Home / Pernikahan / Madu Wasiat Adik Iparku / Bab 13: Maduku Pemalas

Share

Bab 13: Maduku Pemalas

Author: Foverflows
last update Last Updated: 2023-06-02 07:48:59

***

Seperti biasa, rumah bukan lagi tempat pulang ternyaman sejak Mas Rafa menikahi Andin. Namun, jika bukan kembali ke sini, ke mana lagi aku harus membawa Naura. Menjawab pertanyaannya tentang sikap Ayahnya yang berubah saja aku belum mampu, apalagi saat dia bertanya kenapa kami mendadak harus pindah.

“Nau, langsung mandi ya!”

“Iya, Bu.” Naura menyahuti.

Sementara itu, aku masuk ke dapur, memeriksa apakah hari ini Andin memasak makanan atau tidak.

“Sesuai dugaanku, Andin yang malas tidak memasak makanan apapun untuk Mas Rafa,” ucapku sembari geleng-geleng kepala.

“Hebatnya, Mas Rafa sama sekali nggak protes! Coba kalau aku yang nggak masak, pasti banyak sekali ceramahnya,”

Aku berdecak membandingkan sikap Mas Rafa terhadapku dan Andin. Sungguh berbeda.

“Jangan-jangan mereka baru makan seharian ini?” Aku bertanya curiga. Benar-benar pemalas maduku itu ternyata.

Tiba-tiba aku memikirkan sebuah ide. Senyum muncul di antara sudut bibirku. “Lihat saja apa yang akan aku lakukan padanya ma
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 14: Biwir Cabe Rawit dibalas Cabe Setan!

    ***“Terima kasih, Mas,” ucapku pada Mas Rafa setelah kami menunaikan ibadah sholat bersama. Mas Rafa hanya mengangguk setelah mengulurkan tangannya kepadaku. Rasanya aku seperti kembali hidup melihatnya berada di sini bersama kami.Namun, tentu saja hal itu tidak bertahan lama.“Aku harus kembali menemui Andin. Jangan sampai dia sedih melihat kita bersama,” ucap suamiku yang kini hatinya telah terbagi itu.“Mas!” tegurku karena apa yang dia ucapkan dapat didengar oleh Naura. Bukannya bertaubat dan meminta maaf, Mas Rafa justru mendecakan lidahnya dengan kesal.Tanpa mau menunggu lama, Mas Rafa beranjak dari kamar kami demi menemui maduku yang dicintai olehnya itu.“Ayah!” panggil Naura. Miris. Dia pasti ingin ayahnya tetap di sini.“Ada apa?”“Mau pergi ke tante Andin lagi?” tanya putri semata wayang kami.Mas Rafa melirikku. Ia mengembuskan napas dengan berat sebelum menghampiri Naura. Lalu menganggukan kepala. “Tante Andin butuh Ayah. Kamu tidak apa-apa kan bersama Ibu lagi mala mi

    Last Updated : 2023-06-02
  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 15: Drama dibalas Drama

    ***Mas Rafa mengalihkan perhatiannya pada lauk milik Andin. Sesekali ia melirikku. Semakin khawatir aku dibuatnya.“Mas!” desak Andin.Mas Rafa mengembuskan napas dengan berat. Hanya beberapa detik lagi jarinya menjangkau masakan spesial untuk maduku itu. Jantungku berdetak kencang akibat tak tahu harus melakukan apa.“Ibu, Naura sudah selesai!”Tiba-tiba suara Naura mengintrupsi kami semua. Hal itu membuat tangan Mas Rafa juga berhenti bergerak, menggantung tepat di atas ayam goreng milik Andin tersebut.Aku menganga sesaat, lalu dengan cepat menarik lauk spesial sambal cabe setan milik maduku.“Nau kalau sudah minum kamu kembali ke kamar ya! Ibu harus membereskan ini dulu,” perintahku pada Naura yang tadi menyelamatkanku dengan suaranya.Naura mengangguk. Ia minum lalu turun dari bangkunya. Melenggang pergi menuju kamar, meninggalkan kami bertiga.Aku mengembuskan napas dengan lega kala pintu kamar tertutup oleh putriku itu.“Mas!” ujar Andin karena tadi mata dan perhatian kami sem

