“Abang tadi ke ruangan tuan Spike mau ngapain?” tanya Aura sambil memicingkan mata.“Nolongin kamu dari si George,” jawab Narendra datar.“Abang tau dari mana Aura di sana?” Rendra mengendik ke arah kamera cctv yang berada paling dekat dengannya.“Jadi Abang mata-matain Aura?” Bunyi denting diiringi pintu lift terbuka menyelamatkan Narendra, keduanya masuk ke dalam lift yang kosong.Layaknya sepasang kekasih yang sedang bertengkar, Aura mengambil tempat di sisi sebelah kiri sementara Narendra menyandar pada dinding lift sebelah kanan.Aura memang tidak membutuhkan jawaban, dia hanya senang menggoda Narendra.“Pulang bareng ya,” kata Narendra sebelum pintu lift terbuka.“Hem...,” sahut Aura tanpa menoleh.“Ham..hem...ham...hem...jawab yang bener kalau suami nanya itu,” protes Narendra dengan nada menyebalkan ketika melangkah keluar lift.“Iiyaaaa, suamiku sayaaaang!” Aura berseru sebelum lift tertutup membuat Narendra tersenyum tanpa sang istri ketahui.Sementara di dalam
“Kenapa?” Rendra yang sedang membuka kancing kemeja sambil membelakangi Aura, bertanya demikian karena semenjak menuruni pesawat tadi wajah Aura terlihat muram.“Kenapa apanya?” Sifat menyebalkan Rendra yang suka menjawab dengan pertanyaan sudah menular pada Aura.“Bibir kamu sampe maju begitu,” balas Narendra mencibir santai membuat bibir gadis yang sedang merapihkan pakaiannya ke lemari mencebik kesal.Tidak ingin menanggapi, Aura memilih diam.“Ra...,” panggil Rendra sebelum memasuki kamar mandi.“Apa?” jawabnya lemah.“Sekalian baju Abang, rapihin ya!” “Iyaa!” balas Aura menaikan intonasi.Sebetulnya Aura sedang kesal pada suaminya, karena lelaki itu diam saja ketika Patricia menyentuhnya.Kenapa Aura harus kesal? Apa Aura sedang cemburu?Aura mengacak rambutnya kasar mengenyahkan rasa cemburu yang bisa dia pastikan telah menyelimuti hatinya.Selain itu Rendra juga memaksanya tidur satu kamar padahal pria itu sendiri yang meminta untuk menyembunyikan status pernikaha
Pagi ini pertemuan penting di adakan di suatu gedung perkantoran dengan kaca berwarna biru sebagai dindingnya di pusat perkantoran Kota Hamburg, Jerman.Sinar matahari cukup menghangatkan siang hari dengan udara dingin saat itu.Sebagai pekerja magang, Aura selalu bisa mengerjakan tugasnya dengan baik bahkan pekerjaan office girl seperti membuat kopi biasa dia lakukan tanpa mengeluh kepada suaminya.“Foto copy ini sebanyak dua puluh lembar! Waktumu hanya lima belas menit,” titah Patricia ketus.Aura mengangguk kemudian menyaut berkas dari tangan Patricia.Aura tidak malu untuk bertanya di mana letak mesin fotocopy kepada beberapa karyawan di sana.Jadi tidak membutuhkan waktu lama dia sampai di ruangan dengan banyak mesin fotocopy.Aura mulai kewalahan mengerjakan tugasnya karena lembaran yang cukup banyak dan harus dia susun rapih.“Butuh bantuan?” Suara bariton seorang lelaki bertubuh tegap menjulang mengejutkan Aura.“Oh God!” Aura memekik tertahan seraya memegang dadanya
“Abang kenapa?” Aura mengesah setelah keduanya berada di dalam kamar.Rendra tidak menjawab hanya masuk ke dalam kamar mandi setelah sebelumnya membanting pintu cukup kencang.Ekspresi wajahnya terlihat sangar setelah makan siang tadi.Apa yang selalu ada di pikiran Aura terbukti lagi.Lelaki itu kembali pada sifat dinginnya.Sudah pasti dikarenakan Ben yang tidak sengaja memeluk ketika menolongnya tadi di ruang rapat.Rendra pernah mengatakan agar dia berhenti menggoda George dan sekarang pasti suaminya berpikir kalau dia sedang menggoda Ben.Aura mengacak rambutnya frustasi kemudian mengesah berkali seolah itu bisa membuat kejadian tadi bisa diulang kembali.Aura lelah menghadapi Rendra dan kali ini dia memutuskan untuk lari, menghindar dari sikap dingin Rendra yang selalu saja membuat nyeri hatinya.Menyambar long coat dan tas kemudian memakai bootsnya, Aura keluar dari kamar hotel.Gadis itu melangkahkan kakinya entah ke mana, terus melangkah walau matanya telah basah.
