Beranda / Thriller / Mafia Kaki Tangan Pemerintah / 002 - Tangan Kanan Aksa

Share

002 - Tangan Kanan Aksa

Penulis: Napena
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-22 20:51:59

Aksa tertembak usai salah satu dari mereka memukulnya. Dan dua orang itu kini kabur, berlari cepat, berusaha menghindari tembakan-tembakan dari mafioso Aksa yang kini mengejar mereka berdua.

Axell yang masih ada di sana berjalan cepat ke arah Aksa, namun dia kalah cepat dengan suara Aksa yang tiba-tiba memerintahnya.

“Bawa sisanya ke markas. Kita eksekusi besok dan kejar tawanan yang kabur.”

Dan dengan perintah itu, Axell dan anggota mafioso yang lain berpencar, meninggalkan Aksa yang masih berdesis pelan sembari menyeret keluar kakinya untuk keluar dari gedung itu.

“Ssttt …” Aksa terus berdesis karena rasa nyeri yang berdenyut di lengan kirinya. 

Dia menghentikan langkahnya di balik tembok tinggi, sebelah utara dari gedung tua itu. Tangannya bergerak cepat mengambil selembar kain yang terlilit di pinggangnya. Dia melilitkan kain hitam itu di sekitar lengan kiri miliknya untuk menghentikan pendarahan.

Srakk!

Pergerakan tangan Aksa langsung terhenti, ia membuka telinganya lebar-lebar dan langsung menyelipkan lilitan kain yang belum selesai ia lilitkan. Tangan kanannya bergerak pelan mengambil pistol revolver yang tergeletak di samping tubuhnya. Matanya bergerak awas, mengamati gelap gulita yang berada di sekelilingnya.

Aksa semakin merapatkan tubuhnya di balik tembok tinggi dari gedung tua tempatnya dan mafiosonya menjalankan misi malam ini. Derap langkah kaki yang Aksa dengar tadi, semakin mendekat di sebelah kanan gedung. Dan dengan secepat kilat, Aksa menodongkan senjatanya pada laki-laki dengan pakaian serba hitam yang muncul melewati batas tembok di antara mereka.

Tangannya sudah sangat siap untuk menarik pelatuk dari pistol kesayangannya.

“Dua empat dua empat,” bisik laki-laki dengan pakaian serba hitam itu sembari mengangkat kedua tangannya. Laki-laki itu membuka sebelah matanya untuk mengintip senjata revolver yang masih berada didahinya. 

Dia menghela napas ringan sebelum kembali berucap, “Bos … kode dua empat, ini Shaka.”

Aksa memicingkan matanya kemudian menyeret turun senjata miliknya untuk ia bawa kembali ke samping tubuhnya. “Gimana yang lain?” tanyanya sembari kembali membenarkan lilitan di lengan kirinya yang belum usai.

“Yang ada di ruang tengah udah berhasil di eksekusi semua, tapi dua orang yang kabur tadi masih belum ketangkep,” ujar Shaka sembari terus menatap pergerakan tangan Aksa yang berusaha melilitkan kain hitam di lengan kiri milik laki-laki itu.

“Kenapa bos? Kena tembak?” tanya Shaka 

Shaka terus menatap Aksa yang sedari tadi sibuk dengan lilitan di tangan kirinya itu. Alisnya mengernyit ketika menyadari luka tembak itu terlihat cukup dalam dan pendarahannya tidak akan berhenti jika hanya dililiti kain seperti itu.

“Bos, mau dipanggilin Dokter Devan aja?”

Aksa mengernyitkan dahinya dalam, ketika merasakan nyeri luar biasa pada lengan kirinya. Namun, kepalanya menggeleng tegas, “Nggak usah, mending lo bantu yang lain daripada diem doang di sini,” sarkas Aksa.

Shaka yang mendengar itu hanya terkikik geli kemudian berbalik meninggalkan Aksa yang masih saja berusaha menghentikan pendarahan di lengan kirinya.

