Alex mengendarai mobil sport-nya dengan kecepatan yang sangat laju hingga membuat para pengendara lain mengumpat kepadanya. Walaupun begitu, Alex terus melajukan kendaraannya tanpa peduli umpatan-umpatan yang dilontarkan pengendara lainnya.
"Berani bermain-main denganku, hm?" Ucap Alex dengan mata lurus menatap jalanan besar didepan sana. Berani mengganggu iblis yang sedang tidur? Maka rasakan akibatnya.Alex sampai disebuah gedung yang berada ditengah hutan. Gedung ini terlihat kumuh dan tak terawat dengan ditumbuhi tumbuhan rambat yang menutupi sebagian dinding gedung.Tapi siapa tau jika gedung yang terlihat kumuh dan tertinggal itu merupakan sebuah tempat dimana semua aset berharga milik Alex berada disana.Tempat ini terpencil dan jarang orang-orang mengetahuinya, sehingga tidak ada orang yang mengetahui jika ada sebuah gedung kecil yang berisi sebuah harta milik seorang Alexander De Franciso."Salam, Tuan Xander." Ujar beberapa orang-orang berotot besar yang ada disekitar sana. Mereka yang ada disana bertugas untuk menjaga tempat ini.Xander adalah panggilan yang diberikan kepada Alex. Alasannya cukup jelas karna untuk merahasiakan identitasnya dari masyarakat umum, meskipun sedikit orang sudah mengetahui identitas Alex tersebut."Apa yang kalian lakukan sehingga cymric berhasil masuk?!" Pertanyaan yang mudah dijawab namun membuat para pria berotot besar disana malah menampilkan raut wajah ketakutan."Apa pertanyaanku kurang jelas?" Tanya Alex lagi kali ini dengan nada penuh penekanan. Seorang pria dengan rambut sebahu kemudian maju dan berucap."Ampun tuan, jumlah mereka cukup banyak sehingga kami tidak dapat menghentikan mereka semua." Jelas pria tersebut. Alex menatapnya tanpa berkedip."Aku hanya meperkerjakan seseorang yang pemberani dan kuat." Ucap Alex lalu berlalu masuk kedalam gedung itu.Jika Alex sudah berkata begitu maka hanya ada kata 'dipecat' bagi mereka yang mendengar barusan.Alex memasuki gedung itu yang langsung menuju lantai atas dimana semua barang kesayangannya berada disana semuanya. Dan ya, semuanya telah diambil yang membuat api amarah nya langsung membara.Mereka yang berada disana hanya terdiam tanpa bergerak sedikitpun. Walaupun ekspresi yang ditampilkan Alex saat ini sangat tenang dan datar tapi tidak ada yang mengetahui apa isi hati pria itu.Cukup lama Alex berdiri disana hingga beberapa detik kemudian dirinya kembali kebawah dan memasuki mobilnya. Mengendarai dengan kecepatan tinggi hingga daun-daun jalanan berterbangan hilir mudik."Kau salah telah bermain main denganku, Romeo!" Geram Alex sambil mencengkram stir mobilnya kuat.••••Malam sudah larut. Di sebuah mension besar dengan lampu sedikit temaram itu tepatnya disalah satu kursi yang ada ditaman belakang mension itu duduk seorang gadis dengan piyama putih yang menutupi seluruh tubuhnya.Dia Mona. Hanya duduk sambil memperhatikan langit malam yang cerah sehingga menampakan bintang-bintang yang indah di atas langit."Di Indonesia langitnya juga begini gak ya?" Ucap Mona kepada dirinya sendiri. Entah kenapa setiap kali menatap bintang dirinya teringat akan sosok ibu."Stop Mon! Kamu gak boleh sedih ntar ibu nangis di surga loh." Ujar Mona sambil menguatkan hatinya. Namun tanpa bisa dicegah air mata mengalir