Aura tidak mengerti kenapa Rendra seakan begitu membenci dirinya.
Padahal lelaki itu bisa menolak bila memang tidak ingin menikah dengannya. Keterdiaman Rendra sungguh membuat Aura jengah, maka ia beranjak dari kursinya di kabin bagian belakang pesawat kemudian berjalan mendekati Rendra dan mendudukan tubuh tepat di depan Rendra yang sedang fokus memindai Macbook ditangan. “Bang...Aura mau bicara,” kata Aura pelan hampir tidak terdengar oleh Rendra. Rendra mendongak dengan ekspresi wajah datar dan tatapan dingin bukan tatapan tajam yang seperti kemarin lelaki itu layangkan namun mampu membuat Aura merinding karenanya. Rendra menghembuskan nafas perlahan kemudian menyimpan MacBook di meja tanda bahwa ia sedang memfokuskan perhatiannya pada Aura. Aura yang sedang di tatap seperti itu jadi terkesiap dan kehilangan kata-kata bahkan sempat lupa apa yang akan dibicarakannya dengan Rendra. Gadis yang masih perawan setelah dua hari menikah itu berdehem untuk menetralkan jantung yang mulai berdetak kencang. “Abang...Aura minta maaf, karena masalah Aura—Abang jadi harus nikahin Aura...,” ungkap gadis itu dengan pandangan tertunduk pada jemarinya yang sedang saling meremat di atas pangkuan. “Aura juga minta maaf, Abang jadi harus berpisah dengan kak Alisha...,” imbuhnya melirih. Rendra menghirup udara dalam kemudian menghembuskannya kasar berusaha menghilangkan sesak di dada ketika nama Alisha disebut. “Kamu enggak apa-apa, pindah kuliah karena harus ikut aku ke London?” Alih-alih mengomentari permintaan maaf Aura, Rendra malah menanyakan sesuatu yang dianggap Aura sebagai bentuk perhatian. Tentu saja perhatian seorang kakak kepada adiknya karena Kenzi sempat bertanya demikian ketika grandpa Salim meminta agar Aura mengikuti Rendra yang berdomisili di London. Diam-diam Aura merasa lega. “Enggak apa-apa, Aura enggak punya temen juga jadi enggak ada yang memberatkan Aura untuk pergi,” jawabnya santai seraya menatap mata Rendra disertai seulas senyum. Kening Rendra mengernyit, biasanya gadis seumur Aura akan merasa berat hati bila harus berjauhan dengan kedua orang tua apalagi sang Oma yang sudah merawatnya selama ini tapi yang disebutkan Aura tadi malah teman-teman. Rendra berpikir kalau Aura mungkin memiliki trauma sendiri dengan keluarganya, pasalnya Kenzi sempat menceritakan bahwa Aura selalu melakukan keinginan kedua orang tua dan sang oma sekalipun bertentangan dengan hatinya. “Aura ....” “Ya?” “Nanti kita akan tinggal terpisah dari grandma Mery dan grandpa Salim agar mereka enggak mencampuri urusan kita...aku akan cari rumah yang dekat dengan kampus kamu.” Aura mengangguk dengan sisa senyum di sudut bibir lalu Rendra membuka suara kembali. “Kita akan tidur di kamar berbeda...kamu fokus aja kuliah enggak perlu melayani aku sebagai seorang istri...Kamu enggak keberatan, kan?” Rendra mengucapkannya lambat-lambat agar apa yang dia maksud bisa tersampaikan dengan baik. Aura tidak langsung mengangguk seperti tadi malah menatap Rendra beberapa saat dengan sorot mata tidak terbaca kemudian mengangguk lemah. Setelah mendapat persetujuan dari Aura, ia mengambil kembali macbook dari atas meja kemudian larut dengan dunianya sendiri. Aura merasa sudah tidak ada yang perlu dibicarakan lagi dengan suaminya kemudian beranjak berdiri untuk kembali ke kursinya semula. Rendra melirik Aura melalui sudut mata, dia bisa melihat wajah sendu gadis itu ketika melewatinya. Katakanlah Rendra jahat, namun dia hanya ingin membuat Aura agar tidak berharap banyak padanya apalagi mencintainya karena Rendra sendiri belum tentu bisa membalas cinta gadis itu, saat ini hatinya masih milik Alisha seorang. ***** Setibanya di London, untuk sementara mereka masih tinggal di rumah grandpa Salim. Aura sudah pernah berkunjung