Mata Shaka menatap awas. Dia memasang telinganya tajam-tajam mencoba mendengar suara yang timbul dari balik pohon yang terlihat dalam jangkauan matanya.

Kakinya melangkah pelan, mencoba mendekat ke arah pohon yang sedari tadi ia tatap.

Dor!

Dan benar, ketika Shaka mendekat, salah satu dari tawanan yang kabur tadi mencoba untuk kabur lagi. Namun, tangan Shaka jauh lebih cepat menarik pelatuk pistol dibandingkan dengan pergerakan bajingan itu.

Shaka berhasil menembak betis kiri bajingan itu hingga membuatnya tersungkur dan menimbulkan suara yang cukup keras.

Cukup keras untuk menarik perhatian para mafioso Aksa yang sedang berpencar di sekitar tempat itu.

"Bawa bajingan ini ke markas. Dan cari bajingan satunya, jangan di eksekusi dulu.” Suara tegas dan lantang milik Shaka langsung membuat para mafioso bergegas, menyeret laki-laki yang tertembak dan yang lainnya berpencar untuk mencari keberadaan satu bajingan lainnya.

Shaka membawa langkahnya untuk kembali ke tempat ia bertemu dengan Aksa tadinya. Namun, tidak ada siapa-siapa di sana. 

Dengan secepat kilat, Shaka berlari ke arah mobilnya. Dia menarik pedal gas dan mengendarai mobil itu dengan kecepatan 100 km/jam. Yang ada dalam pikirannya saat ini adalah tidak mungkin Aksa bisa sampai mansion dengan selamat jika menyetir dalam kondisinya yang seperti tadi.

Dan benar, sekitar 300 meter didepannya, Aksa bisa melihat mobil bugatti yang ia yakini adalah milih Aksa. Shaka menambah kecepatan mobilnya.

Dia menoleh ke kiri ketika sudah berada di samping mobil Aksa. Dan benar seperti apa yang ia duga, Aksa sudah tidak sadarkan diri dengan mobil yang terus berjalan cukup cepat.

Maka, tidak ada jalan lain. Shaka menarik sekali lagi pedal gasnya dan melaju lebih cepat dari Aksa.

Tepat di pertigaan, dia memutar balik mobilnya mengarah tepat di hadapan mobil Aksa.

Brakk!

Dan kecelakaan pun terjadi.

Untungnya, benturan itu tidak terlalu keras hingga Shaka masih tetap sadarkan diri. Dia sedang melepas seatbelt-nya dengan cepat. Membuka pintu mobil dan berlari ke arah mobil Aksa yang ringset di depan mobilnya.

“Bos!”

Gagal. Teriakannya sama sekali tidak membuahkan hasil. Dia mencoba membuka pintu mobil kemudi dan untung saja itu tidak terkunci.

Setelah mengecek denyut nadi Aksa yang masih berdetak, Shaka bergegas menggendong Aksa di balik punggungnya meski sedikit kesulitan.

Dia segera menyambar gawai disakunya dan mendial nomor seseorang di sana.

“Hello, Shaka. What’s up, bro?” suara laki-laki terdengar di seberang sana usai panggilan itu tersambung.

“Bos Aksa kena luka tembak. Dokter Devan bisa ke mansion sekarang?”

“OK.”

Singkat dan padat.

Semua berlalu begitu cepat, Shaka yang segera menaiki mobil dari mafioso yang ia suruh untuk menjemputnya dan mengantar keduanya ke mansion milik Aksa.

Dokter Devan bergegas menjahit luka tembak di lengan kiri Aksa yang memakan waktu hingga satu jam lamanya.

Dan dua jam usai operasi dadakan itu, Aksa tersadar.

Dia mengerjap-ngerjapkan matanya pelan dan mengangkat tangan kanannya untuk memijit pelipisnya yang terasa sakit.

“Eh … udah sadar Bos?” Itu adalah suara Shaka yang masuk ke dalam ruangan Aksa dengan nampan makanan ditangannya.