    Last Updated : 2023-06-02
  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 16: Pertengkaran Pertama Mereka

    ***Setelah pintu kamar tertutup, aku membukanya lagi. Hanya sedikit untuk mengintip kejadian selanjutnya di meja makan, di mana Andin dan Mas Rafa masih ada di sana.“Aku heran kenapa Mas nggak percaya pada apa yang aku katakan!” Dapat aku dengar secara samar Andin berujar pada Mas Rafa. Masih tidak terima karena Mas Rafa lebih percaya padaku dari pada dirinya.“Andin tolong jangan membesarkan masalah, sudah untung Zahra mau memasak makan malam untuk kita,” bujuk lelaki itu.Kenapa aku percaya diri sekali Mas Rafa akan membelaku? Itu karena aku cukup mengenalnya. Seharian tidak makan masakan rumahan pasti membuatnya sedikit kesal. Dengan adanya aku yang memasakan makan malam, sudah pasti dia akan memihakku. Dia pasti cukup kesal dengan sikap Andin yang tak memperlakukannya dengan layak sebagai suami seharian ini.“Mas menyalahkan aku? Mas gila? Mbak Zahra yang mencoba menyakiti aku dengan

    Last Updated : 2023-06-03
  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 17: Ada Apa dengan Andin?

    ***Tengah hari Andin belum juga menampakan batang hidungnya di rumah kami. Bukan aku yang menunggu kepulangannya, akan tetapi Mas Rafa. Sejak tadi lelaki itu terlihat uring-uringan karena Andin tak kunjung pulang.“Belum diangkat Andin juga, Mas?” tanyaku saat melihat Mas Rafa kembali mencoba menelpon Andin.Tck!“Belum!” jawabnya setelah mendecakan lidah.“Mungkin dia di rumah temannya,”“Andin tidak punya teman dekat, Zahra.” Mas Rafa membalas.Lalu ke mana Andin sebenarnya? Kenapa tega tak mengangkat telepon Mas Rafa? Sebagai istri tak seharusnya Andin berbuat seperti ini.Tck! Dasar aku! Andin mana peduli sikap santun seorang istri. Dia saja dulu berselingkuh dari Hendri yang sakit-sakitan.“Mau ke mana, Mas?” tanyaku terkejut saat Mas Rafa bersiap mengenakan jaketnya. Kedatanganku mencarinya adalah karena Naura ingin bermain dengan ayahnya. Aku diminta unt

    Last Updated : 2023-06-03
  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 18: Do’a di atas Dosa

    ***“Naura ayo pulang, Nak!” Aku mengajak Naura pulang saat kembali berada di area playground. “Nau masih mau main, Bu,”“Lain kali kita main lagi. Hari ini pulang dulu!”Naura merengek enggan untuk diajak pulang. Namun, aku benar-benar tak bisa berada di tempat ini lagi untuk sekarang. Diriku masih sangat terkejut mendengar suara perempuan yang aku duga adalah milik Andin tadi.Ketika sampai di rumah, aku melihat Andin baru saja keluar dari kamar. “Nau, kamu ke kamar duluan ya, Ibu mau bicara dengan tante Andin,” perintahku.Setelah memastikan Naura masuk ke kamar kami, aku pun menghampiri Andin yang terlihat menatapiku dengan heran.Bagaimana tidak heran bila yang kulakukan sekarang adalah memandangi wanita itu dari atas hingga ke bawah. Pakaiannya memang sudah berubah, tapi aku yakin sekali wanita yang tadi berbicara di toilet adalah Andin.“Kenapa Mbak Zahra me

    Last Updated : 2023-06-04
  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 19: Siapa yang Bersama Andin?

