut ternyata si Jessen peka di lihati.Rio menggeleng cepat dan memalingkan wajahnya kembali menatap papan tulis dan memperhatikan guru mengajar.Rio kembali curi pandang melihat ke arah Jessen.'Apa coba yang buat dia pintar, hm.''Kayaknya di mulai dari fokus belajar deh.''Oke kalau gitu.'Rio terus bermonolog dalam hati.Rio memperhatikan kembali papan tulis dan kemudian fokus untuk belajar.***Jam istirahat berlangsung.Rio terus memperhatikan gerak gerik Jessen. Sungguh dia ingin menjadi idaman Tessa, jad
Author POVRio berjalan menyusuri koridor sekolah. Berharap menemukan seseorang, siapa lagi kalau bukan Tessa. Dia sangat merindukan wanita itu, padahal semalam baru saja berjumpa."Ck. Mana sih." Decak Rio kesal tak kunjung menemukan Tessa.Mata Rio sibuk mencari keberadaan Tessa. Dan akhirnya matanya puas karena menangkap sosok yang di nanti.Tessa duduk di dalam kelas. Valen tak datang dan Tessa tak tau kenapa.Tessa memukul meja pelan. Rasanya menyebalkan. Di saat dia ingin cerita betapa menyebalkannya orang tuanya kemarin, di saat itu Valen malahan ngak hadir, di telfon ngak di balas dan bahkan sudah di spam chat juga ngak di tanggepi."Pokoknya hari ini aku harus ke rumah Valen." Ucapnya dengan nada pelan tapi dengan penekanan.Kelas Tessa tiba tiba riuh karena kedatangan ses
Aku terbangun dari tidurku. "Whoam." Aku menguap.Ku rengangkan tanganku, kemudian aku tersadar dari tadi tangan Jessen masih ada di perutku bersentuhan langsung dengan kulit ku... Aku masih telanjang hanya berbalut selimut bersama Jessen!Ingatanku kembali terulang saat pergumulan panas kami kemarin. Jessen agresif sekali, membuat aku benar-benar kewalahan. Aduh... Malu banget aku sekarang. Bahkan aku sekarang ngak mau lihat Jessen.Tiba tiba tangan Jessen menarikku dan membuat aku berada di atasnya yang juga masih telanjang. Dia memelukku, membenamkan wajahnya di bahu depanku. Mencium lembut kemudian menatap ku, "Mandi bareng aku."Deg!Wajah ku memanas. Aku langsung menutup wajahnya dengan kedua tanganku.Dia terkekeh. "Aku udah lihat seluruh badanmu. Kenapa harus malu lagi, hem?"Kalimat Jessen semakin membuat ku tambah malu. Jessen membalikkan posisi kami, membuat dia berada di atas ku. Membuat tangan ku terlepas dari wajahnya.