dengan sendirinya."Huaaa, ibu...ibu.. ibu." Tangis Mona pelan sambil memanggil kata ibu. Kebiasannya setiap kali menatap bintang dirinya akan menangis tanpa bisa dicegah."Maaf bu, Mona gak bisa cegah air mata ini keluar, hiks." Tangis Mona dengan sesegukan. Untung saja malam ini tidak ada pelayan maupun para penjga berkeliaran.Beberapa menit kemudian tangisnya mulai reda. Ditatapnya kembali langit sambil tersenyum membayangkan wajah sang ibu terukir cantik diatas sana."Mona gak sedih kok, cuman keluar air mata dikit aja." Ujarnya seolah sedang berbicara dengan ibunya. Ditatapnya bulan yang semakin tinggi, dirinya pun kembali kekamarnya tepatnya menuju kamar Sean karna dirinya berbagi kamar dengan bocah kecil itu.Saat melalui tangga menuju lantai dua, tanpa sengaja indra pendengaranya yang begitu tajam mendengar sesuatu yang membuat pikirannya kemana-mana.Mona menolehkan kepalanya menuju lantai bawah tepatnya di kursi tamu yang berada sedikit jauh dari tempatnya berdiri. Dengan pelan-pelan dirinya menuruni anak tangga sambil memperhatikan apa yang ada diatas sofa itu.KriitBunyi sofa yang berderit berbunyi berulang kali, lalu terdengar kembali dengan sawutan suara perempuan yang terdengar lemas.Setelah cukup lama mencerna bunyi suara itu akhirnya Mona menyadari. Dirinya langsung menutup mulut tidak percaya."Anjir!" Ucapnya spontan dan tentunya dengan nada berbisik. Tidak salah lagi kalau dirinya mendengar suara yang menjijikan yang tak lain tak bukan pertanda bahwa ada pasangan yang melakukan hubungan intim.Karna merasa geli dan jijik, Mona kemudian memutuskan untuk kembali kekamarnya sambil berlari. Menulikan telinganya dan berharap bahwa pikirannya tidak melayang kemana-mana saat memikirkan suara menjijikan itu.Sedangkan di sofa ruang tamu, pasangan tadi sudah mengehentikan kegiatan mesum mereka setelah kepergian Mona 15 menit yang lalu. Tentunya tanpa mereka sadari."Kau hebat seperti biasanya, Ed." Goda wanita dengan rambut panjang bergelombang itu sambil membenarkan bajunya."Jangan memujiku, Amor." Ucap Ed sambil tersenyum manis kepada gadis yang telah memuaskannya beberapa menit yang lalu."Kau terlalu hebat untuk tidak dipuji, Ed." Ujar gadis itu lagi sambil membelai selangkangan Ed."Cukup, pergilah sebelum Alex datang." Usir Ed namun masih dengan nada yang lembut."Huh, apakah tidak bisa aku menemanimu disini?" Ucap gadis itu lagi dengan suara manjanya."Tidak Amor, dan jangan pernah datang kesini lagi." Ucap Ed yang telah mengubah nada suaranya."Baiklah, tapi jika kau merindukanku datang lah ke apartemen ku." ujarnya lalu mengakhiri dengan kecupan lembut di bibir Ed lalu pergi keluar dari mension ini."Aku tidak akan merindukanmu, wanita jalang." Ucap Ed sinis memeperhatikan Amor yang sudah hilang dibalik pintu besar itu.