Beranda / Romansa / Madu Dari Suamiku / Bab 17 Aku sudah Tau, Mas!

Share

Bab 17 Aku sudah Tau, Mas!

Penulis: Fatmah Ain
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Sekarang teruskan saja aktingmu. Pura-pura aja nggak tau, sambil kumpulin bukti. Seiring kamu cari bukti, buat surat perjanjian. Siapa yang berkhianat maka tak ada harta gono–gini saat bercerai. Semua jatuh ke tangan yang diselingkuhi," ucap Sandra membuka pikiranku. Benar kata sahabatku itu, aku ingin lihat, jika Mas Bagas Miskin Alika masih mau sama dia.

" Tapi, bagaimana caranya, Ra? Mas Bagas pasti nggak mau tanda tangan jika tau isinya. Lah wong dia memang selingkuh."

"Itu urusan gampang! Nanti aku minta tolong Mas Dika supaya bisa dapat tanda tangan Bagas. Sekarang mereka lagi ada proyek barang, Bagas nggak akan curiga."

Seketika mataku berbinar. Senangnya bukan main, semoga saja semuanya berhasil. Tunggulah, Mas. Kau yang membuat aku jadi jahat begini. Setengah mati aku menjaga kesetiaan hanya untukmu, ternyata seenak jidatmu menipuku. Bahkan kau membawa selingkuhanmu ke rumahku, dan sekarang nyawaku hampir saja melayang akibat ulahnya. Akan kubalas setiap luka yang
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Madu Dari Suamiku   Bab 18 Pahlawanku

    "Ke–ke–keracunan ...." jawabnya terpotong-potong. Gugup terlihat jelas di wajah tampannya. Suaranya bergetar, mengulang ucapanku. Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Aku tahu gugupnya hanya ingin menyembunyikan kesalahan, bukan karena rasa khawatir atau kaget. Aku sangat yakin Mas Bagas tau, jika Alikka memang telah meracuniku. "Sudahlah, Mas! Percuma juga ngomong sama kamu! Toh, aku nggak penting juga 'kan," ucapku, lalu memejamkan mata kembali. Rasa benci mendominasi otak, ingin rasanya men–smackdonw pria kadal ini. "Sayang, kamu ngomong apa sih? Tentu saja kamu itu penting buatku," ucap Mas Bagas. Lelaki itu membelai kepalaku yang tetap memejamkan mata. Belaiannya sama sekali tidak membuatku merasa nyaman. Hatiku sudah tawar, sejak tahu ia membagi cintanya dengan Lika. Setiap sentuhannya membuat aku merasa jijik, membayangkan, jika tangan itu juga membelai wanita busuk itu. "Sudahlah, Mas! Baik kamu berangkat kerja aja, aku mau istirahat." Aku menyisihkan ta

  • Madu Dari Suamiku   Bab 19 Mengusir Pelakor

    Jam menunjukkan pukul setengah enam sore, saat mobil Mas Fiqri tiba di depan rumahku. Sengaja Mas Fiqri memarkirkan mobilnya di pinggir jalan karena memang berniat langsung pulang setelah mengantarku. Keadaan rumah terlihat sepi, tapi di teras mobil Mas Bagas sudah terparkir. Menandakan pemiliknya sedang berada dirumah. Lagi-lagi hatiku merasa perih. Aku di rumah sakit sendirian, tidak ada yang menemani. Mas Bagas malah lebih memilih pulang ke rumah menghabiskan waktu bersama madu busuknya, membiarkanku sendirian. Sungguh tega kamu Mas! "Assalamualaikum," salamku, tapi tak mendapat sahutan dari dalam. Saat hendak membuka pintu, ternyata tak dikunci. Aku segera menyerat langkah masuk ke dalam rumah. Seketika terlintas di kepala, ingin memergoki kelakuan Mas Bagas dan Lika saat aku tak ada di rumah. Pasti mereka lagi asyik, hingga tak menyadari kedatanganku. Langkah lebar, segera ku aktifkan ponsel di tangan, ingin merekam semua kejadian nanti. Siapa tau bisa dijadikan buk

