"Musnahkan semuanya!" Ucap Alex , lalu dalam seperskian detik suara ledakan terdengar. Sebuah rumah yang berada dipinggir kota meledak tanpa menyisakan apapun.
Alex yang berada sedikit jauh dari rumah itu. Memperhatikan dari jauh keadaan rumah yang lambat laun mulai hangus terbakar."Semunya sudah selesai, lalu apa rencanamu sekarang, Xander?" Ucap seorang pria yang berdiri disamping Alex."Tidak ada, cukup kau peringatkan mereka untuk tidak kembali bermain-main dengnku!" Ucapnya lalu masuk kedalam mobil diikuti oleh pria tadi." Huh, kenapa tidak kau basmi saja semua hama-hama pengganggu itu?" Ucap Pria itu lagi yang sudah duduk manis disamping Alex."Aku tidak akan membiarkan mereka mati terlebih dahulu, karna permainan belum dimulai." Jawabnya lalu tersenyum layaknya iblis."Hm, aku jadi penasaran apa yang akan kau lakukan terhadap mereka." Ucap Pria itu bersemangat."Tunggu saja kapan mainnya." Ucap Alex mengakhiri percakapan antara mereka berdua.••••Sore hari ini, Mona berencana ingin melatih bayi asuhannya untuk berjalan. Dan sekarang dirinya bersama Sean sudah berada di taman depan mension ini.Tentu saja disini hanya ditumbuhi oleh rerumputan tanpa ada kolam-kolam dan batu yang akan membuat bocah kecil ini terjatuh."Cepat belajar jalan ya ganteng, ntar dibeliin coklat!" Ucap Mona sambil memegang kedua tangan Sean kecil untuk berjalan mengikutinya."Bla bla bu ba!" Ucap Sean sambil melangkahkan kakinya lebar-lebar."Anak pintar, anak siapa sih, hm?" Gemas Mona mencubit gemas kedua pipi tembam Sean."Awas saja saat dewasa nanti kau tidak berterimakasih kepadaku karna sudah mengajarimu berjalan." Ucap Mona lalu mulai kembali memapah Sean agar berjalan.Bunyi klakson mobil membuat Mona menoleh untuk melihat mobil siapa yang memasuki karangan mension ini. Dua orang pria masing-masing keluar dari salah satu pintu mobil.Itu Alex dengan pria yang bersamanya tadi. Alex menyugar rambutnya keatas lalu menoleh memperhatikan Mona yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.Dilihatnya Mona dengan Sean yang ada dipegangannya. Dengan rambut tersanggul tinggi dan warna kulit putih asianya yang contras membuatnya tampak menawan walaupun dengan pakaian rumah biasa."Wah wah, lihatlah gadis asia ini. Kau menyembunyikan gadis cantik dirumahmu, ya?" Ujar Pria itu sambil berjalan ketempat Mona dengan pandangan tak lepas darinya."Hai gadis manis, siapa namamu?" Tanya pria itu sambil membungkukan sedikit kepalanya karna perbedaan tinggi mereka yang cukup jauh."Mona." Jawab Mona lalu mengalihkan tatapan-nya kepada Alex yang juga menuju kearahnya."Nah Mona, perkenalkan aku Hans." Ucap Hans sambil menjulurkan tangannya. Mona lantas membalas uluran tangan itu."Jangan hiraukan dia dan masuklah kedalam!" Perintah Alex yabg tentunya dengan nada tidak ramahnya."Oh ayolah Xander, aku butuh wanita cantik untuk menemaniku berbicara disini!" Ucap Hans yang sudah memegang kedua bahu Mona."Jangan pernah panggil aku dengan sebutan nama itu disini!?" Ucap Alex memperingati Hans dengan sorot mata tajamnya. Namun hal itu tak dihiraukan oleh Hans."Jangan membantah, cepat masuk kedalam!" Ucap Alex lagi untuk kedua kalinya kepada Mona. Mona hendak menggendong Sean untuk kembali ke dalam, namun tiba-tiba Hans menghalangi jalannya."Wah, apakah ini si tuan muda Sean?" Tanya Hans sambil menoel-noel pipi kiri Sean yang berada digendongan Mona."Ya, permisi tuan-tuan." Jawab Mona lalu pergi memasuki mension. Hans memperhatikan punggung Mona yang sudah hilang dibalik pintu itu lalu menatap Alex dengan senyuman