Home / Thriller / Mafia Kaki Tangan Pemerintah / 006 - Sisi Malaikatnya

Share

006 - Sisi Malaikatnya

Author: Napena
last update Last Updated: 2022-04-09 09:54:14

Plak!

Itu adalah suara pukulan yang ia berikan pada dahinya. Dia ingat, dia belum mengganti perban di lengan kirinya. Tapi, dia sudah terlanjur malas jika harus kembali membuka seluruh pakaian atasnya hanya untuk mengganti perban yang menutupi jahitan luka di lengan kirinya.

Maka, dia memutuskan untuk mengabaikan itu dan kembali berjalan keluar, bersiap untuk pergi ke kantor miliknya. Tidak masalah, dia tidak akan terinfeksi hanya karena tidak mengganti perban untuk beberapa jam ke depan, pikirnya.

"Bos, data wanita aneh semalem udah ada. Dan bos harus tahu, ada yang menarik dari wanita itu," ujar Shaka sembari menaik turunkan alisnya ketika melihat Aksa turun dari tangga.

Aksa mengernyitkan alisnya, kemudian tersenyum evil ketika ia menangkap sinyal yang diberikan oleh Shaka.

Axell yang menatap interaksi keduanya pun berdehem pelan, ia rasa dia tertinggal banyak hal.

"Ohh ... hai, Axell," sapa Shaka ketika menyadari keberadaan laki-laki dingin itu.

Axell hanya menatap Shaka jengah, kemudian ia kembali menatap Aksa yang kini menatap remeh padanya. Alis Axell jelas terlihat mengernyit, karena tiba-tiba merasa di remehkan oleh Aksa tanpa tahu apa yang sedang ada dalam kepala laki-laki itu.

"Ada apa?" tanya Axell, dingin.

"Inget wanita semalem?" tanya Aksa.

Axell mengangguk.

"Ada yang aneh dari dia. Jadi, gue minta Shaka buat cari tau latar belakangnya." Itu suara Aksa yang menjawab pertanyaan di kepala Axell.

Shaka yang juga mendengar itu langsung memberi jempolnya pada Axell dengan cengiran khas miliknya. Sekali lagi, Aksa terkekeh melihat interaksi keduanya.

Menurutnya, Shaka dan Axell adalah perpaduan yang sempurna untuk membuat suasana di mansion besar ini menjadi lebih berwarna. Sikap mereka yang jelas bertolak belakang itu justru memberi warna pada sisi suram yang ada di mansion besar ini. Membuat Aksa hampir lupa, jika ia memiliki jadwal rapat pagi ini.

"Ka, mobil udah siap? Gue mau berangkat sekarang aja. Bawa datanya ke mobil, biar gue baca di sana," ujar Aksa kemudian berjalan meninggalkan Shaka dan Axell yang masih beradu pandang.

Aksa mulai membuka data-data wanita bernama Nasha Alessia itu. Dia membaca profil hingga latar belakang dari wanita aneh yang tidak sengaja ia temui di bar semalam.

Alis Aksa tertekuk, ketika ia sampai di bagian data keluarga Nasha. Nama Abimayu Wicaksono tertera jelas di sana.

Aksa terkekeh pelan. Kekehan yang mampu membuat Shaka yang berada di kursi kemudi ikut menengok untuk menatap apa yang berhasil membuat bosnya itu tertawa pelan.

Sudut bibir Shaka kemudian terangkat, "Benar kan, Bos. Ada yang menarik dari wanita semalem, haha."

Aksa mengangguk, menyetujui ucapan Shaka kemudian menutup berkas-berkas ditangannya itu ketika mobil yang Shaka kemudikan sudah terparkir apik di basement perusahaan.

Benar, Aksa menutupnya tanpa tahu jika masih ada satu baris kalimat yang ia lewatkan begitu saja.

Dia menyimpan berkas itu ke dalam tasnya, kemudian turun diikuti dengan Shaka yang juga ikut masuk ke dalam perusahaan ekspor barang miliknya.

"Selamat pagi, pak."

"Selamat datang, pak."