beberapa tahun lalu dan rumah mewah di perumahan elit ini masih belum banyak berubah. Beberapa orang pelayan membantu membawa koper Aura. “Selamat datang di rumah, Nyonya Gunadhya.” Seorang pria paruh baya yang Aura yakini sebagai kepala pelayan, berucap demikian membuat Aura menelan salivanya kelat setelah mendengar nama Gunadhya disematkan pada dirinya. Aura mengangguk disertai senyum kemudian beberapa pelayan yang lain membungkukan sedikit tubuh menyambutnya. Aura berjalan tergesa mengikuti langkah panjang Rendra yang telah sampai di ujung tangga. Lelaki itu berbalik kemudian memerintahkan pelayan untuk membawa masuk koper Aura ke kamar pribadinya. “Bang...Aura—“ Rendra memberi kode dengan menggelengkan kepala membuat kalimat Aura terjeda. “Bang...Aura tidur di kamar tamu saja,”sambung Aura setelah beberapa pelayan yang membawa kopernya keluar dari kamar dengan desain monokrom yang kental bahkan Aura bisa menyium wangi mascullin yang tertinggal di kamar tersebut. “Semua pelayan udah tau kamu istri aku! Jadi enggak mungkin kita tidur terpisah,” tukas Rendra dari di dalam walk in closet dengan posisi membelakangi Aura. Pria itu sedang membuka kancing kemeja, Aura langsung membalikan tubuh ketika Rendra akan menanggalkan kemejanya. “Kamu tidur di kasur, biar aku tidur di sofa...,” imbuhnya kemudian memasuki kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Selang berapa lama Rendra keluar dari kamar mandi bergantian dengan Aura yang masuk mengenakan bathrobe. Keduanya berpapasan namun Rendra tidak menghiraukan Aura. Aura jadi bingung sendiri, katakanlah Rendra tidak pernah menganggapnya tapi ketika di pesawat tadi dia meminta waktu untuk berbicara—Rendra mengalihkan perhatian padanya, bersedia mendengar apa yang akan disampaikannya. Namun setelah itu, ia seperti tidak kasat mata bagi Rendra. Beberapa menit kemudian Aura keluar dari kamar mandi, tatapannya langsung tertuju pada sofa panjang di sudut ruangan dengan Rendra sudah berbaring di atasnya.“Bang ....” “Hem ....” Walau lelaki itu memejamkan mata dengan tangan yang disimpannya di atas kening namun masih mau menjawab panggilan Aura membuatnya merasa bahagia.“Tidur di kasur aja, kasurnya luas kok...kita pake guling sebagai penghalang.”Aura menawarkan solusi tanpa maksud merayu.Rendra membuka mata menatap Aura yang kemudian tersenyum memamerkan deretan gigi putih dan bersihnya.Rendra menggelengkan kepala kemudian memejamkan kembali matanya.“Bang...Aura enggak enak hati kalau Abang tidur di sofa terus,” ungkapnya lalu menjatuhkan tubuh duduk di karpet bulu yang melapisi lantai marmer di kamar Rendra.Punggungnya bersandar di kaki sofa kemudian menengadahkan kepala sampai mengenai betis Rendra membuat lelaki itu terhenyak dan refleks mengangkat kakinya.“Baaaang....Tidur di kasur, yoooo …,” rengek Aura seperti sedang merengek kepada Kenzi sementara Rendra merasa sedang menghadapi Zeline.Rendra berdecak pelan namun tak ayal, menurunkan kakinya kemudian beranjak
Obat penahan rasa sakit yang diresepkan dokter ternyata membuat Aura mengantuk setelah makan malam tadi.Jam menunjukan pukul sebelas malam ketika Aura terbangun karena merasakan tenggorokannya kering.Dia hendak menurunkan kakinya namun suara bas seorang pria mendadak menghentikan niat tersebut.“Mau apa?” “Haus...” jawab Aura setelah menoleh pada asal suara yang ternyata sosok suaminya yang sedang duduk di sofa.Lelaki itu sedang menonton film Hollywood di saluran televisi berbayar.Rendra beranjak dari sofa melangkah keluar dan tidak perlu dijelaskan lagi kalau lelaki irit bicara itu tidak mengatakan sepatah kata pun walau hanya sekedar meminta Aura menunggu karena saat ini Rendra sedang menuju dapur mengambil air mineral untuk Aura.Rumah Granpa Salim yang begitu besar membutuhkan waktu bagi Rendra menjangkau dapur, beruntung sebelum sampai di dapur lelaki itu berpapasan dengan seorang pelayan dan meminta untuk membawa air mineral ke kamar.Setelah mendapat anggukan dari