jahil."Kau menyukai nya?" Tanya Hans dengan senyum nakalnya."Apa maksudmu?" Ucap Alex tidak mengerti akan ucapan Hans barusan."Hmm, sepertinya seorang Alexander De Franciso kembali menyukai seorang gadis asia." Ucap Hans lagi yang kali ini langsung ditatap tajam oleh Alex."Kenapa? Bukannya kau dulu juga pernah berhubungan dengan gadis asia!?" Ucap Hans seolah ucapan yang keluar dari mulutnya adalah fakta."Tapi sepertinya gadis sekarang terlihat jauh lebih baik dari gadis milikmu sebelumnya." Ucap Hans lagi, lalu memasuki mension.Alex hanya diam ditempatnya. Ucapan Hans barusan sontak mengingatkannya akan cinta masa lalunya sekaligus cinta pertamanya. Gadis yang terlihat persis sama seperti Mona yang dulu pernah menjadi miliknya.Gadis itu merupakan cinta pertama Alex saat usianya remaja. Mereka bertemu saat masa SMA yang menyenangkan. Gadis itu merupakan hari-hari indah bagi Alex untuk hidup.Hingga setelah lulus pun Alex masih tetap bersama gadis itu menjalin hubungan. Alex tidak pernah mendapatkan kasih sayang kedua orangtuanya akibat kecelakaan yang membuat kedua orangtuanya meninggal dunia.Namun dengan kehadiran gadis itu membuat dirinya merasa disayangi dan dunianya menjadi berwarna. Tapi sebuah kisah cinta tidak akan selamanya indah bukan?Nyatanya gadis itu pergi mendahului dirinya. Alasan yang tidak jelas akan kematian gadis itu yang membuat dirinya menjadi seperti sekarang ini.Mati rasa? Alex mengalaminya hingga diusianya yang sudah menginjak usia 26 tahun. Umur yang matang untuk seorang pria dewasa dengan karir sukses untuk menikah.Dan rasa itu terasa kembali setelah kemunculan sosok baru di kehidupannya. Entah Tuhan memang menghdirkan-nya untuk mengisi ruang kosong yang ada dihatinya atau bukan, yang jelas Alex merasa berdebar tatkala berada didekat Mona.••••Malam harinya, Alex, Hans dan juga Ed yang juga berada disana tengah berkumpul di ruang kerja Alex. Mereka membahas soal misi yang akan mereka lakukan"Oh ayolah, Alex! Itu hanya sebuah barang yang tidak berguna!" Ucap Hans lelah karna misi ini sangat tidak berguna menurutnya."Barang yang tidak berguna, hmm?" Suara rendah Alex berhasil membuat Hans terdiam. Ed yang berada diantara keduanya hanya menggeleng lelah."Itu bukan barang sembarangan, Hans. Itu adalah harta kesayangan milik Alex yang paling berharga." Jelas Ed kepada Hans yang mendengar." Apa itu?" Tanya Hans mulai penasaran."Kau tidak perlu tau akan hal itu!" Jawab Alex cepat."Baiklah. Tapi apakah mungkin kau akan mengambil harta milikmu yang berada di tangan pemimpin Cymric itu?!" Ucap Hans jika rencana yang dibuat oleh Alex mungkin saja tidak akan berhasil."Apakah kau lupa siapa aku?" Ujar Alex lalu tersenyum miring."Ya ya baiklah. Lalu apa rencanamu?" Tanya Hans mulai serius mendengarkan Alex."Kita akan menyusup ke pesta yang diadakannya besok. Dan tentunya itu dirumahnya." Ucap Alex."Lalu apakah kau pikir mereka tidak akan mengenalmu?" Ucap Hans." Penyamaran!" Enteng Alex sambil tersenyum sombong ke arah Hans."Hei! Apakah kau tidak ingat terakhir kali saat kau menyamar ke sebuah pesta?" Jengah Hans yang membuat Alex juga terdiam."Kalau begitu kita akan langsung serang saja!" Ucap Alex tanpa beban mengatakan itu."Hei hei, apa maksudmu? Kau tidak kasihan kepada wanita-wanita cantik yang menghadiri pesta itu? Mereka bisa terluka!" Ucap Hans seolah-olah peduli."Apa aku peduli?" Ujar Alex tidak kasihan sedikitpun. Karna hanya hartanya lah yang sangat penting bagi dirinya sekarang."Bagaimana jika kita menggunakan seseorang untuk menyamar?" Ucap Ed yang