  • Madu Dari Suamiku   Bab 20 Pergi Untuk Sementar

    Meski ragu, tapi akhirnya si Bibik melakukan juga apa yang kusuruh. wanita renta itu segera menyeret langkahnya menuju kamar Lika. Lagi-lagi Mas Bagas dan Alika terperangah. Mungkin keduanya bingung, harus berbuat apa, dan bagaimana aku bisa tahu rahasia mereka berdua. Bahagia sekali bisa melihat wajah kaget keduanya. Siapa suruh berani bermain api, 'kan terbakar sendiri akhirnya. "Mas, aku nggak mau keluar dari rumah ini, Mas," Lakukan sesuatu!" ucap Alika pada suami sirinya. Madu busuk itu merengek persis anak kecil minta jajan. Ingin rasanya tertawa jahat melihat ketakutan Lika. Tadi aja sok-sokan, berasa Nyonya. Kamu salah memilih lawan Alika Putri. Aku bukanlah tipe istri yang diam bila ditindas suami. Cinta memang diperlukan dalam sebuah hubungan, tapi cinta bukan jaminan mencapai kebahagian. Meski tanpa Mas Bagas, aku bisa menggapai bahagiaku sendiri. Silahkan kau miliki dia sepenuhnya. Aku lepas tangan. Ku katakan bye bye. "Sa–sayang ... kita bisa bicarakan ini b

  • Madu Dari Suamiku   Bab 21 Nikmati Hari - hari Terakhir Kalian

    "Berhenti, Dewi! Sekali saja kau melangkah keluar maka ..." Mas Bagas tak melanjutkan ucapannya. Kubalikkan badan demi melihat laki-laki yang sebentar lagi akan ku gugat cerai itu. Setelah kejadian ini, hatiku mantap untuk berpisah darinya. Tiada lagi keraguan. "Maka apa, Mas? Ayo lanjutkan ucapanmu. Kenapa berhenti," ucapku menantangnya. Pria itu menelan ludahnya, terlihat dari jakunnya yang naik turun. "Ok. Biar aku yang lanjutkan. Maka kau akan menalakku, itu 'kan lanjutannya, Mas? silahkan saja!" Kuteruskan langkah yang sempat berhenti. Langkah kakiku ini, adalah awal dari kehancuran kalian. Lihat saja! "Dewi, tunggu! Sayang ... Yang jangan pergi. Jangan begini, Yang! Jangan tinggalin Mas." Dasar pecundan*! Dia pikir ancamannya mempan. Tidak lagi sekarang, aku bahkan sudah siap ditalak olehnya. Dengan sedikit berlari Mas Bagas menyeret kaki mendekat. Pria itu melepas pegangannya pada madu busuknya, mencoba mencegahku, tapi aku tak peduli. Tekatku sudah bulat, har

  • Madu Dari Suamiku   Bab 22

    Bab 22"Dewi ...." Mas Bagas memanggil namaku, sebelum benar-benar masuk ke dalam mobil dan menutup pintunya. Kulihat dari balik kaca, laki-laki itu menatap sendu ke arah mobil Mas Fiqri. Selamat tinggal, Mas! Hubungan ini sudah benar-benar berakhir. Kuhela nafas panjang setelah duduk menyandarkan belakang ke sandaran kursi mobil. Hari ini sangat melelahkan, penuh drama dan menguras emosi. Pertengkaran dengan Mas Bagas dan Alika bukan saja membuatku sakit, namun juga lelah jiwa dan raga. Aku tidak menyalahkan takdir atas retaknya pernikahanku. Mungkin Tuhan ingin menaikan levelku dengan adanya ujian ini. Layaknya anak sekolah yang harus menghadapi ujian agar bisa naik kelas. Bukan kecewa karena tersingkirkan, tapi kecewa karena tiada kejujuran dalam pernikahan yang mati-matian kujaga segenap jiwa. Perih yang terlalu dalam kurasakan karena pengkhianatan Mas Bagas. Dua tahun menjalin ikatan, tak ada angin tak ada badai tapi kapal pernikahan yang baru saja berlayar karam di lau