    ***Andin tampak lebih mesra bersama Mas Rafa setelah hari itu hingga membuatku merasa tak yakin dengan apa yang aku duga selama ini terhadap Andin. “Mungkinkah aku salah orang? Apa Andin benar?” tanyaku pada diri sendiri.Sebagai istri pertama yang pernah sangat mencintai Mas Rafa, tentu aku tak ingin lelaki itu dipermainkan oleh perempuan lain. Msekipun dia telah menyakitiku sedalam ini.Sejak seminggu ini aku merasa tak tenang. Entah kenapa pula Andin terlihat menjauhiku. Seolah menjaga jarak untuk menyiapkan sesuatu yang besar yang akan membuatku hancur lagi.“Apa yang kamu pikirkan, Zahra?”“Huhh?” Aku terkejut mendengar pertanyaan tersebut. Mas Rafa ada di belakangku entah sejak kapan.“Mas sudah bangun?”Mas Rafa mengangguk.Adzan subuh memang sudah berkumandang. Hanya saja, sejak menikahi Andin, Mas Rafa jarang terlihat keluar kamar ketika subuh menjelang. Kali ini aku dap

    Last Updated : 2023-06-04
  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 20: Terciduk

    *** Alhamdulillah urusan ruko dan segala sisanya sudah selesai aku urus bersama Mas Arlan Dua minggu yang lalu. Kini aku hanya perlu menunggu Dua minggu lagi untuk pembukaan toko kueku pertama kalinya.Aku bahagia sebab semua berjalan dengan lancar. Hanya saja, beberapa hari ini ada yang mengganggu pikiranku. Ini masih tentang Andin dan teman lelakinya yang lagi-lagi tak sengaja tertangkap oleh penglihatanku.“Kenapa kamu terus melamun, Ra?”Ngomong-ngomong saat ini aku sedang bersama Sabrina. Sahabat karibku itu menemaniku belanja kebutuhan toko setelah Mas Arlan membuatkan list.“Begini Sab, beberapa hari lalu aku nggak sengaja melihat Andin bersama lelaki lain. Aku penasaran siapa dia,” ungkapku pada Sabrina.“Lelaki lain? Siapa itu?”“Aku nggak tahu, tapi dia lelaki yang sama dengan yang aku lihat Dua atau Tiga minggu yang lalu. Hanya saja aku sempat melupakannya karena sibuk dengan

    Last Updated : 2023-06-05
  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 21: Salah Tuduh

    ***Aku bergegas masuk ke rumah bersama Naura begitu turun dari mobil. “Ibu ada apa?” tanya putriku yang terlihat heran menyaksikan emosi tertahan di wajah ibunya.“Tidak apa-apa. Kita tunggu Ayah pulang ya. Ibu akan mengakhiri penderitaan kita hari ini!”Naura tak begitu paham dengan maksudku, akan tetapi ia menganggukan kepalanya juga.Gadis kecilku itu sudah berganti pakaian saat sebuah mobil terdengar memasuki halaman. Aku bergegas ke depan, berharap itu Mas Rafa. Namun, harapanku sirna saat yang aku lihat adalah Andin, si maduku yang durhaka.Dengan senyum remehnya wanita itu masuk ke rumah, menghampiriku yang kini memandang rendah dirinya.“Semangat sekali Mbak Zahra,” kekeh si madu.“Pasti menunggu Mas Rafa,”“Iya! Kenapa kamu sudah pulang kerja jam segini?” tegurku.“Ya iyalah bisa pulang kapan saja, kan selingkuhanku bosku sendiri,” balasnya

    Last Updated : 2023-06-05

Latest chapter

  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 75: Jodoh (END)