Batuk hebat yang mendera hampir saja membuat Aura kehabisan nafas namun dengan gerakan cepat seseorang menarik kemudian mendekapnya erat.Wangi parfum mascullin yang dia kenal membuat Aura yakin bila yang sedang memeluknya saat ini adalah Rendra.Kedua tangan Aura masuk ke dalam long coat Rendra kemudian merayapkan telapak tangan di punggung tegap suaminya.Keduanya berpelukan saling mendekap erat tanpa jarak hingga batuk Aura benar-benar mereda.“Abang....” Aura melirih di dada Rendra saat perlahan batuk itu telah mereda.Dengan tangan yang masih melingkar di punggung suaminya, Aura mendongak.“Abang udah enggak marah sama Aura?” tanyanya dengan ekspresi wajah polos.“Abang enggak marah...,” balas Rendra lembut disertai tatapan teduh yang Aura dapatkan dari netra pekat sang suami.“Aura tadi pergi karena takut sama Abang, Aura enggak suka liat Abang marah...,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca dan hidung memerah karena menahan tangis.Hati Rendra mencelos, lagi-lagi sikap ego
Desas-desus mengenai Aura sebagai wanita penggoda sudah menyebar di kantor tempatnya magang.Pagi hari sesampainya di kantor tatapan sinis langsung menyambut Aura.Tidak ada bedanya dengan dua teman barunya Deasy dan Lucky.Mereka mengacuhkan Aura saat gadis itu menyapa.Satu chat muncul di layar komputer, miss Addison meminta Aura datang keruangannya.Bergegas Aura melangkah menuju ruangan miss Addison lalu mendorong pintu kaca di sana setelah suara perintah untuk masuk terdengar.“Anda memanggil saya, Miss?” Aura bertanya setelah dirinya sampai di depan meja Miss Addison.“Bisa jelaskan mengenai ini?” Miss Addison bertanya dengan nada ketus seraya melempar macbooknya ke sisi meja yang lebih dekat dengan Aura.Aura terperangah ketika melihat foto-foto dirinya dengan George pada saat makan siang, ada juga foto bersama Rendra ketika pulang dan pergi bersama juga foto ketika di depan danau di mana dia dan Rendra sedang berpelukan dan berciuman. Foto ketika Ben mengecup tangann
Mata semua karyawan di sana membulat sempurna sama seperti mulut mereka yang menganga tidak terkecuali Deasy dan Lucky juga Patricia.Derap langkah sepatu fantovel Rendra terdengar semakin mendekat ke arah Aura yang sejak tadi menundukkan kepala menahan tangis.Rendra mengeluarkan sapu tangan kemudian membersihkan kemeja Aura yang telah berubah warna.Semua seolah tidak percaya, wajah wanita yang baru saja membentak Aura seketika pucat pasi dengan bibir bergetar meminta maaf.“Ma...maaf Tuan, sa...saya tidak tau,ka...kalau—“ Kalimat wanita itu terjeda.“Kalau Aura istriku?” sambar Rendra tidak sabaran.Wanita itu menganggukan kepalanya cepat dengan ekspresi takut.”Hentikan gosip kalian mengenai istriku! Dia hanya makan siang dengan George dan tuan muda dari perusahaan di Jerman hanya menghargai Aura sebagai istri dari klien bisnisnya,” tegas Rendra mengkonfirmasi dengan balutan kebohongan.Karena sampai detik ini Ben belum mengetahui bila Aura adalah istrinya.Tapi untuk mem