  • Madu Dari Suamiku   Bab 23 Merasa Menang

    PoV Author Sementara di tempat lain, setelah kepergian Dewi, Alika merasa sangat senang dan bahagia. Wanita itu berpikir jika telah berhasil menyingkirkan madunya dan menjadi pemenang. Dengan sombongnya ia memerintah Bibik ini dan itu. Berasa telah menjadi Nyonya sesungguhnya. Dengan angkuh ia berbuat semaunya, tak ada lagi drama orang tua dan anak. "Bik, segera pindahkan semua barang saya ke kamar utama. Mulai sekarang sayalah pemilik kamar itu," ucapnya dengan nada angkuh. Benarlah, harta itu bikin silau. Selain dendam masa lalu, istana mewah Dewi menjadi incaran Alika. Dengan segala upaya ia menjerat Bagas, agar bisa masuk ke dalam pelukannya kembali. Sungguh, perselingkuhan tak akan pernah terjadi tanpa keinginan kedua pihak. Bagas yang kurang iman terjerat pesona Alika, mantan kekasihnya, meskipun, sebenarnya cintanya besar untuk Dewi, istrinya. Perlahan wanita itu berjalan mengekor Bibik yang telah lebih dulu melangkah masuk ke dalam kamar utama. Wanita itu berdecak kagum s

  • Madu Dari Suamiku   Bab 24 Kakak Ipar Bak Bidadari

    [Morning, siputku.] Isi pesan yang pertaman. Spontan aku memonyongkan bibir lima senti, kemudian menariknya menjadi senyuman. Ternyata kakakku masih seperti dahulu, ia masih ingat denganku. Seketika ingatanku tertarik ke masa lalu. Masa-masa remaja, masa yang penuh kebahagian. Meski tak pernah merasakan kasih sayang orang tua, tak lantas menjadikanku anak yang kurang kasih sayang. Kasih sayang dari seorang kakak tetap bisa kurasakan. Meski tanpa ikatan darah namun kasih sayang yang ia berikan sangat berlimpah. [Bersiaplah. Aku akan menjemputmu. Seseorang ingin bertemu denganmu.] Isi pesan yang kedua. Aku mengernyitkan dahi, heran. Siapa kira-kira gerangan yang ingin bertemu denganku. "Ah, Mas Fiqri bikin penasaran aja." Aku membatin [Assalamualaikum, Wi. Nanti jam 10 ketemuan yuk! Masih penasaran nih! Ku jemput di hotel. Semangat!] Isi pesan yang ketiga. Senyum mengembang membaca pesan yang ketiga. Pesan dari Sandra sahabatku. Sandra adalah bukti, darah memang lebih kental da

  • Madu Dari Suamiku   Bab 25 Ini Rumahku

    "Mas, Sandra. Sahabatku," ucapku bingung. Masih dengan ponsel di tangan, kemudian menekan tombol hijau lalu menempelkan di kuping, aku menatap Mas Fiqri. Mas Fiqri menganggukkan kepala, seolah mengerti akan tatapanku. "Suruh ke kafe aja. ketemuan di sana," ucapnya menyebut nama kafe. Kumasukkan kembali ponsel kedalam tas, setelah memberitahu Sandar nama kafe tempat bertemu. Mas Fiqri menjalankan mobilnya perlahan menuju kafe. Sepanjang jalan, tak ada cerita yang tercipta antara kami. Hanya ukiran senyum saat mataku dan mata Mbak Nabila bertemu. Begitupun Mas Fiqri, kakakku itu seolah mengerti. Memberiku ruang untuk menyesuaikan diri. Setelah beberapa menit membelah jalanan, akhirnya sampai juga di kafe. Tak lama kemudian Sandra juga sampai. Setelah memperkenalkan Sandra kepada Mas Fiqri dan Kak Nabila, kami mengisi perut terlebih dulu. Karena pembahasan nanti bakal menguras tenaga dan emosi. Kami butuh asupan bergizi untuk menghadapinya. "Apa rencana mu?" tanya Mas Fiqri setela