Beberapa saat kemudian Rendra kembali dengan salep memar di tangan lalu duduk di sisi ranjang di mana Aura telah dalam posisi duduk.Rendra membuka tutup salep lantas mengoleskan salep seujung jari di kening Aura perlahan, sesekali Aura meringis.Setiap ringisan yang terdengar, Rendra meniup luka tersebut membuat harum mint dari nafas Rendra menerpa wajah Aura.Ya ampun, jantung Aura jadi berdebar-debar karenanya.Aura sendiri tidak mengerti kenapa, wajahnya pun merona sehingga dia harus secara perlahan menundukan kepala untuk menyembunyikannya. Tapi Aura terlambat, Rendra telah melihat rona merah itu dan begitu tampak menggemaskan di matanya.“Kamu ceroboh,” tegur Rendra dingin berusaha menetralkan perasaan aneh yang mulai menelusup ke dalam hatinya.Lelaki itu beranjak berdiri untuk menyimpan kembali salep ke tempatnya.Aura tidak perlu mengomentari karena seketus apapun Rendra padanya, dia tau kalau lelaki itu menyayanginya Hari ini berkali-kali Rendra menunjukan perhati
“Bang....” “Hem ....” Rendra bergumam sebagai respon dengan mata terpejam setelah keduanya berbaring sejajar dengan posisi terlentang di atas tempat tidur.Setelah makan malam tadi mereka sempat menonton film bersama di ruang televisi dengan Aura yang duduk manis di sampingnya tanpa suara bahkan sesaat Rendra tidak sadar ada makhluk manis yang sedari tadi menemani.Dan ketika keduanya memutuskan untuk tidur, Rendra sempat menggendong Aura yang kesulitan menaiki tangga.Lagi-lagi Rendra bisa melihat wajah Aura merona, gadis itu melingkarkan kedua tangan di leher Rendra dengan wajah menengok ke belakang membuat hembusan nafasnya mengenai leher Rendra membuat gelenyar aneh terasa di dari dalam tubuh pria itu.Beberapa hari hidup bersama Aura memang tidak begitu merepotkan karena gadis itu juga tidak banyak permintaan, lebih sering diam dan menuruti semua perkataannya.Tubuh Aura juga ringan jadi ketika Rendra harus menggendong Aura dari lantai bawah ke kamarnya yang berada di la
Rendra yang baru saja turun dari mobil disambut kepala pelayan langsung menanyakan bagaimana keadaan Aura.“Bebatnya sudah bisa dilepas dan dokter menganjurkan nyonya Aura untuk belajar berjalan,Tuan …,” jawab Agusta memberitahu.“Di mana dia sekarang?” Rendra kembali bertanya seraya melonggarkan ikatan dasi di leher.“Di taman belakang, Tuan … sedang belajar berjalan.”Setelah mendengar jawaban Agusta, Rendra menaiki anak tangga menuju kamar untuk membersihkan diri.Perhatian Rendra yang sedang membuka pakaiannya di walk in closet teralihkan ketika mendengar suara tawa Aura.Dia melangkah mendekati jendela besar yang mengarah pada halaman belakang.Aura sedang berlajar berjalan dibantu Jerry, sesekali Aura tertawa kemudian memukul pelan pundak Jerry.Seingat Rendra, Aura tidak pernah tertawa serenyah itu ketika sedang bersamanya.Kening Rendra terlipat dalam dengan sorot mata tajam menatap sang istri yang kini berada dalam dekapan Jerry yang berhasil menangkap Aura ketika g
“Abang....” Rendra menoleh ketika suara lembut memanggilnya.Dia bisa melihat bola mata jernih istrinya menunggu jawaban, sudah tentu jawaban mengenai alasan kenapa dia bersikap dingin kemarin malam.Rendra menghembuskan nafas kasar dan suara pintu diketuk menyelamatkannya.Detik berikutnya grandpa Salim dan grandma Merry masuk ke dalam kamar.Mereka berempat kini duduk di sofa set yang berada di sudut kamar Rendra.“Grandpa dan grandma sudah memikirkan keinginan kalian yang ingin tinggal terpisah.…” Grandpa menjeda kalimatnya.Kata ‘kalian' yang terlontar dari mulut grandpa membuat Aura meringis di dalam hati karena dirinya sungguh tidak menginginkan tinggal terpisah.Kehadiran tante Mery justru bisa membuatnya lepas dari rasa sepi.Ketika makan malam tadi Rendra mengungkapkan keinginannya untuk tinggal terpisah, grandma Mery sempat menolak begitu pula grandpa Salim namun Rendra adalah Rendra yang keras kepala seperti sang papa.Rendra mendesak agar grandpa Salim memikirka
