Share

Mafia Kaki Tangan Pemerintah
Mafia Kaki Tangan Pemerintah
Penulis: Napena

001 - Sisi Gelap

Penulis: Napena
last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-22 20:51:48

Suara tembakan terdengar saling sahut di sebuah gedung tua yang terletak tidak jauh dari perbatasan laut.

Dalam gelap gulita itu, bau anyir darah tercium hingga organ penciuman paling ujung, menusuk dan menimbulkan mual bagi orang-orang yang tidak terbiasa.

Dor!

Satu tembakan terdengar lagi.

Aksa menajamkan indra penglihatan dan pendengarannya. Pakaian serba hitam yang ia pakai berhasil menyembunyikan dirinya dari gelapnya malam. Telinganya tidak tuli ketika mendengar jeritan kesakitan dari orang-orang yang berhasil mafiosonya eksekusi.

Dan dengan percaya diri, dia melangkah masuk ke dalam sebuah pintu yang terletak di ujung gedung. Tempat yang akan menjadi sasaran empuk untuknya berpesta darah.

Prok, prok, prok.

Aksa bertepuk tangan ketika melihat lima orang sedang berjudi dengan duduk melingkari sebuah meja yang penuh dengan botol alkohol. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum miring ketika melihat ekspresi terkejut dari kelima bajingan itu.

“Boleh saya ikut berpesta, Tuan?” sarkasnya diiringi kekehan kecil yang mencekam.

“Siapa Anda?! Bagaimana Anda bisa masuk ke ruangan ini?!” teriak laki-laki berbadan gempal dengan kaos hitam yang membungkus tubuhnya.

Bukannya menjawab, Aksa justru berjalan semakin mendekat ke arah mereka dan berkata, “Tidakkah kalian mendengar jeritan sedari tadi?” Senyum miring itu tidak hilang dari paras rupawannya.

“Orang gila. Tidak ada jeritan sedari ta-”

Dor! Dor! Dor!

Belum selesai kalimatnya, laki-laki berkaos hitam itu sudah jatuh tergeletak dengan darah yang mengucur deras dari kepalanya.

Keempat orang yang berada di sana melototkan bola matanya, terlihat seperti akan lepas dari kelopak mata masing-masing. Mereka menganga, menatap terkejut pada tubuh yang tergeletak di samping mereka.

“Lihat, bukankah darah itu terlihat sangat segar?”

Dan kalimat yang baru saja keluar dari mulut Aksa justru semakin mengoyak ketakutan keempatnya.

“Kenapa kalian tidak membelah perut teman kalian dan mengambil organ dalamnya?” Aksa bertanya sembari terus berjalan mendekat, membuat keempat orang itu berjalan mundur secara serentak.

“Ahh … menjijikkan. Darah teman kalian berbau begitu busuk dari jarak sedekat ini.”

“Lihat, sepatu mahal ini menjadi kotor karena darah teman kalian. Bukankah kalian harus menggantinya?” 

Ucapan-ucapan itu keluar dengan gampang dari mulut Aksa, setelah kakinya yang terbungkus oleh sepatu mahal menginjak darah yang keluar dari kepala orang berkaos hitam secara tidak sengaja.

“Ampun, Tuan. Ka-kami minta ampun. Kami akan melakukan apapun yang Tuan suruh. Tapi, t-tolong jangan bunuh kami, T-tuan.” Mereka merengek di hadapan Aksa dengan tubuh setengah bergetar dan pAndangan yang menatap tidak fokus.

“Bersimpuh.” 

Kalimat tegas penuh perintah itu langsung membuat keempatnya bersimpuh seketika. Mata mereka masih menatap Aksa dengan takut-takut. Memberi atensi pada yang paling berkuasa dalam gedung pada waktu itu.

“Kenapa menyelundupkan organ dalam manusia?” Pertanyaan selidik penuh makna itu keluar dari mulut Aksa.