••••"Musnahkan semuanya!" Ucap Alex , lalu dalam seperskian detik suara ledakan terdengar. Sebuah rumah yang berada dipinggir kota meledak tanpa menyisakan apapun.Alex yang berada sedikit jauh dari rumah itu. Memperhatikan dari jauh keadaan rumah yang lambat laun mulai hangus terbakar."Semunya sudah selesai, lalu apa rencanamu sekarang, Xander?" Ucap seorang pria yang berdiri disamping Alex."Tidak ada, cukup kau peringatkan mereka untuk tidak kembali bermain-main dengnku!" Ucapnya lalu masuk kedalam mobil diikuti oleh pria tadi." Huh, kenapa tidak kau basmi saja semua hama-hama pengganggu itu?" Ucap Pria itu lagi yang sudah duduk manis disamping Alex."Aku tidak akan membiarkan mereka mati terlebih dahulu, karna permainan belum dimulai." Jawabnya lalu tersenyum layaknya iblis."Hm, aku jadi penasaran apa yang akan kau lakukan terhadap mereka." Ucap Pria itu bersemangat."Tunggu saja kapan mainnya." Ucap Alex mengakhiri percakapan antara mereka berdua.••••Sore hari ini, Mona berencan
Aku Mona Gelora. Aku berusia 20 tahun dan statusku adalah seorang singel. Ayahku merupakan seorang yang dimabuk kerja sedangkan ibuku sudah meninggal saat aku berumur 12 tahun.Walaupun begitu, ayahku tidak memilih untuk menikah lagi dan malah semakin gila dengan pekerjaannya dan hasilnya juga sangat membuatku takjub. Waktu kecil aku sangat ingin mengunjungi kota Milan di Italia. Ya, itu adalah impianku dari dulu. Dan sekarang aku sudah berada dibandara Internasional Leonardo da Vinci.Perlu waktu lebih kurang 6 jam untukku pergi ke kota Milan dari sini. Namun itu tidak membutaku patah semangat karna nanti dalam perjalanan menuju kesana aku dapat menikmati suasana malam negara ini.Saat sampai di kota tujuanku aku langsung memesan sebuah kamar hotel. Tentunya perjalanan jauh sangat membuatku lelah dan besok adalah saatnya waktuku untuk mengelilingi kota indah ini.Aku tidak sabar.•••••Pagi sekali aku sudah siap dengan pakaianku. Aku berencana untuk mengelilingi kota hingga malam ha
Entah dia seorang penolong yang diberikan tuhan kepadaku agar aku tidak menjadi gelandangan di negara ini atau bukan. Tapi aku sangat bersyukur karna dengan pekerjaan ini aku akan bisa menerima gaji dan kembali ke negara asal ku sesuai janji dan surat kontrak yang sudah aku tandatangani semalam.Flashback:Aku dibawa masuk bersamanya kedalam mobil. Mobil berjalan seiring diriku yang berharap cemas supaya nasibku kelak akan baik-baik saja menerima pekerjaan ini."Ed, berikan kepadanya surat kontrak itu!" Ujarnya kepada seseorang yang mengemudi mobil ini. Pria yang aku tau bernama Ed itu memberikan selembaran kertas yang langsung aku baca dengan teliti.Isi kontrak itu berisi:1. Pekerja hanya akan menjalani pekerjaan selama 6 bulan tidak lebih dan tidak kurang.2. Pekerja hanya mengerjakan seluruh tugas merawat seorang bayi. 3. Pekerja harus menetap selama kontrak kerja berakhir4. Jika melanggar atau membatalkan kontrak akan didenda dengan harga nyawa."Hei. Aku keberatan dengan syar
Sudah hampir dua minggu aku berada di mension ini dan sudah dari empat hari yang lalu Alex selalu berada di mension yang membuatku selalu merasa dipantau.Iya, karna dirinya yang memiliki rumah ini. Tapi jika setiap hari Alex selalu duduk tidak jauh dari aku dan Sean bermain bagaimana aku tidak kaku dan sedikit risih.Saat ini aku sedang menggendong Sean ke taman belakang mension ini yang cukup besar. Aku melihat bunga-bunga yang indah dan kolam ikan yang cukup besar.Pemandangan disini cukup indah dan udaranya juga segar. Aku menduduki diriku diatas tikar yang tadi sudah digelar oleh salah seorang pria berbadan besar yang membantuku membawakan mainan dan makanan Sean.Kududuki Sean diatas tikar ini sambil diriku mengeluarkan mainan dan juga beberapa biskuit kesukaanya.Hembusan angin sepoi-sepoi menerbangkam beberapa helai rambutku. Sudah lama aku tidak menghirup udara segar karna sebelumnya aku hanya bermain didalam mension ini saja.Kurebahkan badanku diatas tikar sambil menatap la
