Mobil yang dipakai Andi dan Regina melesat cepat membelah jalan raya jakarta yang cukup santai siang itu.Perasaan Regina yang tak pasti dengan Andi yang juga tampak tegang membuat suasana semakin tak nyaman.Masalah yang di hadapi Regina begitu serius, hingga dia tak tahu harus melakukan apa saat ini.“Aku tak menyangka dia telah tahu sejak awal pernikahan.” Gumam Regina dengan pikiran kalut.“Pantas saja dia tak sudi menyentuhmu, kau juga ternyata pemain handal Regina.” Ucap Andi yang membalas ucapan Regina tersebut.Regina menoleh ke arah Andi, tatapannya penuh dengan kemarahan yang terpendam. "Aku melakukan apa yang harus aku lakukan untuk bertahan hidup. Jika tidak, aku tidak akan bisa bertahan sampai sekarang," ucapnya dengan suara gemetar.Andi mendesah panjang, mencoba meredakan ketegangan yang semakin meningkat di dalam mobil. "Kita harus fokus pada rencana kita selanjutnya, Regina. Kita tidak bisa membiarkan David menang."Regina mengangguk, meskipun pikirannya masih berkeca
“Ibu dipenjara?!” Dimas yang mendengar ucapan ibunya saat menghubunginya melalui telepon kantor polisi merasa sangat shock.“Iya Dimas, tolong ibu. Ibu tidak ingin dipenjara disini.” Ucap Regina tersendu-sendu karena dia harus terjebak disini.“Aku akan ke Jakarta hari ini, tapi bagaimana bisa ibu berada dipenjara. Apa yang ibu lakukan?!”Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab. "David... Dia mengungkap semua rahasiaku, Dimas. Bukti-bukti yang dia kumpulkan cukup untuk menjebloskanku ke penjara. Aku butuh kamu untuk membantu ibu keluar dari sini."Dimas menghela napas panjang, merasa bingung dan marah. "Ibu, aku sudah mencoba berbicara dengan ayah, tapi dia juga tidak mau mendengarkan. Sekarang aku harus berhadapan dengan masalah ini lagi."Regina merasa putus asa mendengar nada suara putranya. "Dimas, tolong. Ibu tidak tahu harus bagaimana lagi. Kamu satu-satunya harapan ibu."Dimas menggenggam telepon dengan erat, memikirkan semua yang terjadi.
Semakin malam, acara malam itu semakin ramai. Tak hanya membahas masalah keberlangsungan usaha dan lingkungan, acara itu juga menghadirkan penari-penari yang membuat mata tertarik untuk melihatnya.Tari Beily Dance tersebut sungguh luar biasa dengan penari wanita yang sangat cantik dan memiliki bentuk tubuh yang molek.Anya memperhatikan penari dengan penuh kekaguman. Gerakan mereka lincah dan penuh dengan keanggunan, membuat semua mata tertuju pada pertunjukan tersebut. Penari belly dance itu memang memukau, dengan kostum yang gemerlap dan gerakan yang begitu sensual dan anggun.David sesekali melirik ke arah Anya, memastikan bahwa dia menikmati acara tersebut. "Kamu suka, Sayang?" tanyanya dengan lembut.Anya tersenyum dan mengangguk. "Iya, mereka sangat berbakat. Tariannya indah sekali," jawabnya dengan mata masih terfokus pada penari.David mengangguk setuju. "Tapi lebih indah bentuk tubuhmu sayang.” Bisik David.“Nanti malam menarilah seperti itu di kamar.” Sambungnya dengan meng