"Wah ... bapak terlihat berwibawa sekali hari ini."

Adalah sapaan-sapaan yang Aksa dengar pagi ini. Kalian salah besar jika mengira Aksa hanya akan menanggapi dengan senyuman kaku dibibirnya.

"Selamat pagi kembali, Ardi."

"Tentu saja, saya kan bos yang tepat waktu."

"Hanya berwibawa? Apa saya tidak cukup tampan hari ini, haha."

Adalah sapaan balik yang Aksa berikan setiap kali karyawan-karyawan di perusahaan ekspor barang miliknya itu menyapa dirinya.

Aksa dikenal sebagai seorang CEO muda berkepribadian cerah dengan sisi tegas yang kontras dengan kepribadian ramahnya.

Dia disukai oleh hampir seluruh karyawan dan koleganya karena sisi ramah yang ia miliki itu. Dia selalu tersenyum, memperlihatkan lesung pipi juga mata sabitnya tiap kali ia berbicara dan menyapa karyawan juga kolega-koleganya.

Hal itulah yang membuatnya di kenal sebagai CEO sukses dengan kepribadian baik di setiap majalah-majalah bisnis yang menampilkan profil dirinya sebagai topik utama majalah-majalah itu.

"Pak, lima belas menit lagi rapat akan dimulai ya," ujar Risa ketika melihat presensi Aksa yang akan berjalan masuk ke ruangan milik laki-laki itu.

“Oke, Risa. By the way nanti rapat di ruangan saya aja. Nanti anterin Pak Adigunanya ke ruangan saya, ya,” ujar Aksa sembari menunjukkan senyum manisnya pada Risa. Hal itu telak membuat Risa sedikit tersipu, namun segera menarik lagi seluruh kewarasannya dan mengangguk untuk menanggapi permintaan Aksa.

Ruang milik Aksa sudah dipenuhi dengan kedatangan dua orang. Adiguna Sanjaya, pria berusia empat puluh tahun pemilik perusahaan perabotan beserta Ayu, sekretaris perusahaan perabotan itu.

Wajah Aksa terlihat begitu menawan ketika sedang membicarakan hal-hal serius bersama dengan koleganya itu. Ayu yang sedari tadi ikut nimbrung di dalam percakapan antar pemilik perusahaan besar itu sering gagu ketika tiba-tiba Aksa bertanya padanya terkait kerjasama antar perusahaan mereka.

Perusahaan ekspor barang milik Aksa sudah cukup lama bekerja sama dengan perusahaan perabotan milik Adiguna Sanjaya. Keduanya menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dari tahun ke tahun.

Dan kini, perusahaan Adiguna sedang mengajukan perpanjangan kontrak mereka yang sudah hampir selesai tenggat waktunya.

“Tentu saja, Pak Adiguna. Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan bapak. Jadi, ini diperpanjang sepuluh tahun ya? Biar langsung dihandel sama Axell atau Risa,” ujar Aksa sembari tersenyum tulus pada keduanya.

Drrt … Drrt …

Fokus Aksa dan Tuan Adiguna teralih pada ponsel Ayu yang bergetar. Sedangkan pemilik ponsel itu sekarang justru terkejut karena tidak sadar jika dia belum mensilent ponsel miliknya. Ayu segera mendongak dan meminta maaf baik kepada Aksa ataupun Bosnya.

“Tidak apa-apa, Ayu. Angkat saja, lagipula pembicaraan seriusnya sudah selesai bukan?” celetuk Aksa kemudian menatap Tuan Adiguna.

“Benar, angkat saja,” ujar Tuan Adiguna.

Tepat setelah mendapat persetujuan dari kedua pemilik perusahaan, Ayu mengangkat panggilan itu dan bercakap sebentar dengan orang di seberang.

“Siapa, yu?” tanya Tuan Adiguna setelah Ayu memasukkan kembali ponselnya.

“Nasha, pak. Temennya Non Kirey. Tadi ngabarin kalau Non Kirey lagi ke kantor,” ujar Ayu.

