Setelah mengganti pakaiannya, Rendra kembali ke ruang televisi di mana Aura sudah ada di sana memakai gaun tidur dengan warna senada.Gaun tidur berbahan satin yang seolah menempel membentuk lekukan tubuh Aura walau sudah dilapisi nightrobe.Aura nampak lebih dewasa dari umurnya dan mampu membuat Rendra...terpesona.Rendra berdeham kemudian mengalihkan pandangannya ke segala arah sedang merutuki matanya yang lancang menikmati keindahan tubuh sang istri.“Bang...Sini kita foto dulu, siapa tau kita dapet hadiah! Di sini ada petunjuknya, jadi baju tidur ini memang gift untuk pasangan pengantin baru dan pengantin baru yang mendapat hadiah ini boleh mengirimkan foto selfie, nanti dipilih foto yang paling bagus akan mendapatkan voucher belanja! Ayo Bang kita selfie!” seru Aura penuh semangat“Ogah!” Rendra menjawab disertai kerutan di antara alisnya.Apa-apaan gadis ini, sudah memintanya berganti pakaian kini memintanya foto bersama apalagi foto yang diperuntukan kepada sepasang suami
Malam berlalu di sambut pagi dengan udara dingin yang seolah enggan untuk pergi memaksa Rendra memeluk Aura lebih erat.Sempat pelukan itu terlepas karena sensai kebas dan kram menyerang di lengan yang dijadikan bantal oleh Aura namun saat Aura kembali terbatuk, Rendra menarik Aura kembali dalam dekapannya.Ketika Aura membuka mata, dia telah menyadari bila sang suami memeluknya semalaman.Ingin rasanya setiap malam seperti ini, diperhatikan dan disayangi seorang pria apa lagi kalau pria itu adalah suami sendiri.Tapi Aura pernah dikecewakan dan dia harus menekan harapannya sedalam mungkin agar tidak merasakan sakit yang dulu pernah ditorehkan Sigit terlebih Rendra yang menjadi suaminya saat ini tidak mencintainya.Tapi boleh kah, sebentar saja Aura menikmati hangatnya pelukan pria yang telah syah menjadi suaminya?Dan berpura-pura bila lelaki yang memeluknya ini menyayanginya?Kalau sayang mungkin iya, tapi hanya sayang sebagai seorang kakak kepada adik.Aura mendengus pelan
“Bagaimana hari ini?” Tumben-tumbenan Rendra bertanya.Walau demikian, mata lelaki itu fokus pada makanan malam di piringnya.Mereka kini sudah berada di rumah sedang menikmati makan malam setelah keduanya kucing-kucingan dengan para karyawan agar bisa pulang bersama.Status pernikahan yang mereka sembunyikan memang membuat keduanya kesulitan ketika akan pergi atau pulang berbarengan sementara mereka bekerja di tempat yang sama.“Baik,” balas Aura singkat sambil menunduk.Tidak perlu diceritakan ketika mr Spike menggodanya karena Rendra sendiri berada di sana,“Kamu suka magang di perusahaan grandpa?” Aura mengangguk sambil tersenyum ketika Rendra menatapnya. “Dari pada di rumah sendirian,” balas Aura penuh syukur.“Ra.…”“Hem.…”“Soal ucapan kamu beberapa hari lalu.…” Rendra ragu melanjutkan kalimatnya.“Ya?” “Kamu bilang, aku bisa kapan saja menceraikan kamu...apa kamu serius?” Rendra bertanya dengan suara pelan, sorot matanya tampak serius membuat Aura susah payah m
“Bukannya kamu memiliki suami?” tanya Deasy seraya melipat tangan di dada. “Kenapa kamu menerima tawaran makan siang mr Spike?” Gantian Lucky yang bertanya.“Sedang bertengkar dengan suamimu?” sambung Deasy penasaranAura yang baru saja tiba di kubikel langsung mendapat serangan pertanyaan seperti itu dan seketika menyandarkan tubuhnya di kursi dengan sorot mata sendu.Tidak perlu menjawab, kedua teman barunya tau akan apa yang sedang dialami Aura.“Aku hanya makan siang saja dengan mr Spike tidak lebih...dia juga bukan tipe ku,” balas Aura dengan wajah muram.“Aku pikir menerima tawarannya akan membuat aku puas, tapi ternyata aku malah merasa bersalah,” imbuh Aura lagi dengan suara bergetar melambangkan kesedihan yang bisa ditangkap baik oleh kedua temannya.Deasy dan Lucky menghembuskan nafas kasar mencoba mengerti dengan apa yang sedang dirasakan Aura.“Menikah muda memang tidak gampang! Kita harus beradaptasi di tengah gejolak emosi jiwa muda dan egoisme yang kita miliki.