    *** Tiga tahun kemudian hidupku cukup memiliki perubahan. Dalam ruang sidang waktu itu sungguh bukan pertemuan terakhirku dengan mas Rafa. Sesuai janji, aku mengizinkannya untuk bertemu Naura sekira dia rindu. Dan, benar saja mas Rafa intens bertemu Naura dalam tahun pertama perpisahan kami. Lalu tahun-tahun berikutnya beberapa kali dia menemui Naura karena dia akhirnya memutuskan untuk bekerja di luar Kota. Sementara kepada Andin, aku benar-benar iba karena wanita itu menjadi gila. Setelah diceraikan oleh mas Rafa, Andin turut kehilangan anaknya. Bayi perempuan itu meninggal dunia karena sakit. Andin kehilangan kewarasannya hingga terpaksa dirujuk ke rumah sakit jiwa. Beberapa kali aku datang ke sana hanya sekadar untuk menjenguknya. Andin selalu meracau, meminta maaf karena gagal menjadi seorang ibu. Sesekali dia juga berkata kasar tentangku, mungkin karena dirinya masih memiliki dendam. Namun, hal itu tak membuatku membencinya. Aku justru merasa sangat iba. Oleh karena itu, setia

  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 74: SAH

    *** “Rafa akhirnya lepasin kamu, Ra?” tanya Sabrina saat pertama kali aku datang ke apartemennya setelah pamit menjemput koper. Aku mengembuskan napas dengan berat. Entah harus mulai dari mana aku bercerita, tetapi aku tahu Sabrina ingin mendengar semuanya. “Sab jangan terkejut,” ucapku sambil menyimpan koper secara sembarangan. Aku mengempaskan diri ke sofa ruang tamu, mengedarkan pandangan mencari keberadaan Naura. “Lagi main di kamarku. Ada apa?” Sabrina seakan paham apa yang sedang aku lakukan. Aku pun mengangguk singkat sambil mengembuskan napas lega. Mataku kini fokus pada Sabrina. “Mas Rafa menjatuhkan talak pada Andin lebih dulu,” terangkan. Pupil mata Sabrina melebar mendengar itu. “Apa?” tanyanya tidak percaya. “Mas Rafa tahu soal perselingkuhan Andin. Ditambah tadi dia bilang Andin tidur dengan banyak pria,” “Huh?” Sabrina belum juga reda dari terkejutnya. “Tapi nggak aneh sih, madumu itu kan memang suka sama banyak lelaki,” kekehnya melanjutkan. Aku hanya mengedikan

  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 73: Selamat Tinggal

    ***Pertengkaran itu terjeda saat Andin datang mendekat dari arah kamarnya. Sejenak aku menoleh dan sadar tujuan Andin jelas ke arahku dan mas Rafa.Kutarik napas dalam-dalam saat dia dengan sengaja berhenti di sisi mas Rafa sambil bersedekap dada. Biar kutebak, Andin senang melihat pertengkaran kami ini. Namun, aku benar-benar tidak peduli. Kembali aku menatap Mas Rafa, tanpa ekspresi, seolah segala rasa sakit tak dapat lagi kugambarkan lewat tatapan. "Tukang selingkuh seperti Mas tidak berhak bertanya seperti itu kepadaku," balasku tegas. Mas Rafa terlihat terkejut. Ia menatapku dengan pupil mata yang melebar, lalu menoleh pada Andin yang tersenyum sinis sembari menundukan pandangannya. "Kamu masih membahas soal itu?" tanyanya seakan perselingkuhannya bukan dalang terbesar hingga membuatku ingin berpisah seperti ini. Kalau saja boleh aku meludah di depannya, maka mungkin sekarang aku akan meludah. Namun, aku masih memiliki etika dan sopan santun. "Tidak usah bertanya seperti itu

  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 72: Maaf Mas, Aku Muak.