Setelah mengganti pakaiannya, Rendra kembali ke ruang televisi di mana Aura sudah ada di sana memakai gaun tidur dengan warna senada.Gaun tidur berbahan satin yang seolah menempel membentuk lekukan tubuh Aura walau sudah dilapisi nightrobe.Aura nampak lebih dewasa dari umurnya dan mampu membuat Rendra...terpesona.Rendra berdeham kemudian mengalihkan pandangannya ke segala arah sedang merutuki matanya yang lancang menikmati keindahan tubuh sang istri.“Bang...Sini kita foto dulu, siapa tau kita dapet hadiah! Di sini ada petunjuknya, jadi baju tidur ini memang gift untuk pasangan pengantin baru dan pengantin baru yang mendapat hadiah ini boleh mengirimkan foto selfie, nanti dipilih foto yang paling bagus akan mendapatkan voucher belanja! Ayo Bang kita selfie!” seru Aura penuh semangat“Ogah!” Rendra menjawab disertai kerutan di antara alisnya.Apa-apaan gadis ini, sudah memintanya berganti pakaian kini memintanya foto bersama apalagi foto yang diperuntukan kepada sepasang suami
Malam berlalu di sambut pagi dengan udara dingin yang seolah enggan untuk pergi memaksa Rendra memeluk Aura lebih erat.Sempat pelukan itu terlepas karena sensai kebas dan kram menyerang di lengan yang dijadikan bantal oleh Aura namun saat Aura kembali terbatuk, Rendra menarik Aura kembali dalam dekapannya.Ketika Aura membuka mata, dia telah menyadari bila sang suami memeluknya semalaman.Ingin rasanya setiap malam seperti ini, diperhatikan dan disayangi seorang pria apa lagi kalau pria itu adalah suami sendiri.Tapi Aura pernah dikecewakan dan dia harus menekan harapannya sedalam mungkin agar tidak merasakan sakit yang dulu pernah ditorehkan Sigit terlebih Rendra yang menjadi suaminya saat ini tidak mencintainya.Tapi boleh kah, sebentar saja Aura menikmati hangatnya pelukan pria yang telah syah menjadi suaminya?Dan berpura-pura bila lelaki yang memeluknya ini menyayanginya?Kalau sayang mungkin iya, tapi hanya sayang sebagai seorang kakak kepada adik.Aura mendengus pelan
Dua bulan kemudian.Rendra melirik arloji di pergelangan tangannya.berwajah masam, pria paruh baya itu berdecak kesal.Dua puluh menit berlalu dan sang putri belum juga tiba di restoran yang telah di janjikan.Rendra dan Aura baru saja tiba di Bandara, bergegas menuju restoran bahkan koper mereka masih berada di dalam mobil.Dua bulan lalu si bungsu menghubungi kalau dia sedang dalam keadaan galau karena seorang lelaki.Rendra tidak tau seperti apa laki-laki yang bisa membuat seorang Kejora galau karena bahkan anak presiden di negaranya pernah menyatakan cinta dan gadis itu tolak mentah-mentah.Belum lagi ketika pertukaran pelajar di negara tetangga sewaktu SMA, Kejora pernah dikejar-kejar anak Sultan.Sempat menjalin kasih selama enak bulan sampai akhirnya dengan tegas Kejora menolak lamaran anak Sultan yang terkenal sangat tampan dengan banyak penghargaan dalam bidang pendidikan dan olah raga hanya karena anak Sultan tersebut terlalu posesif menyukainya.Setiap satu jam se
