Beranda / Romansa / Mafia Jatuh Cinta / Bertemu Kembali

Share

Bertemu Kembali

Di kamar lain Gael sudah siap dengan setelan jasnya. Seperti biasa agenda setiap harinya adalah pergi ke 2 perusahaan secara bergiliran. Namun sebelum itu Gael akan melakukan sesuatu. Dia berjalan menuju kamar Myria.

“selamat pagi tuan” ucap pelayan di persimpangan jalan.

“dia sudah bangun?” tanya Gael. Pelayan jelas tau siapa yang dimaksud. Tidak ada orang lain lagi di Mansion ini.

“sudah tuan” jawab pelayan halus. Semua pelayan disini benar-benar disiplin dengan peraturan.

Gael meneruskan langkahnya. tanpa perlu mengetok pintu lelaki itu langsung membuka pintu, ditangannya sudah ada sebuah berkas yang akan dia berikan kepada Myria.

“kau sedang apa?” tanya Gael begitu melihat Myria sedang menarik semua gorden jendela dan mengikatkanya.

Sedangkan Myria yang ketahuan sedang melakukan aksi melarikan dirinya malah diam mendadak tidak tau harus melakukan apa.

“tuan, saya mohon lepaskan saja saya. Saya tidak sanggup lagi” Myria hanya bisa mengiba, mengambil rasa simpati Gael dengan ekpresi sedihnya. Tak lupa dia juga berjalan mendekati Gael dan langsung bersimpuh untuk membuat Gael yakin akan kesedihannya.

“kau mau melarikan diri?” tanya Gael, lelaki itu baru sadar jika dia menangkap basah Myria.

“sa,saya tidak mau diperlakukan seperti binatang tuan, saya mohon bunuh saya saja” Myria masih meneruskan aksi sandiwaranya dalam merebut simpati Gael. Dia tidak benar-benar ingin mati, masih banyak hal yang ingin dia capai. 

Myria mengenal Gael sebagai orang pemilik perusahaan, baginya Gael lebih menujukkan sebagai manusia normal dibanding temannya Ansel. Jadi satu-satu yang bisa Myria lakukan adalah menarik simpati Gael.

“baiklah, mau dibunuh pakai apa?” tanya Gael ringan. Dia sudah bisa menebak jika saat ini Myria hanya bersandiwara. Lelaki itu sudah terbiasa menemui orang-orang bermuka dua seperti ini.

Tangis Myria langsung terhenti dengan respon Gael yang malah menantangnya. Selama ini dia berfikir jika Gael masih memiliki hati karena sudah menolongnya. namun semua prasangka itu kini terasa lenyap.

“tuan ampuni kesalahan saya, saya masih ingin hidup tuan” kini kalimat itu langsung berganti menjadi kalimat yang terasa sedikit nyata, dan memang Myria benar-benar sudah frustrasi.

“saya bersedia melakukan apa saja agar bisa terhindar dari tuan Ansel. Saya mohon selamatkan saya” Myria mengatakan isi hatinya, Gael sudah pernah menolongnya sekali mungkin saja lelaki itu bersedia menolongnya lagi.

“jika begitu, tanda tangani ini” Gael memperlihatkan sebuah berkas. Myria  mendongak dan dengan ragu dia mulai berdiri.

Gael langsung memberikan berkas itu dan wanita itu mulai membacanya.

“segera tanda tangani atau aku akan membawamu kepada Ansel” Gael membuat konsentrasi Myria membuyar. Wanita itu segera menerima pena ditangan Gael dan tanpa perlu membaca lebih lanjut dan langsung menandatangani berkas itu. Dia sedikit percaya lelaki di hadapannya pasti lebih baik daripada Ansel

“baiklah” Gael langsung menarik berkas itu.

“kau bisa tinggal disini sementara waktu” Gael menutup pintu tanpa menunggu sautan dari Myria. Didalam Myria merasa sedikit aneh, apa mungkin dia melakukan kesalahan dengan menandatangani berkas itu.

“urus berkas ini diam-diam” ucap Gael kepada pengawalnya sebelum masuk kedalam mobil.