Tidak ada yang menyahut. Semuanya memilih bungkam dan mengunci rapat-rapat mulut masing-masing.

Dor!

Satu tembakan hampir saja mengenai orang di ujung kanan jika gerak refleknya tidak cepat.

“K-kami hanya diperintah,” ujar orang yang baru saja hampir mati secara terbata.

“Siapa?” Kalimat tanya itu sarat akan dominasi yang berhasil membuat keempatnya semakin beringsut takut dan menempel pada dinding di belakang mereka.

“K-kami tidak bisa mengatakannya, T-tuan.”

Alis kanan Aksa terangkat, mereka tidak bisa mengatakannya, maka berarti ada orang dengan kuasa di balik mereka, pikirnya.

Aksa masih mengingat dengan sangat jelas, percakapannya dengan kepala kejaksaan semalam. “Eksekusi orang-orang yang ada di gedung X, mereka adalah komplotan penyelundup organ dalam dan selidiki orang-orang di balik mereka.”

Sudut bibirnya terangkat ke atas ketika mengingat bagaimana kepala kejaksaan tidak bisa menjawab pertanyaan singkatnya, “Kenapa saya harus mengeksekusi mereka?”

“Ya, karena mereka merugikan negara!” 

“Seharusnya Anda menjawab dengan lebih berbobot. Bukankah Anda seorang kepala kejaksaan? Seharusnya jawaban Anda adalah karena mereka tidak berperikemanusiaan dengan menjual organ dalam sesamanya. Bukankah seorang ahli hukum harusnya lebih bisa memilah kalimatnya?”

“Sudahlah Aksa, kamu hanya harus mengeksekusi mereka, karena saya yakin ada dalang dengan kekuasaan tinggi di belakang mereka.”

Dia terkikik geli usai mengingat bagaimana kepala kejaksaan terlihat sangat bodoh semalam. Ahh … tapi benar, kepala kejaksaan juga mencurigai ada dalang di balik penyelundupan ini, pikirnya.

“Tuan.” Panggilan dari belakang Aksa berhasil menarik kembali atensi Aksa.

Ada Axell, salah satu orang kepercayaan Aksa yang berdiri dengan pistol dan cipratan darah di mana-mana.

“Bawa mereka.”

Hanya dua kata yang Aksa berikan, tapi Axell berhasil menyeret keempat bajingan gila yang sedang bersama Aksa dengan dibantu oleh rekan mafiosonya.

Namun, tanpa Aksa dan Axell sangka, salah satu dari keempat orang itu berhasil mengambil pistol dari salah satu mafioso yang menyeret dirinya.

“Turunkan senjata kalian!” teriaknya lantang sembari menyandera salah satu mafioso yang sebelumnya adalah orang yang menyeretnya.

Laki-laki itu semakin menekan pistol yang berada dalam genggamannya di pelipis mafioso Aksa yang ia sandera. Dia bergerak mundur dan semakin merapatkan jari-jarinya di pistol yang ia ambil. Dan ketika Aksa maju selangkah, dia menarik pelatuk pistol itu.

Dor!

Dia memberi peringatan dengan memberikan satu tembakan ke atap gedung itu.

Aksa dan Axell hanya menatap laki-laki itu dengan tatapan datar tanpa nyawa. Tidak ada rasa gentar atau bahkan rasa takut dari kedua obsidian milik mereka. Keduanya justru sama-sama menarik sudut bibir kanannya, menunjukkan senyum menghina pada orang yang sedang menyandera mafiosonya.

Benar-benar terlihat seperti saudara kembar.

“Saya akan membunuh bawahan Anda jika Anda dan rekan-rekan Anda tidak mau menurunkan senjata kalian!”

“Bunuh saja.” Aksa melangkah maju, mendekat ke arah orang yang terlihat beringsut mundur itu dengan tatapan mengejek.