Tuan Adiguna hanya mengangguk, berbanding terbalik dengan ekspresi Aksa ketika mendengar nama Nasha baru saja disebut oleh sekretaris Tuan Adiguna.

Dahinya berkerut, karena merasa familiar dengan nama yang baru saja Ayu sebut.

“Kalau gitu saya sama sekretaris saya pamit ya, pak. Semoga kerjasama kita bisa berjalan dengan baik,” ujar Tuan Adiguna membuyarkan lamunan Aksa.

Aksa tersenyum kemudian berdiri dan menyalami keduanya. Dan tepat ketika pintu ruangannya kembali tertutup, dia mengangkat miring sudut bibirnya hingga membentuk sebuah senyum miring yang terlihat licik di wajah tampannya.

“Menarik.”

Related chapters

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   007 - Keputusan

    “Axell, cari tau soal anaknya Pak Adiguna. Nanti malem semua data harus udah di meja gue,” ujar Aksa pada Axell melaui gawainya. “Siap, Tuan.” Dan setelah panggilan itu berakhir, Aksa mulai kembali berkutat pada berkas-berkas ditangannya hingga suara ketukan pintu diruangannya mengalihkan atensinya. “Shaka, Bos.” “Masuk.” Usai membukan pintu ruangan itu, Shaka menunjukkan cengiran khas miliknya. Shaka memang terlalu slengean hingga terkadang Aksa merasa aneh dengan sikap tangan kanannya itu. “Kepala Kejaksaan ngajak ketemu, katanya bakalan ada misi lagi.” “Hmm … kapan?” “Male m ini.” “Oke, atur aja. Tapi, inget jangan terlalu nurut sama mereka,” tegas Aksa. “Oke, Bos. Yaudah, keluar dulu,” jawab Shaka kemudian pergi setelah mendapatkan anggukan dari Aksa.

    Last Updated : 2022-04-18
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   001 - Sisi Gelap

    Suara tembakan terdengar saling sahut di sebuah gedung tua yang terletak tidak jauh dari perbatasan laut.Dalam gelap gulita itu, bau anyir darah tercium hingga organ penciuman paling ujung, menusuk dan menimbulkan mual bagi orang-orang yang tidak terbiasa.Dor!Satu tembakan terdengar lagi.Aksa menajamkan indra penglihatan dan pendengarannya. Pakaian serba hitam yang ia pakai berhasil menyembunyikan dirinya dari gelapnya malam. Telinganya tidak tuli ketika mendengar jeritan kesakitan dari orang-orang yang berhasil mafiosonya eksekusi.Dan dengan percaya diri, dia melangkah masuk ke dalam sebuah pintu yang terletak di ujung gedung. Tempat yang akan menjadi sasaran empuk untuknya berpesta darah.Prok, prok, prok.Aksa bertepuk tangan ketika melihat lima orang sedang berjudi dengan duduk melingkari sebuah meja yang penuh dengan botol alkohol. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum miring ketika melihat ekspresi terkejut dari kelima

    Last Updated : 2022-02-22
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   002 - Tangan Kanan Aksa

    Aksa tertembak usai salah satu dari mereka memukulnya. Dan dua orang itu kini kabur, berlari cepat, berusaha menghindari tembakan-tembakan dari mafioso Aksa yang kini mengejar mereka berdua.Axell yang masih ada di sana berjalan cepat ke arah Aksa, namun dia kalah cepat dengan suara Aksa yang tiba-tiba memerintahnya.“Bawa sisanya ke markas. Kita eksekusi besok dan kejar tawanan yang kabur.”Dan dengan perintah itu, Axell dan anggota mafioso yang lain berpencar, meninggalkan Aksa yang masih berdesis pelan sembari menyeret keluar kakinya untuk keluar dari gedung itu.“Ssttt …” Aksa terus berdesis karena rasa nyeri yang berdenyut di lengan kirinya.Dia menghentikan langkahnya di balik tembok tinggi, sebelah utara dari gedung tua itu. Tangannya bergerak cepat mengambil selembar kain yang terlilit di pinggangnya. Dia melilitkan kain hitam itu di sekitar lengan kiri miliknya untuk menghentikan pendarahan.Srakk!Pergerakan tangan Aks