membuat kedua pria yang sedari tadi beradu argumen itu terdiam dan menatapnya."Siapa?" Ucap Alex dan Hans serempak."Mona."Aku Mona Gelora. Aku berusia 20 tahun dan statusku adalah seorang singel. Ayahku merupakan seorang yang dimabuk kerja sedangkan ibuku sudah meninggal saat aku berumur 12 tahun.Walaupun begitu, ayahku tidak memilih untuk menikah lagi dan malah semakin gila dengan pekerjaannya dan hasilnya juga sangat membuatku takjub. Waktu kecil aku sangat ingin mengunjungi kota Milan di Italia. Ya, itu adalah impianku dari dulu. Dan sekarang aku sudah berada dibandara Internasional Leonardo da Vinci.Perlu waktu lebih kurang 6 jam untukku pergi ke kota Milan dari sini. Namun itu tidak membutaku patah semangat karna nanti dalam perjalanan menuju kesana aku dapat menikmati suasana malam negara ini.Saat sampai di kota tujuanku aku langsung memesan sebuah kamar hotel. Tentunya perjalanan jauh sangat membuatku lelah dan besok adalah saatnya waktuku untuk mengelilingi kota indah ini.Aku tidak sabar.•••••Pagi sekali aku sudah siap dengan pakaianku. Aku berencana untuk mengelilingi kota hingga malam ha
Entah dia seorang penolong yang diberikan tuhan kepadaku agar aku tidak menjadi gelandangan di negara ini atau bukan. Tapi aku sangat bersyukur karna dengan pekerjaan ini aku akan bisa menerima gaji dan kembali ke negara asal ku sesuai janji dan surat kontrak yang sudah aku tandatangani semalam.Flashback:Aku dibawa masuk bersamanya kedalam mobil. Mobil berjalan seiring diriku yang berharap cemas supaya nasibku kelak akan baik-baik saja menerima pekerjaan ini."Ed, berikan kepadanya surat kontrak itu!" Ujarnya kepada seseorang yang mengemudi mobil ini. Pria yang aku tau bernama Ed itu memberikan selembaran kertas yang langsung aku baca dengan teliti.Isi kontrak itu berisi:1. Pekerja hanya akan menjalani pekerjaan selama 6 bulan tidak lebih dan tidak kurang.2. Pekerja hanya mengerjakan seluruh tugas merawat seorang bayi. 3. Pekerja harus menetap selama kontrak kerja berakhir4. Jika melanggar atau membatalkan kontrak akan didenda dengan harga nyawa."Hei. Aku keberatan dengan syar
Sudah hampir dua minggu aku berada di mension ini dan sudah dari empat hari yang lalu Alex selalu berada di mension yang membuatku selalu merasa dipantau.Iya, karna dirinya yang memiliki rumah ini. Tapi jika setiap hari Alex selalu duduk tidak jauh dari aku dan Sean bermain bagaimana aku tidak kaku dan sedikit risih.Saat ini aku sedang menggendong Sean ke taman belakang mension ini yang cukup besar. Aku melihat bunga-bunga yang indah dan kolam ikan yang cukup besar.Pemandangan disini cukup indah dan udaranya juga segar. Aku menduduki diriku diatas tikar yang tadi sudah digelar oleh salah seorang pria berbadan besar yang membantuku membawakan mainan dan makanan Sean.Kududuki Sean diatas tikar ini sambil diriku mengeluarkan mainan dan juga beberapa biskuit kesukaanya.Hembusan angin sepoi-sepoi menerbangkam beberapa helai rambutku. Sudah lama aku tidak menghirup udara segar karna sebelumnya aku hanya bermain didalam mension ini saja.Kurebahkan badanku diatas tikar sambil menatap la