Dan tepat sebelum Aksa berhasil menembak kepalanya, satu orang lainnya berhasil memukul Aksa dengan besi yang entah dia dapat dari mana.

“Sial.”

Dor!

Dan suara tembakan itu terdengar usai Aksa mengumpat pelan.

“Shhhtt,” desisnya, merasakan timah panas di lengan kirinya.

Bab terkait

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   002 - Tangan Kanan Aksa

    Aksa tertembak usai salah satu dari mereka memukulnya. Dan dua orang itu kini kabur, berlari cepat, berusaha menghindari tembakan-tembakan dari mafioso Aksa yang kini mengejar mereka berdua.Axell yang masih ada di sana berjalan cepat ke arah Aksa, namun dia kalah cepat dengan suara Aksa yang tiba-tiba memerintahnya.“Bawa sisanya ke markas. Kita eksekusi besok dan kejar tawanan yang kabur.”Dan dengan perintah itu, Axell dan anggota mafioso yang lain berpencar, meninggalkan Aksa yang masih berdesis pelan sembari menyeret keluar kakinya untuk keluar dari gedung itu.“Ssttt …” Aksa terus berdesis karena rasa nyeri yang berdenyut di lengan kirinya.Dia menghentikan langkahnya di balik tembok tinggi, sebelah utara dari gedung tua itu. Tangannya bergerak cepat mengambil selembar kain yang terlilit di pinggangnya. Dia melilitkan kain hitam itu di sekitar lengan kiri miliknya untuk menghentikan pendarahan.Srakk!Pergerakan tangan Aks

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   003 - Kasar, Mati

    “Lepas penutup mata ini, sialan!” maki seorang pria berusia setengah abad yang kini tidak sedang memakai seragam kebanggaan yang biasa pria itu kenakan.Aksa yang baru saja masuk ke ruang bawah tanah miliknya tersenyum miring, ketika mendapati umpatan yang baru saja pria dengan tubuh tegap yang kini mulai dipenuhi dengan lemak-lemak perut itu terdengar sampai ditelinganya.Tak, tak, tak.Perpaduan suara sepatu milik Aksa dan lantai kayu di ruangan ini terdengar begitu tegas, hingga pria paruh baya itu ikut menolehkan kepalanya, mencoba mengikuti arah langkah sepatu Aksa meski ia tidak bisa melihatnya.Aura mencekam tiba-tiba melingkupi seluruh ruangan itu, ketika Aksa mendudukkan diri di kursi kebangaannya yang berada tepat dihadapan pria paruh baya itu. Dia menggerakkan jari telunjuknya, seolah-olah mengatakan agar salah satu mafiosonya mendekat ke-arahnya.“Lepasin penutup matanya,” ujarnya singkat, padat dan jelas.Pria berbaju serba hita

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   004 - S(h)ee

    “Tuan Aksara, semua tawanan sudah berhasil di eksekusi,” ujar Axell Candradinata, salah satu orang kepercayaan Aksa selain Shaka.Aksa yang mendengar itu berdecak pelan. “Gue udah bilang, gausah kaku-kaku banget. Lo sama Shaka bisa manggil gue pakek nama, bukannya gue udah ngomong ya?” ujarnya menatap tepat pada obsidian milih Axell.Namun, Axell tetaplah Axell. Dia tetap pada pendiriannya, bahkan tatapan tajam yang baru saja Aksa beri padanya tidak membuatnya gentar sedikit saja.“Saya juga sudah bilang pada Tuan, jika saya lebih nyaman seperti ini,” ujarnya datar.Terdengar dengusan pelan dari Aksa sebelum ia kembali berucap, “Mana dokumentasinya? Gue mau lihat.”Axell berjalan pelan ke arah meja kerja Aksa. Dia menyerahkan beberapa lembar foto yang ia taruh dalam amplop putih di saku celana miliknya. Dan dengan satu tarikan, Aksa membuka amplop putih itu.Bibirnya tersungging penuh kemenangan. Foto-foto yang berisi gambar mengenaskan dari