Sedangkan pengawal itu membuka berkas dengan tatapan tak percaya. Namun karena harus diam- diam dia tidak bisa bertanya ataupun meminta saran dari orang lain. Langsung saja begitu tuannya pergi lelaki itu dengan segera membereskan permintaan tuannya.

Beberapahari berlalu, saat ini Gael sedang berada di PIN. Mereka memiliki pesanan baru. Kali ini yang diminta hanya barang lama. Mereka tidak perlu menguji ulang karena memang sudah siap jual.

“sepertinya minggu depan kita perlu terbang, kelompok luar menawarkan kerja sama” ucap Ansel begitu mereka duduk mengamati anak buah yang sedang menyiapkan barang.

“seberapa menjanjikan” Gael tipe orang yang terbiasa waspada.

“jaminan keamanan dagang” jawab Ansel.

“selama ini kita tak memiliki kendala disana” Gael merasa jika ide yang Ansel berikan tidak cukup berguna.

“secara yuridis” Ansel mengutarakan kelebihan dari pertemuan itu.

“siapa saja anggotanya?” Gael menoleh menatp Ansel

“hanya 5 terbesar” ini merujuk pada tingkat keberhasilan kelompok. Dari sini Gael bisa menyimpulkan bahwa yang mengudang mereka jelas memliki koneksi kuat dengan organisasi intenasional. Setidaknya mereka tidak perlu memperhitungkan kerugian jika suatu saat aksi mereka ketahuan.

“cukup menarik” Gael mulai tergugah.

“kita akan lihat siapa saja yang menjadi lawan kita” Ansel malah berfikir hal lain. Dia nyatanya memiliki ambisi besar untuk membesarakan kelompoknya.

Seminggu berlalu, mereka sudah siap dengan kopernya sedang berjalan menuju pesawat pribadi. Gael yang beberapa hari tidak kembali ke Mansioan akhirnya mengajak Myria untuk ikut dengannya. Entah kenapa wanita itu memiliki daya tarik yang membuat Gael tdak mau melepaskannya begitu saja..

“baiklah kita langsung berangkat saja,,,” ucap Ansel saat Gael sudah masuk ke dalam pesawat. Dia mengarahkan pramugari untuk menutup pintu.

“tunggu” Gael menghentikan aksi pramugari, dia juga membuat Ansel bertanya-tanya.

“kenapa?” Ansel bersuara, semua orang sudah masuk kenapa pintu tidak boleh di tutup. Bersamaan dengan itu sebuah  mobil berhenti tak jauh dari sana. Tak lama sang penumpang turun, seketika Ansel tak percaya. Sosok yang dia lihat adalah Myria, wanita yang setengah mati dia benci.

“kau membawanya?!” tanya Ansel kesal. Rasanya ingin sekali menguliti wajah wanita itu begiiu melihatnya.

“aku butuh hiburan” jawab Gael cuek. Lelaki itu tidak menanggapi rasa keberatan Ansel dengan kehadiran Myria dalam perjalanan mereka.

Sedangkan wanita yang menjadi bahan perbicangan mereka kini sudah menaiki tangga. Dengan langkah ragu dia memasuki pesawat. Reaksinya tidak jauh beda dengan Ansel. Myria langsung terkaget dan takut dalam waktu bersamaan.

“jangan ganggu dia” ucap Gael memecahkan ketegangan antara Ansel dan Myria. Dia memberikan kode kepada Myria untuk segera mendekat dan duduk.

Myria berjalan pelan menuju tempat duduknya, sedangkan Ansel dengan mata melotot mengekori tingkah Myria dengan menahan emosi.

“kita berangkat” lanjut Gael.

Perjalanan udara lancar dengan waktu tempuh yang cukup lama. Untung saja pesawat milik mereka menyediakan kamar tidur. Ansel yang sudah tidak bisa berdekatan dengan Myria, memilih pergi ke kamar tidur dan tentu saja dia menyewa salah satu pramugari untuk menemaninya. Seperti itulah Ansel, dia tidak akan jauh-jauh dari wanita.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status