    Last Updated : 2022-02-22
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   003 - Kasar, Mati

    “Lepas penutup mata ini, sialan!” maki seorang pria berusia setengah abad yang kini tidak sedang memakai seragam kebanggaan yang biasa pria itu kenakan.Aksa yang baru saja masuk ke ruang bawah tanah miliknya tersenyum miring, ketika mendapati umpatan yang baru saja pria dengan tubuh tegap yang kini mulai dipenuhi dengan lemak-lemak perut itu terdengar sampai ditelinganya.Tak, tak, tak.Perpaduan suara sepatu milik Aksa dan lantai kayu di ruangan ini terdengar begitu tegas, hingga pria paruh baya itu ikut menolehkan kepalanya, mencoba mengikuti arah langkah sepatu Aksa meski ia tidak bisa melihatnya.Aura mencekam tiba-tiba melingkupi seluruh ruangan itu, ketika Aksa mendudukkan diri di kursi kebangaannya yang berada tepat dihadapan pria paruh baya itu. Dia menggerakkan jari telunjuknya, seolah-olah mengatakan agar salah satu mafiosonya mendekat ke-arahnya.“Lepasin penutup matanya,” ujarnya singkat, padat dan jelas.Pria berbaju serba hita

    Last Updated : 2022-02-22
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   004 - S(h)ee

    “Tuan Aksara, semua tawanan sudah berhasil di eksekusi,” ujar Axell Candradinata, salah satu orang kepercayaan Aksa selain Shaka.Aksa yang mendengar itu berdecak pelan. “Gue udah bilang, gausah kaku-kaku banget. Lo sama Shaka bisa manggil gue pakek nama, bukannya gue udah ngomong ya?” ujarnya menatap tepat pada obsidian milih Axell.Namun, Axell tetaplah Axell. Dia tetap pada pendiriannya, bahkan tatapan tajam yang baru saja Aksa beri padanya tidak membuatnya gentar sedikit saja.“Saya juga sudah bilang pada Tuan, jika saya lebih nyaman seperti ini,” ujarnya datar.Terdengar dengusan pelan dari Aksa sebelum ia kembali berucap, “Mana dokumentasinya? Gue mau lihat.”Axell berjalan pelan ke arah meja kerja Aksa. Dia menyerahkan beberapa lembar foto yang ia taruh dalam amplop putih di saku celana miliknya. Dan dengan satu tarikan, Aksa membuka amplop putih itu.Bibirnya tersungging penuh kemenangan. Foto-foto yang berisi gambar mengenaskan dari

    Last Updated : 2022-02-22
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   005 - Wanita Gila

    “Kayaknya dia mabuk. Singkirin aja dari punggung gue. Gausah pakek kekerasan, kita lagi di tempat umum,” ujar Aksa berusaha mencairkan kekhawatiran Shaka yang terlihat jelas dari sorot mata laki-laki itu.Tanpa berpikir dua kali, Shaka langsung beralih memegang wanita dengan rambut hitam sedada yang terurai berantakan. Tubuh ramping milik wanita itu membuat Shaka gampang untuk memindahkan posisinya yang terlihat ambigu.Namun, tanpa Shaka duga, wanita itu justru menampar Shaka, membuat Shaka terhuyung ke belakang. “Lo. Gausah. Pegang-pegang gue!” pekiknya sembari berusaha mempertahankan kesadarannya yang mulai hilang terlahap minuman alkohol yang wanita itu tenggak di bar ini.Aksa yang melihat kejadian itu, hanya menatap wanita dengan pakaian serba hitam yang membungkus apik tubuhnya itu dengan tatapan jengah. Tangan kirinya ia gunakan untuk menahan pergerakan Shaka yang terlihat akan membalas perbuatan wanita yang kini justru mendudukkan dirinya di samping Aks