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   005 - Wanita Gila

    “Kayaknya dia mabuk. Singkirin aja dari punggung gue. Gausah pakek kekerasan, kita lagi di tempat umum,” ujar Aksa berusaha mencairkan kekhawatiran Shaka yang terlihat jelas dari sorot mata laki-laki itu.Tanpa berpikir dua kali, Shaka langsung beralih memegang wanita dengan rambut hitam sedada yang terurai berantakan. Tubuh ramping milik wanita itu membuat Shaka gampang untuk memindahkan posisinya yang terlihat ambigu.Namun, tanpa Shaka duga, wanita itu justru menampar Shaka, membuat Shaka terhuyung ke belakang. “Lo. Gausah. Pegang-pegang gue!” pekiknya sembari berusaha mempertahankan kesadarannya yang mulai hilang terlahap minuman alkohol yang wanita itu tenggak di bar ini.Aksa yang melihat kejadian itu, hanya menatap wanita dengan pakaian serba hitam yang membungkus apik tubuhnya itu dengan tatapan jengah. Tangan kirinya ia gunakan untuk menahan pergerakan Shaka yang terlihat akan membalas perbuatan wanita yang kini justru mendudukkan dirinya di samping Aks

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-22
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   006 - Sisi Malaikatnya

    Plak! Itu adalah suara pukulan yang ia berikan pada dahinya. Dia ingat, dia belum mengganti perban di lengan kirinya. Tapi, dia sudah terlanjur malas jika harus kembali membuka seluruh pakaian atasnya hanya untuk mengganti perban yang menutupi jahitan luka di lengan kirinya. Maka, dia memutuskan untuk mengabaikan itu dan kembali berjalan keluar, bersiap untuk pergi ke kantor miliknya. Tidak masalah, dia tidak akan terinfeksi hanya karena tidak mengganti perban untuk beberapa jam ke depan, pikirnya. "Bos, data wanita aneh semalem udah ada. Dan bos harus tahu, ada yang menarik dari wanita itu," ujar Shaka sembari menaik turunkan alisnya ketika melihat Aksa turun dari tangga. Aksa mengernyitkan alisnya, kemudian tersenyum evil ketika ia menangkap sinyal yang diberikan oleh Shaka. Axell yang menatap interaksi keduanya pun berdehem pelan, ia rasa dia tertinggal banyak hal.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-09
  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   007 - Keputusan

    “Axell, cari tau soal anaknya Pak Adiguna. Nanti malem semua data harus udah di meja gue,” ujar Aksa pada Axell melaui gawainya. “Siap, Tuan.” Dan setelah panggilan itu berakhir, Aksa mulai kembali berkutat pada berkas-berkas ditangannya hingga suara ketukan pintu diruangannya mengalihkan atensinya. “Shaka, Bos.” “Masuk.” Usai membukan pintu ruangan itu, Shaka menunjukkan cengiran khas miliknya. Shaka memang terlalu slengean hingga terkadang Aksa merasa aneh dengan sikap tangan kanannya itu. “Kepala Kejaksaan ngajak ketemu, katanya bakalan ada misi lagi.” “Hmm … kapan?” “Male m ini.” “Oke, atur aja. Tapi, inget jangan terlalu nurut sama mereka,” tegas Aksa. “Oke, Bos. Yaudah, keluar dulu,” jawab Shaka kemudian pergi setelah mendapatkan anggukan dari Aksa.