"Mafia." Satu kata namun seperti suatu bencana besar yang melanda pikiranku. Sungguh. Apakah mafia itu benaran ada? Kukira mafia itu hanya cerita sebagian kalangan."Ma, mafia?" Beo ku sambil menatapnya tak percaya. Kutatap penampilannya dari atas hingga bawah hingga berhenti tepat di wajah tampan bak dewa yunani itu."Apakah aku tidak terlihat seperti seorang mafia?" Tanya-nya kepadaku yang membuatku tersadar lalu mengalihkan tatapanku dari wajahnya."Em, tidak. Kau sangat-sangat terlihat seperti seorang mafia." Ujarku gelagapan. Oh ayolah! Bagaimana bisa seorang mafia berpenampilan tampan seperti ini? Kupikir mafia itu seorang yang sudah tua dan memiliki wajah yang mengerikan dengan ada luka sayatan di wajah ataupun tubuhnya. Tapi mafia di depanku ini berbeda.Alex hanya terlihat seperti seorang pria muda matang dengan karir yang sukses dan besar. Dia tidak seperti seorang mafia, kecuali jika sedang marah."Suatu hari kau akan melihatku layaknya seperti mafia." Ujarnya diakhiri de
"Musnahkan semuanya!" Ucap Alex , lalu dalam seperskian detik suara ledakan terdengar. Sebuah rumah yang berada dipinggir kota meledak tanpa menyisakan apapun.Alex yang berada sedikit jauh dari rumah itu. Memperhatikan dari jauh keadaan rumah yang lambat laun mulai hangus terbakar."Semunya sudah selesai, lalu apa rencanamu sekarang, Xander?" Ucap seorang pria yang berdiri disamping Alex."Tidak ada, cukup kau peringatkan mereka untuk tidak kembali bermain-main dengnku!" Ucapnya lalu masuk kedalam mobil diikuti oleh pria tadi." Huh, kenapa tidak kau basmi saja semua hama-hama pengganggu itu?" Ucap Pria itu lagi yang sudah duduk manis disamping Alex."Aku tidak akan membiarkan mereka mati terlebih dahulu, karna permainan belum dimulai." Jawabnya lalu tersenyum layaknya iblis."Hm, aku jadi penasaran apa yang akan kau lakukan terhadap mereka." Ucap Pria itu bersemangat."Tunggu saja kapan mainnya." Ucap Alex mengakhiri percakapan antara mereka berdua.••••Sore hari ini, Mona berencan
Alex mengendarai mobil sport-nya dengan kecepatan yang sangat laju hingga membuat para pengendara lain mengumpat kepadanya. Walaupun begitu, Alex terus melajukan kendaraannya tanpa peduli umpatan-umpatan yang dilontarkan pengendara lainnya."Berani bermain-main denganku, hm?" Ucap Alex dengan mata lurus menatap jalanan besar didepan sana. Berani mengganggu iblis yang sedang tidur? Maka rasakan akibatnya.Alex sampai disebuah gedung yang berada ditengah hutan. Gedung ini terlihat kumuh dan tak terawat dengan ditumbuhi tumbuhan rambat yang menutupi sebagian dinding gedung.Tapi siapa tau jika gedung yang terlihat kumuh dan tertinggal itu merupakan sebuah tempat dimana semua aset berharga milik Alex berada disana.Tempat ini terpencil dan jarang orang-orang mengetahuinya, sehingga tidak ada orang yang mengetahui jika ada sebuah gedung kecil yang berisi sebuah harta milik seorang Alexander De Franciso."Salam, Tuan Xander." Ujar beberapa orang-orang berotot besar yang ada disekitar sana.