    Last Updated : 2022-02-22

Latest chapter

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   007 - Keputusan

    “Axell, cari tau soal anaknya Pak Adiguna. Nanti malem semua data harus udah di meja gue,” ujar Aksa pada Axell melaui gawainya. “Siap, Tuan.” Dan setelah panggilan itu berakhir, Aksa mulai kembali berkutat pada berkas-berkas ditangannya hingga suara ketukan pintu diruangannya mengalihkan atensinya. “Shaka, Bos.” “Masuk.” Usai membukan pintu ruangan itu, Shaka menunjukkan cengiran khas miliknya. Shaka memang terlalu slengean hingga terkadang Aksa merasa aneh dengan sikap tangan kanannya itu. “Kepala Kejaksaan ngajak ketemu, katanya bakalan ada misi lagi.” “Hmm … kapan?” “Male m ini.” “Oke, atur aja. Tapi, inget jangan terlalu nurut sama mereka,” tegas Aksa. “Oke, Bos. Yaudah, keluar dulu,” jawab Shaka kemudian pergi setelah mendapatkan anggukan dari Aksa.

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   006 - Sisi Malaikatnya

    Plak! Itu adalah suara pukulan yang ia berikan pada dahinya. Dia ingat, dia belum mengganti perban di lengan kirinya. Tapi, dia sudah terlanjur malas jika harus kembali membuka seluruh pakaian atasnya hanya untuk mengganti perban yang menutupi jahitan luka di lengan kirinya. Maka, dia memutuskan untuk mengabaikan itu dan kembali berjalan keluar, bersiap untuk pergi ke kantor miliknya. Tidak masalah, dia tidak akan terinfeksi hanya karena tidak mengganti perban untuk beberapa jam ke depan, pikirnya. "Bos, data wanita aneh semalem udah ada. Dan bos harus tahu, ada yang menarik dari wanita itu," ujar Shaka sembari menaik turunkan alisnya ketika melihat Aksa turun dari tangga. Aksa mengernyitkan alisnya, kemudian tersenyum evil ketika ia menangkap sinyal yang diberikan oleh Shaka. Axell yang menatap interaksi keduanya pun berdehem pelan, ia rasa dia tertinggal banyak hal.

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   005 - Wanita Gila

    “Kayaknya dia mabuk. Singkirin aja dari punggung gue. Gausah pakek kekerasan, kita lagi di tempat umum,” ujar Aksa berusaha mencairkan kekhawatiran Shaka yang terlihat jelas dari sorot mata laki-laki itu.Tanpa berpikir dua kali, Shaka langsung beralih memegang wanita dengan rambut hitam sedada yang terurai berantakan. Tubuh ramping milik wanita itu membuat Shaka gampang untuk memindahkan posisinya yang terlihat ambigu.Namun, tanpa Shaka duga, wanita itu justru menampar Shaka, membuat Shaka terhuyung ke belakang. “Lo. Gausah. Pegang-pegang gue!” pekiknya sembari berusaha mempertahankan kesadarannya yang mulai hilang terlahap minuman alkohol yang wanita itu tenggak di bar ini.Aksa yang melihat kejadian itu, hanya menatap wanita dengan pakaian serba hitam yang membungkus apik tubuhnya itu dengan tatapan jengah. Tangan kirinya ia gunakan untuk menahan pergerakan Shaka yang terlihat akan membalas perbuatan wanita yang kini justru mendudukkan dirinya di samping Aks

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   004 - S(h)ee

    “Tuan Aksara, semua tawanan sudah berhasil di eksekusi,” ujar Axell Candradinata, salah satu orang kepercayaan Aksa selain Shaka.Aksa yang mendengar itu berdecak pelan. “Gue udah bilang, gausah kaku-kaku banget. Lo sama Shaka bisa manggil gue pakek nama, bukannya gue udah ngomong ya?” ujarnya menatap tepat pada obsidian milih Axell.Namun, Axell tetaplah Axell. Dia tetap pada pendiriannya, bahkan tatapan tajam yang baru saja Aksa beri padanya tidak membuatnya gentar sedikit saja.“Saya juga sudah bilang pada Tuan, jika saya lebih nyaman seperti ini,” ujarnya datar.Terdengar dengusan pelan dari Aksa sebelum ia kembali berucap, “Mana dokumentasinya? Gue mau lihat.”Axell berjalan pelan ke arah meja kerja Aksa. Dia menyerahkan beberapa lembar foto yang ia taruh dalam amplop putih di saku celana miliknya. Dan dengan satu tarikan, Aksa membuka amplop putih itu.Bibirnya tersungging penuh kemenangan. Foto-foto yang berisi gambar mengenaskan dari