Bab terbaru

  • Madu Dari Suamiku   Bab 69 Kehilangan Suami

    "Saat aku dan Mas Diki tau, kalau itu kamu. Kami berencana akan mendekatkan kalian. Kayak Mak comblang gitu," ucap Sandra dengan kekehan diakhir kalimat. Aku menyimak semua kalimat dari Sandra tanpa protes. Aku ingin mendengar kenyataan tentang Pak Rayhan. Entah kenapa, hatiku begitu antusias ingin mengetahui semuanya.Sandra menggerakkan kembali badannya ke posisi awal, sahabatku itu menatap langit-langit sejenak sebelum melanjutkan kata. "Wi ... Pak Rayhan itu sangat mencintai kamu. Dalam banget, aku dan Mas Diki saksinya. Dia mengorbankan semuanya untukmu. Bahkan saat dia tau kalau Bagas itu dalang dari putusnya kamu sama Andi, Pak Rayhan marah banget, tapi saat dia kembali, untuk mengungkap segalanya, kamu sama Bagas sudah menikah dan melihatmu bahagia, lagi-lagi dia mengorbankan perasaannya hanya untuk kamu, Wi. Kasian tau!" Dalam hati bersorak riang. Entah kenapa, ada rasa bahagia yang mengalir ikut serta dalam setiap aliran darah, memompa jantung berdebar kencang. Namun seka

  • Madu Dari Suamiku   Bab 68 Cinta Sejati

    Pak Rayhan mengantarku ke hotel tempat aku dan Sandra menginap. Alunan lagu menunggu kamu yang di bawakan oleh Anji, membuat aku semakin terbawa suasana sepanjang perjalanan. "Lagu ini untukmu." Suara Pak Rayhan memecah keheningan malam. Aku menautkan alis mengingat sesuatu. Ku miringkan badan menghadap Pak Rayhan yang sedang menyetir."Jadi ... lagu ini sengaja Bapak nyanyikan saat di pantai waktu itu?" Laki-laki beralis tebal itu melirik sebentar, dan mengukir senyum lalu melihat lagi lurus ke depan. Pembawaannya yang bersahaja, semakin menambah ketampanannya yang seakan tak hilang meski di telan gelap malam. Membuat hatiku berdecak kagum.Pak Rayhan mengangguk pelan. "Iya," jawabnya singkat, tapi memanah tepat di jantung hatiku. "Lirik lagunya, pas denganku yang sedang berjuang menunggumu, pemegang hati." Sumpah! Kata-katanya membuat aku meleleh. Aku yakin, wanita manapun akan mencair, dengan kata-kata Pak Rayhan barusan. So sweet sekali."Gombal." Astaga! Rasanya ingin ku cabe

  • Madu Dari Suamiku   Bab 67 Menikmati Rasa

    "Maksudnya?" Ku tautkan kedua alis. "Ya ... anda 'kan Pak Rayhan. Pria aneh yang selalu muncul dimana saja. Di pantai! Di rumah makan Padang! Di trotoar depan kantorku! Di bandara! Sudah kayak siluman," ucapku kesal. Sudah di depan mata saja, masih mau main teka-teki. Bertele-tele.Pak Rayhan menatapku dengan tatapan sayu, lalu menarik kedua sudut bibir. Mengukir senyum yang sangat terpaksa. Pria itu merogoh saku celana mengeluarkan remote, lalu balik badan menghadap layar. Ku perhatikan setiap gerakannya dengan melipat dahi. Heran dan penuh tanya.Aku menatap layar yang sudah berganti poto. Di depan sana, terpampang sebuah poto yang di dalamnya tercetak sosok dua pria. "Mas Andi," gumamku. Aku mengenali sosok yang sedang tersenyum menghadap kamera dengan merangkul pundak teman di sebelahnya. Namun tidak dengan pria berkacamata dengan rambut yang sedikit griting. Sekilas, seperti pernah melihatnya, tapi tidak mengenal."Iya ... dia Andi. Dulu kami adalah teman, dan sampai sekarang

