Share

Terpesona

Di Ballroom besar sebuah hotel mewah bertempat di Kota Kembang Bandung, semua orang telah menanti.

Grandma Mery dan grandpa Salim telah berada di tengah-tengah keluarganya dengan wajah penuh binar bahagia.

Rendra yakin granpa dan grandmanya langsung terbang dari Inggris ke Indonesia setelah mendengar kabar pernikahannya yang tiba-tiba.

Sedangkan oma Reta yang beberapa hari lalu tampak pucat dan sakit-sakitan kini wajah cantiknya memancarkan begitu banyak kebahagiaan.

Semua tersenyum ke arahnya namun di hari yang seharusnya bahagia ini Rendra begitu sulit melengkungkan sebuah senyum meski samar sekalipun.

Rendra dituntun petugas Wedding Organizer menuju sebuah meja kecil yang terdapat enam kursi memenuhi sisinya.

Om Edward lebih dulu berada di sana, duduk di sebelah lelaki tua yang Rendra yakini sebagai penghulu.

Om Rikcko dan om Kavin juga terlihat hadir di sana duduk di ujung meja, bertindak sebagai saksi pernikahan.

Dan ….

Seorang wanita mengenakan kebaya putih sedang duduk membelakanginya.

Melangkah pelan, akhirnya Rendra sampai pada kursi kosong yang diperuntukan baginya.

Setelah sebelumnya mengambil nafas panjang, akhirnya Rendra bergabung dengan mereka di kursi yang telah disediakan tanpa berminat melirik calon istrinya.

Om Edward mengulurkan tangan atas perintah penghulu diikuti oleh Rendra yang menjabat tangan beliau dan terdengarlah kalimat penyerahan antara seorang ayah yang menyerahkan dunia akhirat putrinya kepada Rendra lalu meski dengan berat hati dijawab dengan lantang oleh Rendra.

Rendra tidak perlu menghapal kalimat tersebut karena sudah ada secarik kertas di meja bertuliskan kalimat ijab kabul bagiannya.

Mereka sampai menyediakan kertas itu mungkin agar Rendra tidak salah menyebutkan nama mempelai pengantin wanita yang tidak dia cintai.

Tepuk tangan menggema disertai gumamam doa untuk kebahagiaan rumah tangga Rendra dengan Aura sementara kilatan lampu flash kamera profesional silih berganti menyambar mereka mengabadikan momen.

Ketika photographer meminta Rendra dan Aura mengangkat buku nikah mereka pun Rendra masih enggan menatap gadis yang kini telah syah menjadi istrinya.

Sampai pada akhirnya dia diminta berdiri dan saling berhadapan dengan Aura untuk mengucapkan janji pernikahan di depan semua yang ada di sana, barulah tanpa sengaja Rendra menatap wajah Aura.

Lelaki dingin itu terperangah, mungkin lebih tepatnya terpesona ketika akhirnya menatap wajah Aura yang begitu cantik dengan polesan make up natural.

Kebaya putih yang membalut tubuh langsingnya begitu pas disetiap lekuk tubuh Aura yang berisi di beberapa bagian.

Berkali-kali benaknya mengatakan bila cantik yang terpancar di wajah Aura hanyalah polesan make up belaka namun dia masih ingat bagaimana wajah asli Aura tanpa makeup sedangkan make up yang di aplikasikan sesungguhnya tidak tebal hanya menegaskan bagaimana cantiknya wajah Aura.

Gadis yang sudah syah menjadi istrinya itu mendongak membuat tatapan mereka bertemu.

Untuk pertama kalinya Aura bisa melihat bola mata kesakitan penuh penolakan dari seorang mempelai pengantin pria dan sialnya itu adalah suaminya.

Aura sadar betul bila lelaki tampan bertubuh atletis nan menjulang di hadapannya ini terpaksa menikahinya.

Dia mencoba memaksakan senyum untuk Rendra sebagai tanda terimakasih karena telah menyelamatkan dirinya dan keluarga dari rasa malu yang diperbuat Sigit.

Aura tidak pernah tau dampak senyuman itu bagi Rendra yang ternyata bisa membuatnya semakin tegang, tiba-tiba otak Rendra tidak bisa berfungsi walau sekedar memerintahkan untuk membalas senyuman Aura.

Hingga beberapa kali penghulu memanggil nama Narendra Alvaro Gunadhya dan barulah Rendra tersadar kemudian mengikuti untaian kalimat yang diucapkan penghulu.

Bagian yang paling sulit adalah ketika Rendra harus mengecup kening Aura.

Rendra sampai harus menarik nafas dan menghembuskannya begitu berat guna memantapkan hatinya agar bisa mendaratkan kecupan di kening Aura sebagai tanda sayang.

Semua telah menanti saat-saat ini dan sebagai pemeran utama, Rendra harus melakukan perannya dengan baik maka dia melangkah mengikis jarak kemudian mengecup kening Aura, dia sempat melihat gadis itu memejamkan mata.

Tepukan kembali terdengar ketika Rendra menjauhkan wajahnya dari Aura, gadis dihadapannya menundukan kepala menyembunyikan rona merah di pipi.

Rendra mendengus pelan. “Puas lo pada?!” setan di dalam hatinya berkata.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status