Rendra termenung di meja kerjanya, siapa lagi yang dia pikirkan jika bukan Jovanka Aura Lovata, sang istri yang belum genap dinikahinya dua bulan lalu.Belum dua bulan tapi sudah banyak drama yang mereka lalui padahal awalnya Aura adalah anak yang manis dan penurut namun bisa berubah hanya dalam satu malam karena ucapannya yang menginginkan pernikahan ini berlangsung satu tahun saja.Mungkin karena Aura masih terlalu muda, di sini dia merasa jauh dari kedua orang tua dan sang oma yang selalu mengatur hidupnya membuat Aura bebas melakukan apapun.Rendra sebagai suami dan kepala rumah tangga sudah semestinya menjadi pemimpin yang baik dengan mengatur hidup Aura agar tidak bertingkah sesuka hati karena walau bagaimanapun Aura adalah tanggung jawabnya.Mengatur remaja yang menginjak dewasa juga bukan hal yang mudah dengan emosi dan keegoisan jiwa muda, Rendra harus menggunakan cara lembut untuk menjinakan Aura.Dan itu sudah dia buktikan, setiap dirinya bersikap hangat dan lembut mak
Dua bulan kemudian.Rendra melirik arloji di pergelangan tangannya.berwajah masam, pria paruh baya itu berdecak kesal.Dua puluh menit berlalu dan sang putri belum juga tiba di restoran yang telah di janjikan.Rendra dan Aura baru saja tiba di Bandara, bergegas menuju restoran bahkan koper mereka masih berada di dalam mobil.Dua bulan lalu si bungsu menghubungi kalau dia sedang dalam keadaan galau karena seorang lelaki.Rendra tidak tau seperti apa laki-laki yang bisa membuat seorang Kejora galau karena bahkan anak presiden di negaranya pernah menyatakan cinta dan gadis itu tolak mentah-mentah.Belum lagi ketika pertukaran pelajar di negara tetangga sewaktu SMA, Kejora pernah dikejar-kejar anak Sultan.Sempat menjalin kasih selama enak bulan sampai akhirnya dengan tegas Kejora menolak lamaran anak Sultan yang terkenal sangat tampan dengan banyak penghargaan dalam bidang pendidikan dan olah raga hanya karena anak Sultan tersebut terlalu posesif menyukainya.Setiap satu jam se
Seorang gadis buru-buru memasukan laptop ke dalam tas, mata kuliahnya sebentar lagi dimulai tapi dirinya masih berada di dalam coffe shop terlalu asyik melakukan panggilan video bersama keluarganya.Dua kakak kembarnya yang telah menjadi pengusaha sesukses seperti sang ayah tinggal di Vietnam untuk menjalankan perusahaannya di sana.Papa Narendra berhasil menguasai pasar Asia Tenggara, melebarkan sayap hingga ke Negara itu.Maka Kama yang mengambil alih di sana bersama kembarannya yang tidak kalah hebat dalam bisnis.Kalila tumbuh menjadi gadis tangguh, diusianya yang masih muda dia pandai menjerat klien untuk melakukan kesepakatan bisnis dengan perusahaannya dan Kama yang bertindak sebagai pengeksekusi.Sementara Kana dan Kai-adiknya membantu memegang salah satu perusahaan sang ayah di Indonesia.Dan Kejora, si anak bungsu sedang melanjutkan kuliahnya di Jerman.Rendra dan Aura benar-benar mewujudkan keinginan mereka yang ingin memiliki lima anak.Kehidupan keduanya selalu di
Lima Tahun berlalu.“Aura hamil lagi, Bang?” tanya Keanu yang baru saja tiba.Lelaki itu selalu datang terlambat di setiap acara keluarga karena kesibukannya sebagai seorang dokter.Semua keluarga telah berkumpul di Villa papa Andra untuk merayakan tahun baru bersama.Rendra tersenyum sambil menaikan kedua alis berkali-kali sebagai jawaban.“Lo kapan?” tanya Rendra ambigu.“Gue enggak bisa hamil Bang, bini gue yang bisa ... tapi jangankan bini, pacar pun aku tak punya.” Keanu menjawab dengan ekspresi wajah penuh keprihatinan mendramatasir.