“Gimana semalem?”

“Dua orang yang kabur udah ke tangkep semua dan masih ada di markas. Belum di eksekusi karena nunggu intruksi dari Bos.”

Aksa hanya mengangguk untuk menanggapi jawaban dari Shaka. Kepalanya masih sangat pusing.

“Bos,” panggil Shaka.

“Kenapa?”

“Kepala Kepolisian minta buat ketemu, malem ini.”

Aksa mengernyitkan dahinya usai mendengar penuturan Shaka. Ada urusan apa kepala kepolisian mengajaknya untuk bertemu, pikirnya.

Bab terkait

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   003 - Kasar, Mati

    “Lepas penutup mata ini, sialan!” maki seorang pria berusia setengah abad yang kini tidak sedang memakai seragam kebanggaan yang biasa pria itu kenakan.Aksa yang baru saja masuk ke ruang bawah tanah miliknya tersenyum miring, ketika mendapati umpatan yang baru saja pria dengan tubuh tegap yang kini mulai dipenuhi dengan lemak-lemak perut itu terdengar sampai ditelinganya.Tak, tak, tak.Perpaduan suara sepatu milik Aksa dan lantai kayu di ruangan ini terdengar begitu tegas, hingga pria paruh baya itu ikut menolehkan kepalanya, mencoba mengikuti arah langkah sepatu Aksa meski ia tidak bisa melihatnya.Aura mencekam tiba-tiba melingkupi seluruh ruangan itu, ketika Aksa mendudukkan diri di kursi kebangaannya yang berada tepat dihadapan pria paruh baya itu. Dia menggerakkan jari telunjuknya, seolah-olah mengatakan agar salah satu mafiosonya mendekat ke-arahnya.“Lepasin penutup matanya,” ujarnya singkat, padat dan jelas.Pria berbaju serba hita

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   004 - S(h)ee

    “Tuan Aksara, semua tawanan sudah berhasil di eksekusi,” ujar Axell Candradinata, salah satu orang kepercayaan Aksa selain Shaka.Aksa yang mendengar itu berdecak pelan. “Gue udah bilang, gausah kaku-kaku banget. Lo sama Shaka bisa manggil gue pakek nama, bukannya gue udah ngomong ya?” ujarnya menatap tepat pada obsidian milih Axell.Namun, Axell tetaplah Axell. Dia tetap pada pendiriannya, bahkan tatapan tajam yang baru saja Aksa beri padanya tidak membuatnya gentar sedikit saja.“Saya juga sudah bilang pada Tuan, jika saya lebih nyaman seperti ini,” ujarnya datar.Terdengar dengusan pelan dari Aksa sebelum ia kembali berucap, “Mana dokumentasinya? Gue mau lihat.”Axell berjalan pelan ke arah meja kerja Aksa. Dia menyerahkan beberapa lembar foto yang ia taruh dalam amplop putih di saku celana miliknya. Dan dengan satu tarikan, Aksa membuka amplop putih itu.Bibirnya tersungging penuh kemenangan. Foto-foto yang berisi gambar mengenaskan dari

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   005 - Wanita Gila

    “Kayaknya dia mabuk. Singkirin aja dari punggung gue. Gausah pakek kekerasan, kita lagi di tempat umum,” ujar Aksa berusaha mencairkan kekhawatiran Shaka yang terlihat jelas dari sorot mata laki-laki itu.Tanpa berpikir dua kali, Shaka langsung beralih memegang wanita dengan rambut hitam sedada yang terurai berantakan. Tubuh ramping milik wanita itu membuat Shaka gampang untuk memindahkan posisinya yang terlihat ambigu.Namun, tanpa Shaka duga, wanita itu justru menampar Shaka, membuat Shaka terhuyung ke belakang. “Lo. Gausah. Pegang-pegang gue!” pekiknya sembari berusaha mempertahankan kesadarannya yang mulai hilang terlahap minuman alkohol yang wanita itu tenggak di bar ini.Aksa yang melihat kejadian itu, hanya menatap wanita dengan pakaian serba hitam yang membungkus apik tubuhnya itu dengan tatapan jengah. Tangan kirinya ia gunakan untuk menahan pergerakan Shaka yang terlihat akan membalas perbuatan wanita yang kini justru mendudukkan dirinya di samping Aks