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   003 - Kasar, Mati

    “Lepas penutup mata ini, sialan!” maki seorang pria berusia setengah abad yang kini tidak sedang memakai seragam kebanggaan yang biasa pria itu kenakan.Aksa yang baru saja masuk ke ruang bawah tanah miliknya tersenyum miring, ketika mendapati umpatan yang baru saja pria dengan tubuh tegap yang kini mulai dipenuhi dengan lemak-lemak perut itu terdengar sampai ditelinganya.Tak, tak, tak.Perpaduan suara sepatu milik Aksa dan lantai kayu di ruangan ini terdengar begitu tegas, hingga pria paruh baya itu ikut menolehkan kepalanya, mencoba mengikuti arah langkah sepatu Aksa meski ia tidak bisa melihatnya.Aura mencekam tiba-tiba melingkupi seluruh ruangan itu, ketika Aksa mendudukkan diri di kursi kebangaannya yang berada tepat dihadapan pria paruh baya itu. Dia menggerakkan jari telunjuknya, seolah-olah mengatakan agar salah satu mafiosonya mendekat ke-arahnya.“Lepasin penutup matanya,” ujarnya singkat, padat dan jelas.Pria berbaju serba hita

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   002 - Tangan Kanan Aksa

    Aksa tertembak usai salah satu dari mereka memukulnya. Dan dua orang itu kini kabur, berlari cepat, berusaha menghindari tembakan-tembakan dari mafioso Aksa yang kini mengejar mereka berdua.Axell yang masih ada di sana berjalan cepat ke arah Aksa, namun dia kalah cepat dengan suara Aksa yang tiba-tiba memerintahnya.“Bawa sisanya ke markas. Kita eksekusi besok dan kejar tawanan yang kabur.”Dan dengan perintah itu, Axell dan anggota mafioso yang lain berpencar, meninggalkan Aksa yang masih berdesis pelan sembari menyeret keluar kakinya untuk keluar dari gedung itu.“Ssttt …” Aksa terus berdesis karena rasa nyeri yang berdenyut di lengan kirinya.Dia menghentikan langkahnya di balik tembok tinggi, sebelah utara dari gedung tua itu. Tangannya bergerak cepat mengambil selembar kain yang terlilit di pinggangnya. Dia melilitkan kain hitam itu di sekitar lengan kiri miliknya untuk menghentikan pendarahan.Srakk!Pergerakan tangan Aks

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   001 - Sisi Gelap

    Suara tembakan terdengar saling sahut di sebuah gedung tua yang terletak tidak jauh dari perbatasan laut.Dalam gelap gulita itu, bau anyir darah tercium hingga organ penciuman paling ujung, menusuk dan menimbulkan mual bagi orang-orang yang tidak terbiasa.Dor!Satu tembakan terdengar lagi.Aksa menajamkan indra penglihatan dan pendengarannya. Pakaian serba hitam yang ia pakai berhasil menyembunyikan dirinya dari gelapnya malam. Telinganya tidak tuli ketika mendengar jeritan kesakitan dari orang-orang yang berhasil mafiosonya eksekusi.Dan dengan percaya diri, dia melangkah masuk ke dalam sebuah pintu yang terletak di ujung gedung. Tempat yang akan menjadi sasaran empuk untuknya berpesta darah.Prok, prok, prok.Aksa bertepuk tangan ketika melihat lima orang sedang berjudi dengan duduk melingkari sebuah meja yang penuh dengan botol alkohol. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum miring ketika melihat ekspresi terkejut dari kelima

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status