“Om ... gendong,” kata Kalila seraya mengangkat kedua tangannya yang langsung mendapat sambutan Keanu.Keanu memang menjadi om terfavorit karena lelaki dengan gelar dokter spesialis anak itu paling bisa membuat anak kecil nyaman ketika bersamanya.“Om ... Kana demam ini.” adalah Arkana, adik dari Kalila anak ke tiga Rendra dan Aura yang berkata demikian.Anak laki-laki yang lebih muda hanya satu tahun dari kakak kembarnya-Kama dan Kalila i
Melangkah seringan bulu Rendra mengendap-ngendap memasuki kamarnya.Namun tidak dia dapati sang istri di sana, berpikir mungkin Aura ada di kamar anak-anak mereka lantas membuat langkahnya menaiki anak tangga setelah sebelumnya membersihkan tubuh lalu berganti pakaian.Tangan kekar itu mendorong pintu bercat putih dengan gantungan boneka dari bahan flanel bertuliskan Kama dan Kalila.Sang istri yang sedang menyusui Kama-terlihat dari pakaian berwarna biru yang dikenakan bayi mungil itu, memenuhi pandangan Rendra.“Hai,” sapa Rendra membuat Aura mendongak.“Hai,” balas Aura disertai senyum.Gaun tidur yang dikenakan Aura berbahan satin meski panjang sampai pertengahan betis tapi memiliki belahan hingga paha membuat sang istri terlihat seksi dengan satu kaki menyilang di atas paha satunya.Aura harus menurunkan tali spaghety dari gaun tidur yang dikenakannya karena menyusui, menghasilkan pemandangan indah pundak terbukanya walaupun wanita yang sangat cantik bagi Rendra itu mengena
Semua pamit meninggalkan Rendra dan Aura yang sedang merasakan kebahagiaan kelahiran putra dan putri mereka sekaligus.Rendra tersenyum sambil berjalan ke arah Aura setelah mengantar seluruh anggota keluarganya sampai di pintu.Lelaki itu duduk di sisi ranjang menghadap Aura yang tengah menyandar di bagian kepala ranjang hidrolik yang dibuat tegak.Menatap wajah lelah sang istri yang selalu cantik meski tanpa make up.Rendra meraih kedua tangan Aura kemudian mengecupi sepuluh buku jarinya membuat Aura tertawa pelan.Bola mata bening itu juga menatap Rendra dengan sorot mata hangat penuh sayang.“Makasih,” kata Rendra setelah melepas satu genggaman tangannya kemudian beralih mengelus pipi Aura.“Makasih juga,” balas Aura yang langsung mendapatkan ekspresi wajah penuh tanya dari suaminya.“Karena telah mau jadi suami Aura, menjadi suami yang baik, setia dan sabar ketika Aura khilaf,” sambung Aura menjawab pertanyaan yang ada di benak suaminya.Bagi Aura, suaminya telah banyak berubah da
Satu bayi telah berhasil diangkat dengan penuh kehati-hatian lalu diberikan kepada perawat lain untuk dibersihkan kemudian mendapat pemeriksaan dari dokter anak.Dalam sekejap suara tangis yang begitu kencang membahana di ruang operasi hingga memekakan telinga orang-orang yang berada di dalam ruang tersebut.Mata Rendra menatap makhluk mungil yang sedang mendapat prosedur medis dengan sorot mata haru berlumur kebahagiaan.Mengawasi tanpa jeda setiap gerak-gerik perawat yang sedang membawa bayi hingga Aura harus mengguncang tangan Rendra untuk menanyakan bagaimana kondisi anak mereka.Pandangan Aura yang terhalang kain tentu saja merasa penasaran setelah mendengar tangis bayi yang pecah, bahkan ia merasa khawatir karena bayinya tidak berhenti menangis.“A ... apa dia baik-baik aja?” tanya Aura akhirnya setelah Rendra memusatkan perhatian kembali kepadanya.“Dia baik-baik aja, Anak kita ganteng, kaya Abang,” ucapnya sambil tersenyum jail.Suara tangis kembali terdengar menandakan bila b