"Mafia." Satu kata namun seperti suatu bencana besar yang melanda pikiranku. Sungguh. Apakah mafia itu benaran ada? Kukira mafia itu hanya cerita sebagian kalangan."Ma, mafia?" Beo ku sambil menatapnya tak percaya. Kutatap penampilannya dari atas hingga bawah hingga berhenti tepat di wajah tampan bak dewa yunani itu."Apakah aku tidak terlihat seperti seorang mafia?" Tanya-nya kepadaku yang membuatku tersadar lalu mengalihkan tatapanku dari wajahnya."Em, tidak. Kau sangat-sangat terlihat seperti seorang mafia." Ujarku gelagapan. Oh ayolah! Bagaimana bisa seorang mafia berpenampilan tampan seperti ini? Kupikir mafia itu seorang yang sudah tua dan memiliki wajah yang mengerikan dengan ada luka sayatan di wajah ataupun tubuhnya. Tapi mafia di depanku ini berbeda.Alex hanya terlihat seperti seorang pria muda matang dengan karir yang sukses dan besar. Dia tidak seperti seorang mafia, kecuali jika sedang marah."Suatu hari kau akan melihatku layaknya seperti mafia." Ujarnya diakhiri de
Alex mengendarai mobil sport-nya dengan kecepatan yang sangat laju hingga membuat para pengendara lain mengumpat kepadanya. Walaupun begitu, Alex terus melajukan kendaraannya tanpa peduli umpatan-umpatan yang dilontarkan pengendara lainnya."Berani bermain-main denganku, hm?" Ucap Alex dengan mata lurus menatap jalanan besar didepan sana. Berani mengganggu iblis yang sedang tidur? Maka rasakan akibatnya.Alex sampai disebuah gedung yang berada ditengah hutan. Gedung ini terlihat kumuh dan tak terawat dengan ditumbuhi tumbuhan rambat yang menutupi sebagian dinding gedung.Tapi siapa tau jika gedung yang terlihat kumuh dan tertinggal itu merupakan sebuah tempat dimana semua aset berharga milik Alex berada disana.Tempat ini terpencil dan jarang orang-orang mengetahuinya, sehingga tidak ada orang yang mengetahui jika ada sebuah gedung kecil yang berisi sebuah harta milik seorang Alexander De Franciso."Salam, Tuan Xander." Ujar beberapa orang-orang berotot besar yang ada disekitar sana.
"Musnahkan semuanya!" Ucap Alex , lalu dalam seperskian detik suara ledakan terdengar. Sebuah rumah yang berada dipinggir kota meledak tanpa menyisakan apapun.Alex yang berada sedikit jauh dari rumah itu. Memperhatikan dari jauh keadaan rumah yang lambat laun mulai hangus terbakar."Semunya sudah selesai, lalu apa rencanamu sekarang, Xander?" Ucap seorang pria yang berdiri disamping Alex."Tidak ada, cukup kau peringatkan mereka untuk tidak kembali bermain-main dengnku!" Ucapnya lalu masuk kedalam mobil diikuti oleh pria tadi." Huh, kenapa tidak kau basmi saja semua hama-hama pengganggu itu?" Ucap Pria itu lagi yang sudah duduk manis disamping Alex."Aku tidak akan membiarkan mereka mati terlebih dahulu, karna permainan belum dimulai." Jawabnya lalu tersenyum layaknya iblis."Hm, aku jadi penasaran apa yang akan kau lakukan terhadap mereka." Ucap Pria itu bersemangat."Tunggu saja kapan mainnya." Ucap Alex mengakhiri percakapan antara mereka berdua.••••Sore hari ini, Mona berencan
Alex mengendarai mobil sport-nya dengan kecepatan yang sangat laju hingga membuat para pengendara lain mengumpat kepadanya. Walaupun begitu, Alex terus melajukan kendaraannya tanpa peduli umpatan-umpatan yang dilontarkan pengendara lainnya."Berani bermain-main denganku, hm?" Ucap Alex dengan mata lurus menatap jalanan besar didepan sana. Berani mengganggu iblis yang sedang tidur? Maka rasakan akibatnya.Alex sampai disebuah gedung yang berada ditengah hutan. Gedung ini terlihat kumuh dan tak terawat dengan ditumbuhi tumbuhan rambat yang menutupi sebagian dinding gedung.Tapi siapa tau jika gedung yang terlihat kumuh dan tertinggal itu merupakan sebuah tempat dimana semua aset berharga milik Alex berada disana.Tempat ini terpencil dan jarang orang-orang mengetahuinya, sehingga tidak ada orang yang mengetahui jika ada sebuah gedung kecil yang berisi sebuah harta milik seorang Alexander De Franciso."Salam, Tuan Xander." Ujar beberapa orang-orang berotot besar yang ada disekitar sana.