    ***Aku tak main-main soal ucapanku yang ingin mengadukan perbuatan mas Rafa. Sehari setelah perdebatan kecil kami, aku tak segan memberinya peringatan sekali lagi. Hanya saja dia tetap tidak peduli. Dirinya masih keras kepala ingin mempertahankanku dan pernikahan kami.Lalu hari ini rencanaku sudah benar-benar bulat ingin pergi.“Bu, kita mau ke mana?” tanya Naura. Iya, kini aku tengah sibuk memasukan semua pakaian ke dalam koper.“Pergi Nak, sudah saatnya kita tinggalkan rumah ini,” jawabku tegas. Naura terdiam. Dia menunduk dalam saat aku menoleh padanya. Mungkinkah hatinya sedih karena pada akhirnya aku dan ayahnya akan berpisah? Mendadak rasa bersalah menyelimuti hati kecilku. Namun, aku tak bisa mengalah kali ini.“Maafkan Ibu ya Nau,” ucapku sembari memeluknya. Naura lagi-lagi diam. Aku menarik napas dalam-dalam. “Ibu antar ke rumah tante Sabrina ya Nau.” Aku raih tangannya sambil tersenyum, berharap senyum ini dapat menenangkan hatinya yang gelisah.Naura akhirnya mengangguk p

  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 71: Tertawa Jahat

    ***“Aku tetap tidak mengizinkan, Zahra!” ujar mas Rafa keras kepala. “Sebaiknya kamu masuk ke kamarmu sekarang.” Dia memalingkan wajahnya setelah mengatakan itu. Aku menggeleng tak percaya, dirinya masih saja tak ingin melepaskanku setelah apa yang dia lakukan. “Mas!” Rasanya aku sudah tak tahan lagi.Namun, terpaksa aku menghentikan perdebatan ini saat Naura terdengar memaksa Rani untuk keluar dari kamar kami. Kutarik napas dalam, lalu aku embuskan secara perlahan. Kubawa langkahku pergi dari ruang tamu, akan tetapi bukan berarti aku setuju untuk tetap mempertahankan rumah tangga kami.“Ibu!” panggil Naura saat aku membuka pintu. Mata gadis kecilku itu terlihat memerah, menahan tangis. Kupeluk dia dengan erat. “Ibu baik-baik saja?” tanyanya. Terpaksa kepala ini mengangguk agar dia tak khawatir.Aku alihkan pandanganku kepada Rani. Kulihat gadis itu menggigit bibirnya. “Aku nggak apa-apa, Ran. Terima kasih ya sudah menjaga Naura untukku,” ucapku tulus. Rani mengangguk singkat.“Sekar

  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 70: Aku Mau Pisah Rumah!

    ***Sesuai yang ibunya mas Rafa katakan, beliau membawaku ke rumah sakit setelah itu. Tak lupa aku menelpon Sabrina agar dia datang menemani. Namun, ternyata dia tak datang sendirian. Ada Arlan dan Ari bersamanya.“Ini udah keterlaluan banget sih, Ra! Beraninya Rafa mukulian kamu sampai berdarah-darah!” ujar Sabrina marah. Dia tampak tak peduli meskipun ibu mertuaku juga ada di ruangan yang sama dengan kami.“Sab,” tegurku merasa tak tega melihat ekspresi bersalah di wajah Ibu. Mungkin dia sekarang sadar anak yang dia bela sanggup memukuli seorang wanita.Sabrina melirik malas ke arah ibu. “Maaf Bu, tapi sebagai satu-satunya sahabat Zahra dan satu-satunya keluarga baginya, aku nggak akan tinggal diam. Aku akan laporin masalah ini ke pihak berwajib!” tegasnya.Aku meringis. “Sudah Sabrina, cukup. Masalah ini kita bicarakan nanti saja,” pintaku memohon pengertiannya.Namun, aku lihat Ibu menggelengkan kepalanya. “Zahra benar kamu mau pisah dari Rafa?” tanyanya dengan mata yang berkaca-k