  • Madu Dari Suamiku   Bab 66 Rayhan Aditya

    Ting!Lagi-lagi bunyi pesan masuk dari ponsel dalam genggaman. Sangat mengganggu, untuk sesaat aku merasa benci pada benda pipih yang sedanng ku genggam. Dengan ogah-ogahan jari bergerak membuka pesan. Sudah tau siapa pengirimnya, makanya membuka pun dengan setengah hati.[Kenapa belum bersiap, dan turun ke bawah. Katanya ingin tau siapa aku?] Segara kugerakan jempol membalas pesan misterius yang barusan masuk ke HPku.[Mau sholat isya' dulu! Emang kamu nggak sholat?] balasku dengan di iringi emoticon tersenyum miring.[BTW ... kamu cantik di bawah sinar bulan] Spontan kuangkat tangan ke atas hendak melempar ponsel yang ku pegang . Untung saja otakku berfungsi dengan cepat. Ku edarkan pandangan mengelilingi sekitar. Dari atas ke bawah dari samping ke sisi yang lain, tapi tak juga mendapati wujud pria yang menerorku. Balik badan, segera kuseret kaki masuk ke dalam kamar dengan perasaan frustasi. Kepala seraya mau pecah, memikirkan siapa dia. Jiwa penasaran meronta sampai ke ubun-ubu

  • Madu Dari Suamiku   Bab 65 Dewi Diculik

    Ting! HP di tangan bergetar seiring bunyi 'ting' yang melengking. Gagas ku alihkan pandangan pada benda pipih yang sedang menyala di tanganku. Dengan lincah jari-jari menari di atas layar.[Jangan bergidik. Aku bukan hantu, aku manusia.] Spontan leherku kembali bergerak memutar melihat sekitar. Hati mulai kesal, mengikuti teka-teki yang di ciptakan orang misterius yang hanya kukenal nomer telponnya saja. "Kenapa sih?" ucap Sandra penasaran. Wanita berparas ayu menundukkan kepalanya mendekat pada ponselku."Nah, baca sendiri! Kayaknya ada hantu yang mengikutiku," cetusku kesal. Sandra memandangku sesaat penuh tanya, sebelum membaca pesan yang ada di HPku."Penggemar rahasia ternyata," ucapnya tersenyum mengejek. Kucubit lengannya meluapkan rasa kesal. Bisa-bisanya dia masih bercanda sementara hatiku resah gelisah. "Aw ... sakit, Dewi," pekiknya seraya mengelus lengan yang barusan kucubit. Sahabatku itu meringis akibat rasa perih yang di ciptakan oleh cubitanku. "Rasain," dengusku

  • Madu Dari Suamiku   Bab 64 Pesan Misterius

    "Ayo, silahkan dimakan, Wi. Enak lho ini," ucap Rangga. Ku tanggapi dengan anggukan pelan.Rangga menikmati makanannya dengan lahap, namun tidak denganku. Baru dua suapan yang masuk ke dalam mulut, tapi mulutku menolak suapan yang ketiga. Alhasil, aku hanya mengaduk- ngaduk. Entah kenapa, pikiranku tertuju pada sosok Pak Rayhan. Meski sudah berusaha ku cegah, tapi entah kenapa sosok laki-laki aneh itu menerobos masuk ke dalam pikiran tanpa permisi."Kayaknya ... aku harus membenturkan kepalaku, agar kewarasan kembali," rutuk hati kecilku."Kenap nggak di makan? Nggak enak makanannya? Aku tukar ya." "Hah ... e–enak kok." Ku paksakan tersenyum lalu menyuap makanan ke dalam mulut, meski mulut menolak tapi tetap memaksa mengunyah.Rangga menatapku sejenak lalu melanjutkan kembali makannya. Pria bertopi di depanku ini, juga mungkin merasakan hal yang sama denganku, setelah ungkapan cintanya tadi. Sama-sama merasa canggung.Sebenarnya, dari dulu aku ingin sekali bisa dekat dengan Rangga