"Mafia." Satu kata namun seperti suatu bencana besar yang melanda pikiranku. Sungguh. Apakah mafia itu benaran ada? Kukira mafia itu hanya cerita sebagian kalangan."Ma, mafia?" Beo ku sambil menatapnya tak percaya. Kutatap penampilannya dari atas hingga bawah hingga berhenti tepat di wajah tampan bak dewa yunani itu."Apakah aku tidak terlihat seperti seorang mafia?" Tanya-nya kepadaku yang membuatku tersadar lalu mengalihkan tatapanku dari wajahnya."Em, tidak. Kau sangat-sangat terlihat seperti seorang mafia." Ujarku gelagapan. Oh ayolah! Bagaimana bisa seorang mafia berpenampilan tampan seperti ini? Kupikir mafia itu seorang yang sudah tua dan memiliki wajah yang mengerikan dengan ada luka sayatan di wajah ataupun tubuhnya. Tapi mafia di depanku ini berbeda.Alex hanya terlihat seperti seorang pria muda matang dengan karir yang sukses dan besar. Dia tidak seperti seorang mafia, kecuali jika sedang marah."Suatu hari kau akan melihatku layaknya seperti mafia." Ujarnya diakhiri de
Sudah hampir dua minggu aku berada di mension ini dan sudah dari empat hari yang lalu Alex selalu berada di mension yang membuatku selalu merasa dipantau.Iya, karna dirinya yang memiliki rumah ini. Tapi jika setiap hari Alex selalu duduk tidak jauh dari aku dan Sean bermain bagaimana aku tidak kaku dan sedikit risih.Saat ini aku sedang menggendong Sean ke taman belakang mension ini yang cukup besar. Aku melihat bunga-bunga yang indah dan kolam ikan yang cukup besar.Pemandangan disini cukup indah dan udaranya juga segar. Aku menduduki diriku diatas tikar yang tadi sudah digelar oleh salah seorang pria berbadan besar yang membantuku membawakan mainan dan makanan Sean.Kududuki Sean diatas tikar ini sambil diriku mengeluarkan mainan dan juga beberapa biskuit kesukaanya.Hembusan angin sepoi-sepoi menerbangkam beberapa helai rambutku. Sudah lama aku tidak menghirup udara segar karna sebelumnya aku hanya bermain didalam mension ini saja.Kurebahkan badanku diatas tikar sambil menatap la
Entah dia seorang penolong yang diberikan tuhan kepadaku agar aku tidak menjadi gelandangan di negara ini atau bukan. Tapi aku sangat bersyukur karna dengan pekerjaan ini aku akan bisa menerima gaji dan kembali ke negara asal ku sesuai janji dan surat kontrak yang sudah aku tandatangani semalam.Flashback:Aku dibawa masuk bersamanya kedalam mobil. Mobil berjalan seiring diriku yang berharap cemas supaya nasibku kelak akan baik-baik saja menerima pekerjaan ini."Ed, berikan kepadanya surat kontrak itu!" Ujarnya kepada seseorang yang mengemudi mobil ini. Pria yang aku tau bernama Ed itu memberikan selembaran kertas yang langsung aku baca dengan teliti.Isi kontrak itu berisi:1. Pekerja hanya akan menjalani pekerjaan selama 6 bulan tidak lebih dan tidak kurang.2. Pekerja hanya mengerjakan seluruh tugas merawat seorang bayi. 3. Pekerja harus menetap selama kontrak kerja berakhir4. Jika melanggar atau membatalkan kontrak akan didenda dengan harga nyawa."Hei. Aku keberatan dengan syar
Aku Mona Gelora. Aku berusia 20 tahun dan statusku adalah seorang singel. Ayahku merupakan seorang yang dimabuk kerja sedangkan ibuku sudah meninggal saat aku berumur 12 tahun.Walaupun begitu, ayahku tidak memilih untuk menikah lagi dan malah semakin gila dengan pekerjaannya dan hasilnya juga sangat membuatku takjub. Waktu kecil aku sangat ingin mengunjungi kota Milan di Italia. Ya, itu adalah impianku dari dulu. Dan sekarang aku sudah berada dibandara Internasional Leonardo da Vinci.Perlu waktu lebih kurang 6 jam untukku pergi ke kota Milan dari sini. Namun itu tidak membutaku patah semangat karna nanti dalam perjalanan menuju kesana aku dapat menikmati suasana malam negara ini.Saat sampai di kota tujuanku aku langsung memesan sebuah kamar hotel. Tentunya perjalanan jauh sangat membuatku lelah dan besok adalah saatnya waktuku untuk mengelilingi kota indah ini.Aku tidak sabar.•••••Pagi sekali aku sudah siap dengan pakaianku. Aku berencana untuk mengelilingi kota hingga malam ha