Seorang gadis buru-buru memasukan laptop ke dalam tas, mata kuliahnya sebentar lagi dimulai tapi dirinya masih berada di dalam coffe shop terlalu asyik melakukan panggilan video bersama keluarganya.Dua kakak kembarnya yang telah menjadi pengusaha sesukses seperti sang ayah tinggal di Vietnam untuk menjalankan perusahaannya di sana.Papa Narendra berhasil menguasai pasar Asia Tenggara, melebarkan sayap hingga ke Negara itu.Maka Kama yang mengambil alih di sana bersama kembarannya yang tidak kalah hebat dalam bisnis.Kalila tumbuh menjadi gadis tangguh, diusianya yang masih muda dia pandai menjerat klien untuk melakukan kesepakatan bisnis dengan perusahaannya dan Kama yang bertindak sebagai pengeksekusi.Sementara Kana dan Kai-adiknya membantu memegang salah satu perusahaan sang ayah di Indonesia.Dan Kejora, si anak bungsu sedang melanjutkan kuliahnya di Jerman.Rendra dan Aura benar-benar mewujudkan keinginan mereka yang ingin memiliki lima anak.Kehidupan keduanya selalu di
Lima Tahun berlalu.“Aura hamil lagi, Bang?” tanya Keanu yang baru saja tiba.Lelaki itu selalu datang terlambat di setiap acara keluarga karena kesibukannya sebagai seorang dokter.Semua keluarga telah berkumpul di Villa papa Andra untuk merayakan tahun baru bersama.Rendra tersenyum sambil menaikan kedua alis berkali-kali sebagai jawaban.“Lo kapan?” tanya Rendra ambigu.“Gue enggak bisa hamil Bang, bini gue yang bisa ... tapi jangankan bini, pacar pun aku tak punya.” Keanu menjawab dengan ekspresi wajah penuh keprihatinan mendramatasir.“Om ... gendong,” kata Kalila seraya mengangkat kedua tangannya yang langsung mendapat sambutan Keanu.Keanu memang menjadi om terfavorit karena lelaki dengan gelar dokter spesialis anak itu paling bisa membuat anak kecil nyaman ketika bersamanya.“Om ... Kana demam ini.” adalah Arkana, adik dari Kalila anak ke tiga Rendra dan Aura yang berkata demikian.Anak laki-laki yang lebih muda hanya satu tahun dari kakak kembarnya-Kama dan Kalila i
Melangkah seringan bulu Rendra mengendap-ngendap memasuki kamarnya.Namun tidak dia dapati sang istri di sana, berpikir mungkin Aura ada di kamar anak-anak mereka lantas membuat langkahnya menaiki anak tangga setelah sebelumnya membersihkan tubuh lalu berganti pakaian.Tangan kekar itu mendorong pintu bercat putih dengan gantungan boneka dari bahan flanel bertuliskan Kama dan Kalila.Sang istri yang sedang menyusui Kama-terlihat dari pakaian berwarna biru yang dikenakan bayi mungil itu, memenuhi pandangan Rendra.“Hai,” sapa Rendra membuat Aura mendongak.“Hai,” balas Aura disertai senyum.Gaun tidur yang dikenakan Aura berbahan satin meski panjang sampai pertengahan betis tapi memiliki belahan hingga paha membuat sang istri terlihat seksi dengan satu kaki menyilang di atas paha satunya.Aura harus menurunkan tali spaghety dari gaun tidur yang dikenakannya karena menyusui, menghasilkan pemandangan indah pundak terbukanya walaupun wanita yang sangat cantik bagi Rendra itu mengena
Semua pamit meninggalkan Rendra dan Aura yang sedang merasakan kebahagiaan kelahiran putra dan putri mereka sekaligus.Rendra tersenyum sambil berjalan ke arah Aura setelah mengantar seluruh anggota keluarganya sampai di pintu.Lelaki itu duduk di sisi ranjang menghadap Aura yang tengah menyandar di bagian kepala ranjang hidrolik yang dibuat tegak.Menatap wajah lelah sang istri yang selalu cantik meski tanpa make up.Rendra meraih kedua tangan Aura kemudian mengecupi sepuluh buku jarinya membuat Aura tertawa pelan.Bola mata bening itu juga menatap Rendra dengan sorot mata hangat penuh sayang.“Makasih,” kata Rendra setelah melepas satu genggaman tangannya kemudian beralih mengelus pipi Aura.“Makasih juga,” balas Aura yang langsung mendapatkan ekspresi wajah penuh tanya dari suaminya.“Karena telah mau jadi suami Aura, menjadi suami yang baik, setia dan sabar ketika Aura khilaf,” sambung Aura menjawab pertanyaan yang ada di benak suaminya.Bagi Aura, suaminya telah banyak berubah da