  • Madu Dari Suamiku   Bab 63 Terjebak

    "Aku akan selalu ada di mana kamu. Aku akan selalu menjagamu." Bukannya menjawab, namun pria ini melantur kemana-mana."Pacarmu tadi mana? Seharusnya, dia tidak membiarkanmu sendirian." Dadaku naik turun mendengar ucapan yang keluar dari bibir laki-laki ini. Benar-benar tidak di saring, seenak jidatnya saja. "Dia bukan pacarku," ucapku ketus seraya membuang pandangan."Oh, kirain pacarmu. Soalnya romantisan di tengah danau." Ku alihkan kembali pandanganku padanya. Mataku semakin tajam menyorot dengan sorotan seakan ingin menelannya hidup-hidup. "Kamu mengikutiku?" tanyaku dengan nada mulai naik satu oktaf."Aku sudah bilang, aku tidak mengikutimu. Aku hanya menjagamu." Ku alihkan kedua netra melihat ke tengah danau. Rasanya, kewarasanku akan segera, habis jika terus bersamanya di sini. "Kemana sih, Sandra ini," rutukku dalam hati. Di saat seperti ini, aku butuh Sandra untuk menyelamatkanku dari laki-laki kurang se-ons ini."Maaf, jika sudah membuatmu tidak nyaman, tapi percayalah,

  • Madu Dari Suamiku   Bab 62 Ungkapan Cinta Rangga

    Aku tersenyum melihatnya. "Jangan di monyong-monyongin itu bibir. Ntar cantiknya hilang lho," ucapku mencandai Sandra."Apaan sih," ucapnya pura-pura merajuk. "Ke kintamani aja yuk!" ajaknya kemudian. Sejenak kupandangi wajah cantik sahabatku itu. "Kenapa ke kintamani? Kenapa nggak ke pantai, Ra." "Ke pantai besok aja. Hari ini aku ingin yang sedikit menantang," ucap Sandra sambil melipat tangannya di atas meja.Sebenarnya, aku lebih suka ke pantai. Entah kenapa berada di tempat itu aku merasa tenang. Meskipun di pantai juga suasananya ramai, apalagi musim liburan seperti ini, tapi berada di pantai ada kepuasan yang kurasakan. "Malah bengong." Sandra menjentikkan jarinya di depan wajahku. "Mikirin apa sih?" tanyanya. Kugelengkan kepala pelan. "Mikirin si pengantar sarapan tadi?" Aku melotot mendengar ucapannya."Sembarangan. Orang aku lagi mikirin pantai," ucapku sewot. Sandra menarik kedua ujung bibirnya seraya mengangkat bahu."Kirain mikirin penggemar rahasia," ucapnya santai.

  • Madu Dari Suamiku   Bab 61 Siapa Yang Membawa Sarapan

    Duduk di bibir ranjang, aku menggapai ponsel di atas meja kecil. Ingin melanjutkan bacaan cerbungku sembari menunggu Sandra. Ponsel di atas meja samping tempat tidur menjerit nyaring. Alarm menandakan sholat subuh sebentar lagi tiba. kuangkat tubuh, duduk di atas kasur dengan mata masih terpejam. Tangan terulur menggapai benda pipih yang masih menjerit, dengan nyawa masih belum genap sempurna.menurunkan kaki dari atas tempat tidur, kuseret langkah menapaki setiap lantai keramik putih menuju kamar mandi. Di bawah shower nyawa yang tadi masih tertinggal di alam tidur kembali genap. Segar! Aku sudah terbiasa mandi sebelum sholat. Selain di sukai Allah, mandi sebelum subuh juga mempunyai banyak manfaat, salah satunya membuat tubuh segar, juga bisa membuat kulit sehat segar, dan lebih cerah."Ra, bangun sudah subuh," ucapku membangunkan Sandra. Sahabatku itu menggeliat seraya mengangkat tubuhnya duduk."Sudah subuh, Wi," tanyanya, dengan mata terbuka separuh.Aku tersenyum kecil. "Sud

DMCA.com Protection Status