“Mas, aku mohon beri kesempatan aku kali ini saja. Terima aku lagi mas.” Ucap Anggun dengan bersimpuh dihadapan Dimas saat ini.“Aku sudah tidak sudi denganmu lagi, Anggun. Pergilah!” Usir Dimas pada wanita hamil itu.Dia merasa sangat jijik melihat wajah murahan itu di hadapannya.“Mas, aku tidak punya siapa-siapa lagi, aku mohon mas. Aku bisa membantumu, aku akan bekerja untukmu asal kau mau menjadi ayah anak ini. Mas, aku tak siap menerima gunjingan masyarakat disini, Mas.” Ucap Anggun dengan memaksa.Dimas menatap Anggun dengan penuh kebencian dan kekecewaan. "Kamu pikir aku akan memaafkanmu setelah semua kebohonganmu? Setelah kamu menghancurkan hidupku?" katanya dengan suara dingin.Air mata Anggun mengalir deras. "Mas, aku mohon... Aku tidak punya tempat lain untuk pergi. Aku hamil dan aku butuh dukunganmu."Dimas menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. "Anggun, kamu sendiri yang menciptakan situasi ini. Kamu menipuku, mengkhianatiku. Aku tidak akan mengambil tanggung
“Weisttsss… Pagi-pagi udah mandi keramas aja buu.” Ucap Nersa sambil mengejek Anya saat ini yang baru keluar dari kamarnya.Anya menggeleng pelan, “Memang salah keramas di pagi hari?” Tanya Anya sambil tersenyum.“Ya tidak sih, tapi melihat cupang di lehermu aku tahu kalian semalam habis bermain panas dan pasti sangat…”Anya langsung membekap mulut sahabatnya itu karena bisa bahaya jika di dengar oleh pelayan. Dia lupa menutupi bekas kemerahan di lehernya karena buru-buru menemui Nersa karena tiba-tiba datang ke mansion.Nersa tertawa pelan di balik tangan Anya, matanya berbinar-binar dengan rasa jahil. "Oke, oke, aku berhenti," katanya setelah Anya melepaskan tangan dari mulutnya.Anya memeriksa sekitar, memastikan tidak ada pelayan yang mendengar percakapan mereka. "Kamu benar-benar tidak tahu malu, Nersa," bisik Anya dengan nada bercanda namun tetap waspada."Aku hanya ingin memastikan kamu bahagia, sayang," jawab Nersa dengan mata yang penuh kepolosan. "Tapi, serius, aku punya kaba
“Itu sedikit sulit.” Gumam Nersa pada Anya.“Bisnisku di bandung, tapi jika David hanya mengijinkan kerja di Jakarta aku akan mengatur semuanya.” Ucap Nersa.Anya merasa tidak enak hanya “Atau kamu pakai Mila saja, bukankah dia baru kembali dan sudah sembuh dari oplas-nya?” Tanya Anya.Nersa menggeleng dengan kuat, “Aku harus memakaimu, karena karisma mu cocok dengan skincare ku.”Anya mengangguk setuju dengan hal itu, “Baiklah jika begitu, tapi aku hanya takut menyusahkanmu.”“Tentu saja tidak, jika begitu tanda tangan kontrak ini. Aku juga memasukkan pendapatanmu saat kamu bergabung denganku.” Ucap Nersa memberikan kontrak kerja sama dengan Anya.Anya tersenyum, “Aku setuju tapi aku tak menerima bayaran dari mu.”Nersa terkejut, “Bagaimana bisa begitu, ini bisnis Anya.”“Dan David ingin aku memberikan kontribusiku tanpa bayaran, David mendukung penuh usahamu begitu juga aku. Aku akan membantumu dengan senang hati.” Ucap Anya sambil tersenyum tulus.Nersa memandang Anya dengan mata b
“Selamat datang tuan, saya akan membawa tas anda.” Ucap salah seorang pelayan yang menyambut David di mansionnya.David yang melihat pelayan yang menyambutnya merasa bingung, “Dimana istriku?” Tanya David dengan datar.“Nyonya masih keluar dengan nona Nersa tuan, dan belum kembali.” Ucap pelayan itu pada David dengan sopan sambil menundukkan kepalanya.“Jika begitu buatkan aku kopi, antar ke ruang kerjaku.” Ucap David yang kemudian berjaan ke ruang kerja pribadinya disana.Disana dia langsung menghubungi istrinya, dua kali panggilan dia tak mengangkatnya hingga David meletakkan ponselnya.Hingga lima menit kemudian panggilan masuk dari Anya dan David langsung mengangkatnya.“Kamu dimana, sayang?” Tanya David langsung tanpa basa-basi saat panggilan terhubung.“Mas, aku sedang berbelanja saat ini. Aku akan pulang sebelum makan malam. Oh iya coba kamu liat pesan di chat, aku mengirimimu beberapa gambar. Pilih yang kamu suka, selagi aku memilih baju yang lain.” Ucap Anya.David yang mende