“Morning...,” Sapa Aura kepada dua temannya yang sudah datang terlebih dahulu.Deasy dan Lucky sontak menatap aneh Aura, make up dan cara berpakaiannya sudah kembali seperti semula.“Apa orang Indonesia tidak memiliki pendirian?” tanya Lucky dengan lipatan di kening.“Tidak semua, hanya aku saja …,” balas Aura ringan.“Apa kamu tidak salah minum obat?” cecar Deasy masih tidak mengerti dengan Aura yang kembali berpenampilan seperti semula.“Suamiku meminta agar aku kembali seperti dulu,” balas Aura sibuk menyalakan komputernya.“Sebetulnya kamu memiliki masalah apa dengan suamimu? Hingga saat ini kamu tidak pernah mau cerita! Coba mana foto suamimu, aku ingin tahu bagaimana parasnya!” Deasy yang memiliki keingin tahuan tingkat tinggi mulai menggali tentang Aura.“Aku hanya tidak ingin membebani kalian.…” Aura menggantung kalimatnya. “Kalau begitu mana fot—“ Pertanyaan Deasy terjeda ketika miss Adisson menghampiri.“Ke ruangan mr Spike, sekarang juga!” titah wanita berkacamata
“Abang tadi ke ruangan tuan Spike mau ngapain?” tanya Aura sambil memicingkan mata.“Nolongin kamu dari si George,” jawab Narendra datar.“Abang tau dari mana Aura di sana?” Rendra mengendik ke arah kamera cctv yang berada paling dekat dengannya.“Jadi Abang mata-matain Aura?” Bunyi denting diiringi pintu lift terbuka menyelamatkan Narendra, keduanya masuk ke dalam lift yang kosong.Layaknya sepasang kekasih yang sedang bertengkar, Aura mengambil tempat di sisi sebelah kiri sementara Narendra menyandar pada dinding lift sebelah kanan.Aura memang tidak membutuhkan jawaban, dia hanya senang menggoda Narendra.“Pulang bareng ya,” kata Narendra sebelum pintu lift terbuka.“Hem...,” sahut Aura tanpa menoleh.“Ham..hem...ham...hem...jawab yang bener kalau suami nanya itu,” protes Narendra dengan nada menyebalkan ketika melangkah keluar lift.“Iiyaaaa, suamiku sayaaaang!” Aura berseru sebelum lift tertutup membuat Narendra tersenyum tanpa sang istri ketahui.Sementara di dalam
“Kenapa?” Rendra yang sedang membuka kancing kemeja sambil membelakangi Aura, bertanya demikian karena semenjak menuruni pesawat tadi wajah Aura terlihat muram.“Kenapa apanya?” Sifat menyebalkan Rendra yang suka menjawab dengan pertanyaan sudah menular pada Aura.“Bibir kamu sampe maju begitu,” balas Narendra mencibir santai membuat bibir gadis yang sedang merapihkan pakaiannya ke lemari mencebik kesal.Tidak ingin menanggapi, Aura memilih diam.“Ra...,” panggil Rendra sebelum memasuki kamar mandi.“Apa?” jawabnya lemah.“Sekalian baju Abang, rapihin ya!” “Iyaa!” balas Aura menaikan intonasi.Sebetulnya Aura sedang kesal pada suaminya, karena lelaki itu diam saja ketika Patricia menyentuhnya.Kenapa Aura harus kesal? Apa Aura sedang cemburu?Aura mengacak rambutnya kasar mengenyahkan rasa cemburu yang bisa dia pastikan telah menyelimuti hatinya.Selain itu Rendra juga memaksanya tidur satu kamar padahal pria itu sendiri yang meminta untuk menyembunyikan status pernikaha
Pagi ini pertemuan penting di adakan di suatu gedung perkantoran dengan kaca berwarna biru sebagai dindingnya di pusat perkantoran Kota Hamburg, Jerman.Sinar matahari cukup menghangatkan siang hari dengan udara dingin saat itu.Sebagai pekerja magang, Aura selalu bisa mengerjakan tugasnya dengan baik bahkan pekerjaan office girl seperti membuat kopi biasa dia lakukan tanpa mengeluh kepada suaminya.“Foto copy ini sebanyak dua puluh lembar! Waktumu hanya lima belas menit,” titah Patricia ketus.Aura mengangguk kemudian menyaut berkas dari tangan Patricia.Aura tidak malu untuk bertanya di mana letak mesin fotocopy kepada beberapa karyawan di sana.Jadi tidak membutuhkan waktu lama dia sampai di ruangan dengan banyak mesin fotocopy.Aura mulai kewalahan mengerjakan tugasnya karena lembaran yang cukup banyak dan harus dia susun rapih.“Butuh bantuan?” Suara bariton seorang lelaki bertubuh tegap menjulang mengejutkan Aura.“Oh God!” Aura memekik tertahan seraya memegang dadanya