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   006 - Sisi Malaikatnya

    Plak! Itu adalah suara pukulan yang ia berikan pada dahinya. Dia ingat, dia belum mengganti perban di lengan kirinya. Tapi, dia sudah terlanjur malas jika harus kembali membuka seluruh pakaian atasnya hanya untuk mengganti perban yang menutupi jahitan luka di lengan kirinya. Maka, dia memutuskan untuk mengabaikan itu dan kembali berjalan keluar, bersiap untuk pergi ke kantor miliknya. Tidak masalah, dia tidak akan terinfeksi hanya karena tidak mengganti perban untuk beberapa jam ke depan, pikirnya. "Bos, data wanita aneh semalem udah ada. Dan bos harus tahu, ada yang menarik dari wanita itu," ujar Shaka sembari menaik turunkan alisnya ketika melihat Aksa turun dari tangga. Aksa mengernyitkan alisnya, kemudian tersenyum evil ketika ia menangkap sinyal yang diberikan oleh Shaka. Axell yang menatap interaksi keduanya pun berdehem pelan, ia rasa dia tertinggal banyak hal.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   007 - Keputusan

    “Axell, cari tau soal anaknya Pak Adiguna. Nanti malem semua data harus udah di meja gue,” ujar Aksa pada Axell melaui gawainya. “Siap, Tuan.” Dan setelah panggilan itu berakhir, Aksa mulai kembali berkutat pada berkas-berkas ditangannya hingga suara ketukan pintu diruangannya mengalihkan atensinya. “Shaka, Bos.” “Masuk.” Usai membukan pintu ruangan itu, Shaka menunjukkan cengiran khas miliknya. Shaka memang terlalu slengean hingga terkadang Aksa merasa aneh dengan sikap tangan kanannya itu. “Kepala Kejaksaan ngajak ketemu, katanya bakalan ada misi lagi.” “Hmm … kapan?” “Male m ini.” “Oke, atur aja. Tapi, inget jangan terlalu nurut sama mereka,” tegas Aksa. “Oke, Bos. Yaudah, keluar dulu,” jawab Shaka kemudian pergi setelah mendapatkan anggukan dari Aksa.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   001 - Sisi Gelap

    Suara tembakan terdengar saling sahut di sebuah gedung tua yang terletak tidak jauh dari perbatasan laut.Dalam gelap gulita itu, bau anyir darah tercium hingga organ penciuman paling ujung, menusuk dan menimbulkan mual bagi orang-orang yang tidak terbiasa.Dor!Satu tembakan terdengar lagi.Aksa menajamkan indra penglihatan dan pendengarannya. Pakaian serba hitam yang ia pakai berhasil menyembunyikan dirinya dari gelapnya malam. Telinganya tidak tuli ketika mendengar jeritan kesakitan dari orang-orang yang berhasil mafiosonya eksekusi.Dan dengan percaya diri, dia melangkah masuk ke dalam sebuah pintu yang terletak di ujung gedung. Tempat yang akan menjadi sasaran empuk untuknya berpesta darah.Prok, prok, prok.Aksa bertepuk tangan ketika melihat lima orang sedang berjudi dengan duduk melingkari sebuah meja yang penuh dengan botol alkohol. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum miring ketika melihat ekspresi terkejut dari kelima