Anggun dan Dimas baru saja menginjakkan kakinya di Jakarta, wanita yang tengah hamil besar itu tampak bersemangat karena akan tinggal di ibukota kota negara Indonesia itu.“Akhirnya kita jauh dari mulut tetangga, Mas. Kita akan kemana?” Tanya Anggun karena mengira mereka akan membuka lembaran baru.“Penjara.” Ucap Dimas dengan dingin.“P-penjara? Kenapa kita ke sana Mas?” Tanya Anggun dengan wajah terkejutnya.Dimas menatap Anggun dengan pandangan yang sulit ditebak. "Ibu ditahan di sini, Anggun. Aku harus menemuinya," jawabnya dengan nada datar.Anggun tampak terkejut dan kebingungan. "Ibu? Maksudmu ibu Regina? Kenapa dia dipenjara, Mas?" tanyanya dengan suara gemetar.Dimas menghela napas, mencoba menahan emosi yang berkecamuk di dalam dirinya. "Masalahnya rumit, Anggun. Aku akan menjelaskan semuanya nanti. Sekarang kita harus ke penjara dulu."Mereka berdua kemudian naik taksi menuju penjara tempat Regina ditahan. Sepanjang perjalanan, pikiran Dimas berkecamuk. Dia harus menemukan
Aditya menunggu dengan tidak sabar pemeriksaan Agnia yang masih berada di dalam bersama dokter.“Sayang, duduklah dengan tenang aku yakin Agnia baik-baik saja.” Ucap Rima pada putranya tersebut.Kevin juga mengangguk menenangkan putranya, “Benar kata ibumu.”Aditya menghela napas dalam, berusaha mengendalikan kegelisahannya. Meski ia tahu orang tuanya berusaha menenangkan, perasaan cemas tetap menguasai dirinya. “Aku tahu, tapi tetap saja… ini sangat tiba-tiba,” jawabnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Tak lama kemudian, pintu ruang pemeriksaan terbuka, dan dokter keluar dengan raut wajah yang tenang. Aditya langsung berdiri dan menghampiri, "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"Dokter tersenyum kecil, “Tenang, Pak Aditya. Istri Anda hanya kelelahan dan mengalami gejala yang cukup umum di trimester awal kehamilan. Selamat, Pak, Ibu Agnia sedang mengandung.” Aditya terdiam, antara terkejut dan bahagia, sebelum senyum lebar terpancar di wajahnya. Rima dan Kevin yang men
Hari-hari berlalu, hingga pernikahan Agnia dan Aditya datang di pagi yang cerah ini.“Kau sangat tampan sayang.” Ucap Rima pada putranya yang tengah bersiap untuk prosesi pernikahannya.Aditya tersenyum pada ibunya, Rima, yang tampak berkaca-kaca melihat putranya dalam balutan pakaian pengantin. "Terima kasih, Ibu. Tanpa Ibu, aku mungkin tak akan sampai di hari ini," ucapnya sambil merapikan setelan jasnya.Rima mengangguk, menyentuh pipinya dengan lembut. "Ibu bangga padamu, Aditya. Kau telah memilih pasangan yang baik dan penuh kasih. Semoga kalian berdua selalu berbahagia."Aditya mengangguk penuh keyakinan. "Aku tahu, Bu. Agnia adalah seseorang yang benar-benar bisa kuandalkan, dan aku siap menjalani hidup bersamanya."Sementara itu, di ruangan lain, Agnia juga tengah bersiap dengan gaun pengantinnya yang anggun. Anya, Angel, dan Mila, membantu memastikan segalanya sempurna. Anya merapikan sedikit veil Agnia dan berkata dengan senyum hangat, "Kau benar-benar cantik, Agnia. Aditya