Satu bayi telah berhasil diangkat dengan penuh kehati-hatian lalu diberikan kepada perawat lain untuk dibersihkan kemudian mendapat pemeriksaan dari dokter anak.Dalam sekejap suara tangis yang begitu kencang membahana di ruang operasi hingga memekakan telinga orang-orang yang berada di dalam ruang tersebut.Mata Rendra menatap makhluk mungil yang sedang mendapat prosedur medis dengan sorot mata haru berlumur kebahagiaan.Mengawasi tanpa jeda setiap gerak-gerik perawat yang sedang membawa bayi hingga Aura harus mengguncang tangan Rendra untuk menanyakan bagaimana kondisi anak mereka.Pandangan Aura yang terhalang kain tentu saja merasa penasaran setelah mendengar tangis bayi yang pecah, bahkan ia merasa khawatir karena bayinya tidak berhenti menangis.“A ... apa dia baik-baik aja?” tanya Aura akhirnya setelah Rendra memusatkan perhatian kembali kepadanya.“Dia baik-baik aja, Anak kita ganteng, kaya Abang,” ucapnya sambil tersenyum jail.Suara tangis kembali terdengar menandakan bila b
Segala fasilitas kemudahan yang dia miliki begitu disyukuri Rendra karena membuatnya hanya beberapa menit saja bisa tiba di atap gedung rumah sakit di mana Aura sedang bersiap melakukan operasi caesar. Rendra mengecek ponselnya lalu dikejutkan dengan banyak pesan dari mama juga keluarga yang lain tapi tidak ada dari Aura membuat kening Rendra berkerut dalam.Langkahnya tidak saja menderap tapi setengah berlari setelah turun dari hellikopter.Dituntun oleh papi yang menunggunya di rooftop, Rendra merasakan jantungnya berdebar kencang.“Aura tadi mengalami kontraksi hebat, tapi dia masih bisa senyum dan ngelawak ... dia selalu gitu, enggak mau bikin semua orang panik atau bersedih,” kata papi dengan nafas tersengal karena beliau pun setengah berlari menuju lift.Rendra mengerti kenapa tidak ada satu pesan pun dari istrinya, Aura memang berubah beberapa bulan terakhir, kembali menjadi Aura yang penurut seperti dulu juga Aura yang tidak ingin merepotkan apalagi membuat orang lain kh
Elgi mendadak resah ketika mendapatkan telepon yang kalau bila istri dari bos besarnya itu tengah dalam perjalanan ke rumah sakit karena mengalami kontraksi pada perutnya.Padahal satu bulan lagi waktu yang dijadwalkan dokter untuk persalinan Aura dengan cara caesar agar bertepatan dengan tanggal ulang tahun pernikahan mereka yang di awali dengan keterpaksaan.Tanggal tersebut diambil untuk mengganti kisah sedih yang kadung tertulis menjadi kisah bahagia kelahiran anak-anak mereka.Selain itu, bulan tersebut memang bertepatan dengan waktunya Aura melahirkan.Sebetulnya bukan saja masalah kapan Aura akan atau harusnya melahirkan tapi juga karena hari ini bertepatan dengan rapat bersama jajaran Direksi.Rapat penting tahunan yang wajib dihadiri Rendra bersama dengan para petinggi perusahaan yang selalu skeptis terhadap kemampuannya menggantikan sang kakek. Jadi bagaimana Elgi mampu mengabarkan kepada Rendra jika istri dari bos-nya itu sedang dalam perjalanan ke rumah sakit karena
“Baik Pak, sore nanti saya akan menemui klien tersebut ... kirim proposalnya melalui email untuk saya pelajari, sekarang ada sesuatu yang sangat penting yang harus saya lakukan terlebih dahulu, saya permisi!” Setelah berucap demikian, Rendra menderapkan langkah melewati pintu menuju lift.Pak Sandy di dalam sana terbengong-bengong ria setelah ditinggal Rendra begitu saja.Menghembuskan nafas, pria itu menggelengkan kepala mencari Elgi untuk memaparkan kembali apa yang baru saja dia jelaskan kepada Rendra.Sesampainya di pintu lift, Rendra berpapasan dengan Elgi yang baru saja keluar dari box besi tersebut.“Gi, pinjem motor!” todong Rendra dengan tangan menengadah.Elgi mengerjap, kemudian bergegas mencari kunci motornya yang dia simpan di saku celana tanpa menanyakan untuk apa karena Rendra adalah bosnya.“Temui pak Sandy di dalam, saya pulang dulu sebentar ... istri saya ilang lagi,” ujarnya kemudian masuk ke dalam lift dengan terburu-buru.Elgi menghembuskan nafas berat k