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22

Bab terbaru

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   007 - Keputusan

    “Axell, cari tau soal anaknya Pak Adiguna. Nanti malem semua data harus udah di meja gue,” ujar Aksa pada Axell melaui gawainya. “Siap, Tuan.” Dan setelah panggilan itu berakhir, Aksa mulai kembali berkutat pada berkas-berkas ditangannya hingga suara ketukan pintu diruangannya mengalihkan atensinya. “Shaka, Bos.” “Masuk.” Usai membukan pintu ruangan itu, Shaka menunjukkan cengiran khas miliknya. Shaka memang terlalu slengean hingga terkadang Aksa merasa aneh dengan sikap tangan kanannya itu. “Kepala Kejaksaan ngajak ketemu, katanya bakalan ada misi lagi.” “Hmm … kapan?” “Male m ini.” “Oke, atur aja. Tapi, inget jangan terlalu nurut sama mereka,” tegas Aksa. “Oke, Bos. Yaudah, keluar dulu,” jawab Shaka kemudian pergi setelah mendapatkan anggukan dari Aksa.

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   006 - Sisi Malaikatnya

    Plak! Itu adalah suara pukulan yang ia berikan pada dahinya. Dia ingat, dia belum mengganti perban di lengan kirinya. Tapi, dia sudah terlanjur malas jika harus kembali membuka seluruh pakaian atasnya hanya untuk mengganti perban yang menutupi jahitan luka di lengan kirinya. Maka, dia memutuskan untuk mengabaikan itu dan kembali berjalan keluar, bersiap untuk pergi ke kantor miliknya. Tidak masalah, dia tidak akan terinfeksi hanya karena tidak mengganti perban untuk beberapa jam ke depan, pikirnya. "Bos, data wanita aneh semalem udah ada. Dan bos harus tahu, ada yang menarik dari wanita itu," ujar Shaka sembari menaik turunkan alisnya ketika melihat Aksa turun dari tangga. Aksa mengernyitkan alisnya, kemudian tersenyum evil ketika ia menangkap sinyal yang diberikan oleh Shaka. Axell yang menatap interaksi keduanya pun berdehem pelan, ia rasa dia tertinggal banyak hal.

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   005 - Wanita Gila

    “Kayaknya dia mabuk. Singkirin aja dari punggung gue. Gausah pakek kekerasan, kita lagi di tempat umum,” ujar Aksa berusaha mencairkan kekhawatiran Shaka yang terlihat jelas dari sorot mata laki-laki itu.Tanpa berpikir dua kali, Shaka langsung beralih memegang wanita dengan rambut hitam sedada yang terurai berantakan. Tubuh ramping milik wanita itu membuat Shaka gampang untuk memindahkan posisinya yang terlihat ambigu.Namun, tanpa Shaka duga, wanita itu justru menampar Shaka, membuat Shaka terhuyung ke belakang. “Lo. Gausah. Pegang-pegang gue!” pekiknya sembari berusaha mempertahankan kesadarannya yang mulai hilang terlahap minuman alkohol yang wanita itu tenggak di bar ini.Aksa yang melihat kejadian itu, hanya menatap wanita dengan pakaian serba hitam yang membungkus apik tubuhnya itu dengan tatapan jengah. Tangan kirinya ia gunakan untuk menahan pergerakan Shaka yang terlihat akan membalas perbuatan wanita yang kini justru mendudukkan dirinya di samping Aks

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   004 - S(h)ee

    “Tuan Aksara, semua tawanan sudah berhasil di eksekusi,” ujar Axell Candradinata, salah satu orang kepercayaan Aksa selain Shaka.Aksa yang mendengar itu berdecak pelan. “Gue udah bilang, gausah kaku-kaku banget. Lo sama Shaka bisa manggil gue pakek nama, bukannya gue udah ngomong ya?” ujarnya menatap tepat pada obsidian milih Axell.Namun, Axell tetaplah Axell. Dia tetap pada pendiriannya, bahkan tatapan tajam yang baru saja Aksa beri padanya tidak membuatnya gentar sedikit saja.“Saya juga sudah bilang pada Tuan, jika saya lebih nyaman seperti ini,” ujarnya datar.Terdengar dengusan pelan dari Aksa sebelum ia kembali berucap, “Mana dokumentasinya? Gue mau lihat.”Axell berjalan pelan ke arah meja kerja Aksa. Dia menyerahkan beberapa lembar foto yang ia taruh dalam amplop putih di saku celana miliknya. Dan dengan satu tarikan, Aksa membuka amplop putih itu.Bibirnya tersungging penuh kemenangan. Foto-foto yang berisi gambar mengenaskan dari