“Kita akan main banana boat!!” Ucap Rose dengan semangat saat mereka bermain di tepi pantai dan akan menaiki permainan itu.Rose, Misella, dan Alex tampak sangat bersemangat saat mengenakan jaket pelampung mereka. Suasana pantai yang cerah dan angin laut yang segar semakin menambah antusiasme mereka. "Ini pasti seru banget!" seru Misella dengan tawa yang lepas, tak sabar untuk segera bermain.Banana boat yang berwarna cerah itu berayun di atas air laut yang jernih, siap membawa mereka meluncur cepat di atas ombak. Alex, yang awalnya terlihat sedikit canggung, akhirnya tersenyum kecil karena semangat yang menular dari kedua temannya.Ketika banana boat mulai bergerak, Rose berteriak penuh kegembiraan, diikuti oleh Misella yang tak henti tertawa. Ombak mengayunkan mereka dengan cukup kencang, membuat perasaan adrenalin dan kegembiraan memenuhi suasana. Alex, yang awalnya tampak tenang, akhirnya ikut berteriak seru, menikmati momen tersebut bersama mereka."Pegangan yang kuat!" seru Mise
Johanna, istri Henry yang sedang bersantai di mansionnya tampak melihat sosial medianya. Sebagai nyonya Anderson, dia sama sekali tak melakukan apapun selain menikmati hidup dan uang suaminya.Hingga tak sengaja dia melihat akun Anya, istri dan nyonya dari keluarga Baskara tersebut. Rasa penasarannya mulai timbul terlebih melihat pengikut wanita itu mencapai jutaan followers.“Dia seorang artis?” Gumam Johanna dengan penasaran namun tatapannya merendahkan, karena menurutnya pekerjaan seperti itu tak menunjukkan martabat keluarga terpandang karena terlalu mengekspose kegiatan privasinya.Dengan tenang dia mulai melihat story Anya yang begitu banyak, mulai dari pemandangan di bali hingga perayaan ulang tahunnya disana.“Apa bagusnya merayakan di Bali?” Gumam Johanna dengan sinis, hingga dia melihat video Anya yang diperlakukan suaminya bak ratu, terlebih melihat pandangan David yang begitu terlihat mencintai istrinya bahkan menciumnya setelah mengucapkan selamat ulang tahun.Johanna men
“Happy birthday to you!!” Semua orang gembira merayakan ulang tahun Anya.Anya tertawa bahagia di tengah-tengah mereka, “Happy birthday, honey.” Ucap David sambil mengecup bibir Anya sekilas.Anya memeluk suaminya dengan lembut, “Terima kasih sayang.” Ucapnya dengan penuh cinta.Suasana pesta ulang tahun Anya di Bali terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Semua orang bersorak-sorai, dan tawa Anya memenuhi ruangan. Dia memeluk David dengan erat, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada di sisinya."Ini ulang tahun terbaik," ucap Anya dengan mata berbinar, masih memeluk David. "Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."David tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini, sayang."Sahabat-sahabat Anya, seperti Angel, Mila, dan Nersa, ikut memberikan ucapan selamat sambil memberikan hadiah-hadiah kecil yang dipilih dengan penuh perhatian.“Apakah kami telat?” Tiba-tiba suara Aditya datang membuat mereka semua menoleh.“Kalian sudah datan
“Diana sudah kau siapkan barang endors-nya? Kita akan terbang pukul sepuluh pagi nanti.” Ucap Anya saat mereka akan berangkat ke Bali.Diana mengangguk, “Sudah, ini semua aman. Huft padahal kita suda menaikkan rate card-nya tapi masih banyak yang mengendors, membuatku harus mengedit lebih banyak saja.” Gumam Diana dengan mengeluh.Anya yang mendengarnya tertawa, “Bukankan gajimu sudah dua digit, setidaknya sebanding bukan?” Ucap Anya dengan kekeha ringan.Memang selama lima tahun ini karir Anya sebagai influencer sangat stabil bahkan cenderung semakin naik, meskipun Anya sekarang sudah membatasi endorsan yang masuk, namun tetap saja Diana sebagai editor dan juga manajernya cukup kalang kabut.“Tentu saja, setiap gajian aku bisa membeli satu motor baru. Tapi tetap saja lelah.” Ucap Diana dengan santai.Anya tersenyum, “Ya sudah, masukkan itu dalam mobil dan minta supir untuk mengambil sisanya. Kita berangkat sekarang, aku akan memanggil anak-anak dan juga suamiku.” Ucap Anya dengan lem