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18

Bab terbaru

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   007 - Keputusan

    “Axell, cari tau soal anaknya Pak Adiguna. Nanti malem semua data harus udah di meja gue,” ujar Aksa pada Axell melaui gawainya. “Siap, Tuan.” Dan setelah panggilan itu berakhir, Aksa mulai kembali berkutat pada berkas-berkas ditangannya hingga suara ketukan pintu diruangannya mengalihkan atensinya. “Shaka, Bos.” “Masuk.” Usai membukan pintu ruangan itu, Shaka menunjukkan cengiran khas miliknya. Shaka memang terlalu slengean hingga terkadang Aksa merasa aneh dengan sikap tangan kanannya itu. “Kepala Kejaksaan ngajak ketemu, katanya bakalan ada misi lagi.” “Hmm … kapan?” “Male m ini.” “Oke, atur aja. Tapi, inget jangan terlalu nurut sama mereka,” tegas Aksa. “Oke, Bos. Yaudah, keluar dulu,” jawab Shaka kemudian pergi setelah mendapatkan anggukan dari Aksa.

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   006 - Sisi Malaikatnya

    Plak! Itu adalah suara pukulan yang ia berikan pada dahinya. Dia ingat, dia belum mengganti perban di lengan kirinya. Tapi, dia sudah terlanjur malas jika harus kembali membuka seluruh pakaian atasnya hanya untuk mengganti perban yang menutupi jahitan luka di lengan kirinya. Maka, dia memutuskan untuk mengabaikan itu dan kembali berjalan keluar, bersiap untuk pergi ke kantor miliknya. Tidak masalah, dia tidak akan terinfeksi hanya karena tidak mengganti perban untuk beberapa jam ke depan, pikirnya. "Bos, data wanita aneh semalem udah ada. Dan bos harus tahu, ada yang menarik dari wanita itu," ujar Shaka sembari menaik turunkan alisnya ketika melihat Aksa turun dari tangga. Aksa mengernyitkan alisnya, kemudian tersenyum evil ketika ia menangkap sinyal yang diberikan oleh Shaka. Axell yang menatap interaksi keduanya pun berdehem pelan, ia rasa dia tertinggal banyak hal.

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   005 - Wanita Gila

    “Kayaknya dia mabuk. Singkirin aja dari punggung gue. Gausah pakek kekerasan, kita lagi di tempat umum,” ujar Aksa berusaha mencairkan kekhawatiran Shaka yang terlihat jelas dari sorot mata laki-laki itu.Tanpa berpikir dua kali, Shaka langsung beralih memegang wanita dengan rambut hitam sedada yang terurai berantakan. Tubuh ramping milik wanita itu membuat Shaka gampang untuk memindahkan posisinya yang terlihat ambigu.Namun, tanpa Shaka duga, wanita itu justru menampar Shaka, membuat Shaka terhuyung ke belakang. “Lo. Gausah. Pegang-pegang gue!” pekiknya sembari berusaha mempertahankan kesadarannya yang mulai hilang terlahap minuman alkohol yang wanita itu tenggak di bar ini.Aksa yang melihat kejadian itu, hanya menatap wanita dengan pakaian serba hitam yang membungkus apik tubuhnya itu dengan tatapan jengah. Tangan kirinya ia gunakan untuk menahan pergerakan Shaka yang terlihat akan membalas perbuatan wanita yang kini justru mendudukkan dirinya di samping Aks

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   004 - S(h)ee

    “Tuan Aksara, semua tawanan sudah berhasil di eksekusi,” ujar Axell Candradinata, salah satu orang kepercayaan Aksa selain Shaka.Aksa yang mendengar itu berdecak pelan. “Gue udah bilang, gausah kaku-kaku banget. Lo sama Shaka bisa manggil gue pakek nama, bukannya gue udah ngomong ya?” ujarnya menatap tepat pada obsidian milih Axell.Namun, Axell tetaplah Axell. Dia tetap pada pendiriannya, bahkan tatapan tajam yang baru saja Aksa beri padanya tidak membuatnya gentar sedikit saja.“Saya juga sudah bilang pada Tuan, jika saya lebih nyaman seperti ini,” ujarnya datar.Terdengar dengusan pelan dari Aksa sebelum ia kembali berucap, “Mana dokumentasinya? Gue mau lihat.”Axell berjalan pelan ke arah meja kerja Aksa. Dia menyerahkan beberapa lembar foto yang ia taruh dalam amplop putih di saku celana miliknya. Dan dengan satu tarikan, Aksa membuka amplop putih itu.Bibirnya tersungging penuh kemenangan. Foto-foto yang berisi gambar mengenaskan dari