Segala fasilitas kemudahan yang dia miliki begitu disyukuri Rendra karena membuatnya hanya beberapa menit saja bisa tiba di atap gedung rumah sakit di mana Aura sedang bersiap melakukan operasi caesar. Rendra mengecek ponselnya lalu dikejutkan dengan banyak pesan dari mama juga keluarga yang lain tapi tidak ada dari Aura membuat kening Rendra berkerut dalam.Langkahnya tidak saja menderap tapi setengah berlari setelah turun dari hellikopter.Dituntun oleh papi yang menunggunya di rooftop, Rendra merasakan jantungnya berdebar kencang.“Aura tadi mengalami kontraksi hebat, tapi dia masih bisa senyum dan ngelawak ... dia selalu gitu, enggak mau bikin semua orang panik atau bersedih,” kata papi dengan nafas tersengal karena beliau pun setengah berlari menuju lift.Rendra mengerti kenapa tidak ada satu pesan pun dari istrinya, Aura memang berubah beberapa bulan terakhir, kembali menjadi Aura yang penurut seperti dulu juga Aura yang tidak ingin merepotkan apalagi membuat orang lain kh
Elgi mendadak resah ketika mendapatkan telepon yang kalau bila istri dari bos besarnya itu tengah dalam perjalanan ke rumah sakit karena mengalami kontraksi pada perutnya.Padahal satu bulan lagi waktu yang dijadwalkan dokter untuk persalinan Aura dengan cara caesar agar bertepatan dengan tanggal ulang tahun pernikahan mereka yang di awali dengan keterpaksaan.Tanggal tersebut diambil untuk mengganti kisah sedih yang kadung tertulis menjadi kisah bahagia kelahiran anak-anak mereka.Selain itu, bulan tersebut memang bertepatan dengan waktunya Aura melahirkan.Sebetulnya bukan saja masalah kapan Aura akan atau harusnya melahirkan tapi juga karena hari ini bertepatan dengan rapat bersama jajaran Direksi.Rapat penting tahunan yang wajib dihadiri Rendra bersama dengan para petinggi perusahaan yang selalu skeptis terhadap kemampuannya menggantikan sang kakek. Jadi bagaimana Elgi mampu mengabarkan kepada Rendra jika istri dari bos-nya itu sedang dalam perjalanan ke rumah sakit karena
“Baik Pak, sore nanti saya akan menemui klien tersebut ... kirim proposalnya melalui email untuk saya pelajari, sekarang ada sesuatu yang sangat penting yang harus saya lakukan terlebih dahulu, saya permisi!” Setelah berucap demikian, Rendra menderapkan langkah melewati pintu menuju lift.Pak Sandy di dalam sana terbengong-bengong ria setelah ditinggal Rendra begitu saja.Menghembuskan nafas, pria itu menggelengkan kepala mencari Elgi untuk memaparkan kembali apa yang baru saja dia jelaskan kepada Rendra.Sesampainya di pintu lift, Rendra berpapasan dengan Elgi yang baru saja keluar dari box besi tersebut.“Gi, pinjem motor!” todong Rendra dengan tangan menengadah.Elgi mengerjap, kemudian bergegas mencari kunci motornya yang dia simpan di saku celana tanpa menanyakan untuk apa karena Rendra adalah bosnya.“Temui pak Sandy di dalam, saya pulang dulu sebentar ... istri saya ilang lagi,” ujarnya kemudian masuk ke dalam lift dengan terburu-buru.Elgi menghembuskan nafas berat k