“Mama, apa aku boleh ajak Rose dan Alex ke bali nanti?” Tanya Misella saat mereka sedang makan malam.Anya yang mendengar nama Alex disebut juga langsung terkejut, “Alex?”Misella mengangguk, “Tadi dia bergabung denganku dan Rose, dia sudah cukup baik dari sebelumnya. Dan sepertinya teman-temannya dulu ikut menjauhinya dan sekarang dia jadi temanku. Saat aku cerita akan ke Bali dia terlihat murung, sepertinya dia tak pernah liburan bersama keluarga.” Ucap Misella.Anya dan David saling bertukar pandang, memikirkan permintaan putri mereka. Anya merasakan keraguan, terutama karena pengalaman sebelumnya dengan Alex, namun dia juga tak bisa mengabaikan sifat baik hati Misella.“Kamu sudah yakin dengan perubahan Alex, Misella? Aku tahu dia telah meminta maaf, tapi mengajaknya liburan bersama keluarga kita adalah hal yang besar,” kata Anya pelan, mencoba memahami situasinya.Misella mengangguk mantap. “Iya, Ma. Dia memang terlihat menyesal. Teman-teman lamanya juga menjauhinya, dan aku tak
“Aihh… Calon mantuku datang. Bagaimana persiapannya? Apakah sudah memilih gaun?” Tanya Rima dengan lembut saat Agnia datang berkunjung ke mansion.Agnia tersenyum lalu menaruh kue yang dia bawa di meja.“Kau bawa apa, Agnia? Kue buatanmu lagi ya? Wahh, ayah Aditya sangat senang kemarin dan hari ini kau bawakan lagi, pasti dia sangat bahagia.” Ucap Rima dengan semangat.Agnia tertawa pelan, dia bahagia dia disambut dengan sangat hangat di mansion ini. Seolah mereka tak mempermasalahkan status Agnia bahkan hanya kue sederhana saja mereka sudah sangat bahagia sehingga dia merasa dihargai.“Hanya kue biasa, bu. Kalau ibu ingin kue yang lain nanti Agnia buatkan, kebetulan Agnia sangat suka buat kue.” Ucap Agnia dengan lembut.Rima tersenyum hangat, wajahnya penuh kebahagiaan. "Kau ini memang sangat perhatian. Kami beruntung sekali mendapatkan calon menantu sepertimu, Agnia." Dia mengambil kue dari meja, lalu mencicipinya dengan penuh antusias. "Hmm, enak sekali! Ayah Aditya pasti sangat me
“Bagaimana dengan desain gaun ini, nona? Apakah anda suka?” Tanya desainer gaun pengantin yang ditunjuk oleh Aditya untuk Agnia.Agnia tampak bingung memilih, terlebih keluarga Aditya juga mendesak untuk acara pernikahan mereka digelar satu bulan lagi, tentu persiapan yang cukup singkat apalagi keluarga Baskara ingin acara pernikahan ini mewah.“Saya masih bingung, bisakah saya membawa gambar dari beberapa desain ini? Saya ingin menunjukkan dan meminta saran dari calon ibu mertua saya.” Ucap Agnia dengan lembut.Desainer gaun itu tersenyum sopan dan mengangguk. "Tentu saja, Nona Agnia. Saya akan menyiapkan beberapa gambar desain yang bisa Anda bawa. Kami ingin memastikan Anda merasa nyaman dan puas dengan pilihan Anda, apalagi ini hari yang sangat istimewa."Agnia tersenyum tipis, meskipun perasaan di dalam hatinya masih campur aduk. Proses persiapan yang begitu cepat dan tuntutan dari keluarga Baskara untuk membuat pernikahan mereka mewah cukup membuatnya tertekan. Dia tidak pernah m