"Mafia." Satu kata namun seperti suatu bencana besar yang melanda pikiranku. Sungguh. Apakah mafia itu benaran ada? Kukira mafia itu hanya cerita sebagian kalangan."Ma, mafia?" Beo ku sambil menatapnya tak percaya. Kutatap penampilannya dari atas hingga bawah hingga berhenti tepat di wajah tampan bak dewa yunani itu."Apakah aku tidak terlihat seperti seorang mafia?" Tanya-nya kepadaku yang membuatku tersadar lalu mengalihkan tatapanku dari wajahnya."Em, tidak. Kau sangat-sangat terlihat seperti seorang mafia." Ujarku gelagapan. Oh ayolah! Bagaimana bisa seorang mafia berpenampilan tampan seperti ini? Kupikir mafia itu seorang yang sudah tua dan memiliki wajah yang mengerikan dengan ada luka sayatan di wajah ataupun tubuhnya. Tapi mafia di depanku ini berbeda.Alex hanya terlihat seperti seorang pria muda matang dengan karir yang sukses dan besar. Dia tidak seperti seorang mafia, kecuali jika sedang marah."Suatu hari kau akan melihatku layaknya seperti mafia." Ujarnya diakhiri de
Sudah hampir dua minggu aku berada di mension ini dan sudah dari empat hari yang lalu Alex selalu berada di mension yang membuatku selalu merasa dipantau.Iya, karna dirinya yang memiliki rumah ini. Tapi jika setiap hari Alex selalu duduk tidak jauh dari aku dan Sean bermain bagaimana aku tidak kaku dan sedikit risih.Saat ini aku sedang menggendong Sean ke taman belakang mension ini yang cukup besar. Aku melihat bunga-bunga yang indah dan kolam ikan yang cukup besar.Pemandangan disini cukup indah dan udaranya juga segar. Aku menduduki diriku diatas tikar yang tadi sudah digelar oleh salah seorang pria berbadan besar yang membantuku membawakan mainan dan makanan Sean.Kududuki Sean diatas tikar ini sambil diriku mengeluarkan mainan dan juga beberapa biskuit kesukaanya.Hembusan angin sepoi-sepoi menerbangkam beberapa helai rambutku. Sudah lama aku tidak menghirup udara segar karna sebelumnya aku hanya bermain didalam mension ini saja.Kurebahkan badanku diatas tikar sambil menatap la
Entah dia seorang penolong yang diberikan tuhan kepadaku agar aku tidak menjadi gelandangan di negara ini atau bukan. Tapi aku sangat bersyukur karna dengan pekerjaan ini aku akan bisa menerima gaji dan kembali ke negara asal ku sesuai janji dan surat kontrak yang sudah aku tandatangani semalam.Flashback:Aku dibawa masuk bersamanya kedalam mobil. Mobil berjalan seiring diriku yang berharap cemas supaya nasibku kelak akan baik-baik saja menerima pekerjaan ini."Ed, berikan kepadanya surat kontrak itu!" Ujarnya kepada seseorang yang mengemudi mobil ini. Pria yang aku tau bernama Ed itu memberikan selembaran kertas yang langsung aku baca dengan teliti.Isi kontrak itu berisi:1. Pekerja hanya akan menjalani pekerjaan selama 6 bulan tidak lebih dan tidak kurang.2. Pekerja hanya mengerjakan seluruh tugas merawat seorang bayi. 3. Pekerja harus menetap selama kontrak kerja berakhir4. Jika melanggar atau membatalkan kontrak akan didenda dengan harga nyawa."Hei. Aku keberatan dengan syar
Aku Mona Gelora. Aku berusia 20 tahun dan statusku adalah seorang singel. Ayahku merupakan seorang yang dimabuk kerja sedangkan ibuku sudah meninggal saat aku berumur 12 tahun.Walaupun begitu, ayahku tidak memilih untuk menikah lagi dan malah semakin gila dengan pekerjaannya dan hasilnya juga sangat membuatku takjub. Waktu kecil aku sangat ingin mengunjungi kota Milan di Italia. Ya, itu adalah impianku dari dulu. Dan sekarang aku sudah berada dibandara Internasional Leonardo da Vinci.Perlu waktu lebih kurang 6 jam untukku pergi ke kota Milan dari sini. Namun itu tidak membutaku patah semangat karna nanti dalam perjalanan menuju kesana aku dapat menikmati suasana malam negara ini.Saat sampai di kota tujuanku aku langsung memesan sebuah kamar hotel. Tentunya perjalanan jauh sangat membuatku lelah dan besok adalah saatnya waktuku untuk mengelilingi kota indah ini.Aku tidak sabar.•••••Pagi sekali aku sudah siap dengan pakaianku. Aku berencana untuk mengelilingi kota hingga malam ha