  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 69: Ketahuan

    ***Bukti perselingkuhan mas Rafa dengan Alin membuat Mbak Diah tersenyum lebar. Pengacaraku itu yakin tak akan ada halangan untukku berpisah dari mas Rafa.“Untung aku ngadu ke Arlan,” kekeh Sabrina membanggakan dirinya.Aku mengangguk singkat. “Terima kasih,” ucapku.“Makasih ke Arlan udah, Ra?” tanya Sabrina.Sekali lagi aku menganggukkan kepala.“Terus sekarang gimana, Mbak?” Aku mengalihkan tatapan pada mbak Diah. Tahu betul Sabrina ingin menggodaku lagi soal mas Arlan, makanya segera kualihkan saja pandangan ini pada mbak Diah.Wanita berkaca mata itu menjelaskan langkah kami selanjutnya. Cukup lama kudengarkan penjabarannya hingga hasil akhirnya adalah aku hanya perlu menunggu beberapa waktu lagi untuk benar-benar berpisah dari mas Rafa.Jujur, kesedihan terasa di hati ini sebab masih tak kusangka rumah tangga yang dulu harmonis kini hancur tak bersisa. Namun, bertahan dengan lelaki itu bukan jalan yang aku mau. Luka yang dia beri terlalu dalam kurasa.“Sekarang kamu hanya haru

  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 68: Fakta Mencengangkan

    Usai menemui Sabrina dan pengacara yang di rekomendasikannya Dua hari yang lalu, aku terus menerus termenung sendirian di teras belakang toko kueku. Dokumen yang diminta oleh pengacaraku cukup rumit. Terlebih bukti perselingkuhan mas Rafa sebelum dia menikahi Andin. Namun, fakta bahwa dia sudah cukup lama tak menafkahiku secara bathin maupun materi membuat pengacaraku berkata kami memiliki jalan untuk mengajukan perceraian ke pengadilan.Akan tetapi, aku tak puas bila masih ada celah untuknya mempertahankan pernikahan ini. Sebab, aku benar-benar ingin kami berpisah. Aku sudah tidak mencintainya lagi. Luka yang pernah dia torehkan dihatikan sudah cukup dalam dan pedih. Tak mampu diriku menyembuhkannya meskipun mas Rafa telah berubah.Makanya kini aku sedang berpikir keras, apa sekiranya yang dapat kujadikan bukti agar tuntutanku di pengadilan semakin sempurna.Aku mendesah berat. Tiba-tiba suara Sinta mengintrupsi diriku.“Ada apa Sin?”“Ada tamu,” jawab Sinta ketika aku bertanya.Dahi

  • Madu Wasiat Adik Iparku   Bab 67: Wanita Licik

    ***“Siapa sebenarnya yang bicara dengan lelaki itu?” bisik Sabrina. Sejak tadi dia terlihat sangat penasaran dan tidak sabaran. Sama halnya denganku sebenarnya, tapi aku berusaha untuk tak terlalu mencolok. Kami bisa saja ketahuan oleh selingkuhan Andin.“Apa mungkin itu madumu, Ra?” Sabrina kembali berbisik. Aku menggeleng, tak ingin menduga-duga.“Rama. Nama lelaki itu Rama, Sab. Dia juga sudah dipecat dari kantorku,” Mas Arlan tiba-tiba menyebutkan nama lelaki itu.Aku dan Sabrina tidak tahu siapa namanya. Bahkan Sabrina yang pernah menguntitnya saja tidak tahu namanya.“Ohh, jadi namanya Rama?” Sabrina membeo. Mas Arlan mengangguk singkat sebagai jawaban.“Jangan-jangan dia sedang bicara dengan Andin? Terus anak yang Andin lahirkan ternyata benar anaknya!”“Tapi Andin bilang itu anak mas Rafa, Sab,” sahutku tak kalah pelan.Sabrina berdecak sebal. “Andin kan tukang bohong, Ra! Bisa saja kan dia bicara seperti itu agar dia merasa benar,” ucapnya.Entahlah, aku tak tahu. Tak pentin

DMCA.com Protection Status