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   003 - Kasar, Mati

    “Lepas penutup mata ini, sialan!” maki seorang pria berusia setengah abad yang kini tidak sedang memakai seragam kebanggaan yang biasa pria itu kenakan.Aksa yang baru saja masuk ke ruang bawah tanah miliknya tersenyum miring, ketika mendapati umpatan yang baru saja pria dengan tubuh tegap yang kini mulai dipenuhi dengan lemak-lemak perut itu terdengar sampai ditelinganya.Tak, tak, tak.Perpaduan suara sepatu milik Aksa dan lantai kayu di ruangan ini terdengar begitu tegas, hingga pria paruh baya itu ikut menolehkan kepalanya, mencoba mengikuti arah langkah sepatu Aksa meski ia tidak bisa melihatnya.Aura mencekam tiba-tiba melingkupi seluruh ruangan itu, ketika Aksa mendudukkan diri di kursi kebangaannya yang berada tepat dihadapan pria paruh baya itu. Dia menggerakkan jari telunjuknya, seolah-olah mengatakan agar salah satu mafiosonya mendekat ke-arahnya.“Lepasin penutup matanya,” ujarnya singkat, padat dan jelas.Pria berbaju serba hita

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   002 - Tangan Kanan Aksa

    Aksa tertembak usai salah satu dari mereka memukulnya. Dan dua orang itu kini kabur, berlari cepat, berusaha menghindari tembakan-tembakan dari mafioso Aksa yang kini mengejar mereka berdua.Axell yang masih ada di sana berjalan cepat ke arah Aksa, namun dia kalah cepat dengan suara Aksa yang tiba-tiba memerintahnya.“Bawa sisanya ke markas. Kita eksekusi besok dan kejar tawanan yang kabur.”Dan dengan perintah itu, Axell dan anggota mafioso yang lain berpencar, meninggalkan Aksa yang masih berdesis pelan sembari menyeret keluar kakinya untuk keluar dari gedung itu.“Ssttt …” Aksa terus berdesis karena rasa nyeri yang berdenyut di lengan kirinya.Dia menghentikan langkahnya di balik tembok tinggi, sebelah utara dari gedung tua itu. Tangannya bergerak cepat mengambil selembar kain yang terlilit di pinggangnya. Dia melilitkan kain hitam itu di sekitar lengan kiri miliknya untuk menghentikan pendarahan.Srakk!Pergerakan tangan Aks

  • Mafia Kaki Tangan Pemerintah   001 - Sisi Gelap

    Suara tembakan terdengar saling sahut di sebuah gedung tua yang terletak tidak jauh dari perbatasan laut.Dalam gelap gulita itu, bau anyir darah tercium hingga organ penciuman paling ujung, menusuk dan menimbulkan mual bagi orang-orang yang tidak terbiasa.Dor!Satu tembakan terdengar lagi.Aksa menajamkan indra penglihatan dan pendengarannya. Pakaian serba hitam yang ia pakai berhasil menyembunyikan dirinya dari gelapnya malam. Telinganya tidak tuli ketika mendengar jeritan kesakitan dari orang-orang yang berhasil mafiosonya eksekusi.Dan dengan percaya diri, dia melangkah masuk ke dalam sebuah pintu yang terletak di ujung gedung. Tempat yang akan menjadi sasaran empuk untuknya berpesta darah.Prok, prok, prok.Aksa bertepuk tangan ketika melihat lima orang sedang berjudi dengan duduk melingkari sebuah meja yang penuh dengan botol alkohol. Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum miring ketika melihat ekspresi terkejut dari kelima

DMCA.com Protection Status