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   003 - Kasar, Mati

    “Lepas penutup mata ini, sialan!” maki seorang pria berusia setengah abad yang kini tidak sedang memakai seragam kebanggaan yang biasa pria itu kenakan.Aksa yang baru saja masuk ke ruang bawah tanah miliknya tersenyum miring, ketika mendapati umpatan yang baru saja pria dengan tubuh tegap yang kini mulai dipenuhi dengan lemak-lemak perut itu terdengar sampai ditelinganya.Tak, tak, tak.Perpaduan suara sepatu milik Aksa dan lantai kayu di ruangan ini terdengar begitu tegas, hingga pria paruh baya itu ikut menolehkan kepalanya, mencoba mengikuti arah langkah sepatu Aksa meski ia tidak bisa melihatnya.Aura mencekam tiba-tiba melingkupi seluruh ruangan itu, ketika Aksa mendudukkan diri di kursi kebangaannya yang berada tepat dihadapan pria paruh baya itu. Dia menggerakkan jari telunjuknya, seolah-olah mengatakan agar salah satu mafiosonya mendekat ke-arahnya.“Lepasin penutup matanya,” ujarnya singkat, padat dan jelas.Pria berbaju serba hita

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   002 - Tangan Kanan Aksa

    Aksa tertembak usai salah satu dari mereka memukulnya. Dan dua orang itu kini kabur, berlari cepat, berusaha menghindari tembakan-tembakan dari mafioso Aksa yang kini mengejar mereka berdua.Axell yang masih ada di sana berjalan cepat ke arah Aksa, namun dia kalah cepat dengan suara Aksa yang tiba-tiba memerintahnya.“Bawa sisanya ke markas. Kita eksekusi besok dan kejar tawanan yang kabur.”Dan dengan perintah itu, Axell dan anggota mafioso yang lain berpencar, meninggalkan Aksa yang masih berdesis pelan sembari menyeret keluar kakinya untuk keluar dari gedung itu.“Ssttt …” Aksa terus berdesis karena rasa nyeri yang berdenyut di lengan kirinya.Dia menghentikan langkahnya di balik tembok tinggi, sebelah utara dari gedung tua itu. Tangannya bergerak cepat mengambil selembar kain yang terlilit di pinggangnya. Dia melilitkan kain hitam itu di sekitar lengan kiri miliknya untuk menghentikan pendarahan.Srakk!Pergerakan tangan Aks

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   001 - Sisi Gelap

    Suara tembakan terdengar saling sahut di sebuah gedung tua yang terletak tidak jauh dari perbatasan laut.Dalam gelap gulita itu, bau anyir darah tercium hingga organ penciuman paling ujung, menusuk dan menimbulkan mual bagi orang-orang yang tidak terbiasa.Dor!Satu tembakan terdengar lagi.Aksa menajamkan indra penglihatan dan pendengarannya. Pakaian serba hitam yang ia pakai berhasil menyembunyikan dirinya dari gelapnya malam. Telinganya tidak tuli ketika mendengar jeritan kesakitan dari orang-orang yang berhasil mafiosonya eksekusi.Dan dengan percaya diri, dia melangkah masuk ke dalam sebuah pintu yang terletak di ujung gedung. Tempat yang akan menjadi sasaran empuk untuknya berpesta darah.Prok, prok, prok.Aksa bertepuk tangan ketika melihat lima orang sedang berjudi dengan duduk melingkari sebuah meja yang penuh dengan botol alkohol. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum miring ketika melihat ekspresi terkejut dari kelima

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status