“Morning...,” Sapa Aura kepada dua temannya yang sudah datang terlebih dahulu.Deasy dan Lucky sontak menatap aneh Aura, make up dan cara berpakaiannya sudah kembali seperti semula.“Apa orang Indonesia tidak memiliki pendirian?” tanya Lucky dengan lipatan di kening.“Tidak semua, hanya aku saja …,” balas Aura ringan.“Apa kamu tidak salah minum obat?” cecar Deasy masih tidak mengerti dengan Aura yang kembali berpenampilan seperti semula.“Suamiku meminta agar aku kembali seperti dulu,” balas Aura sibuk menyalakan komputernya.“Sebetulnya kamu memiliki masalah apa dengan suamimu? Hingga saat ini kamu tidak pernah mau cerita! Coba mana foto suamimu, aku ingin tahu bagaimana parasnya!” Deasy yang memiliki keingin tahuan tingkat tinggi mulai menggali tentang Aura.“Aku hanya tidak ingin membebani kalian.…” Aura menggantung kalimatnya. “Kalau begitu mana fot—“ Pertanyaan Deasy terjeda ketika miss Adisson menghampiri.“Ke ruangan mr Spike, sekarang juga!” titah wanita berkacamata
“Abang tadi ke ruangan tuan Spike mau ngapain?” tanya Aura sambil memicingkan mata.“Nolongin kamu dari si George,” jawab Narendra datar.“Abang tau dari mana Aura di sana?” Rendra mengendik ke arah kamera cctv yang berada paling dekat dengannya.“Jadi Abang mata-matain Aura?” Bunyi denting diiringi pintu lift terbuka menyelamatkan Narendra, keduanya masuk ke dalam lift yang kosong.Layaknya sepasang kekasih yang sedang bertengkar, Aura mengambil tempat di sisi sebelah kiri sementara Narendra menyandar pada dinding lift sebelah kanan.Aura memang tidak membutuhkan jawaban, dia hanya senang menggoda Narendra.“Pulang bareng ya,” kata Narendra sebelum pintu lift terbuka.“Hem...,” sahut Aura tanpa menoleh.“Ham..hem...ham...hem...jawab yang bener kalau suami nanya itu,” protes Narendra dengan nada menyebalkan ketika melangkah keluar lift.“Iiyaaaa, suamiku sayaaaang!” Aura berseru sebelum lift tertutup membuat Narendra tersenyum tanpa sang istri ketahui.Sementara di dalam
“Kenapa?” Rendra yang sedang membuka kancing kemeja sambil membelakangi Aura, bertanya demikian karena semenjak menuruni pesawat tadi wajah Aura terlihat muram.“Kenapa apanya?” Sifat menyebalkan Rendra yang suka menjawab dengan pertanyaan sudah menular pada Aura.“Bibir kamu sampe maju begitu,” balas Narendra mencibir santai membuat bibir gadis yang sedang merapihkan pakaiannya ke lemari mencebik kesal.Tidak ingin menanggapi, Aura memilih diam.“Ra...,” panggil Rendra sebelum memasuki kamar mandi.“Apa?” jawabnya lemah.“Sekalian baju Abang, rapihin ya!” “Iyaa!” balas Aura menaikan intonasi.Sebetulnya Aura sedang kesal pada suaminya, karena lelaki itu diam saja ketika Patricia menyentuhnya.Kenapa Aura harus kesal? Apa Aura sedang cemburu?Aura mengacak rambutnya kasar mengenyahkan rasa cemburu yang bisa dia pastikan telah menyelimuti hatinya.Selain itu Rendra juga memaksanya tidur satu kamar padahal pria itu sendiri yang meminta untuk menyembunyikan status pernikaha
Pagi ini pertemuan penting di adakan di suatu gedung perkantoran dengan kaca berwarna biru sebagai dindingnya di pusat perkantoran Kota Hamburg, Jerman.Sinar matahari cukup menghangatkan siang hari dengan udara dingin saat itu.Sebagai pekerja magang, Aura selalu bisa mengerjakan tugasnya dengan baik bahkan pekerjaan office girl seperti membuat kopi biasa dia lakukan tanpa mengeluh kepada suaminya.“Foto copy ini sebanyak dua puluh lembar! Waktumu hanya lima belas menit,” titah Patricia ketus.Aura mengangguk kemudian menyaut berkas dari tangan Patricia.Aura tidak malu untuk bertanya di mana letak mesin fotocopy kepada beberapa karyawan di sana.Jadi tidak membutuhkan waktu lama dia sampai di ruangan dengan banyak mesin fotocopy.Aura mulai kewalahan mengerjakan tugasnya karena lembaran yang cukup banyak dan harus dia susun rapih.“Butuh bantuan?” Suara bariton seorang lelaki bertubuh tegap menjulang mengejutkan Aura.“Oh God!” Aura memekik tertahan seraya memegang dadanya
“Abang kenapa?” Aura mengesah setelah keduanya berada di dalam kamar.Rendra tidak menjawab hanya masuk ke dalam kamar mandi setelah sebelumnya membanting pintu cukup kencang.Ekspresi wajahnya terlihat sangar setelah makan siang tadi.Apa yang selalu ada di pikiran Aura terbukti lagi.Lelaki itu kembali pada sifat dinginnya.Sudah pasti dikarenakan Ben yang tidak sengaja memeluk ketika menolongnya tadi di ruang rapat.Rendra pernah mengatakan agar dia berhenti menggoda George dan sekarang pasti suaminya berpikir kalau dia sedang menggoda Ben.Aura mengacak rambutnya frustasi kemudian mengesah berkali seolah itu bisa membuat kejadian tadi bisa diulang kembali.Aura lelah menghadapi Rendra dan kali ini dia memutuskan untuk lari, menghindar dari sikap dingin Rendra yang selalu saja membuat nyeri hatinya.Menyambar long coat dan tas kemudian memakai bootsnya, Aura keluar dari kamar hotel.Gadis itu melangkahkan kakinya entah ke mana, terus melangkah walau matanya telah basah.
Batuk hebat yang mendera hampir saja membuat Aura kehabisan nafas namun dengan gerakan cepat seseorang menarik kemudian mendekapnya erat.Wangi parfum mascullin yang dia kenal membuat Aura yakin bila yang sedang memeluknya saat ini adalah Rendra.Kedua tangan Aura masuk ke dalam long coat Rendra kemudian merayapkan telapak tangan di punggung tegap suaminya.Keduanya berpelukan saling mendekap erat tanpa jarak hingga batuk Aura benar-benar mereda.“Abang....” Aura melirih di dada Rendra saat perlahan batuk itu telah mereda.Dengan tangan yang masih melingkar di punggung suaminya, Aura mendongak.“Abang udah enggak marah sama Aura?” tanyanya dengan ekspresi wajah polos.“Abang enggak marah...,” balas Rendra lembut disertai tatapan teduh yang Aura dapatkan dari netra pekat sang suami.“Aura tadi pergi karena takut sama Abang, Aura enggak suka liat Abang marah...,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca dan hidung memerah karena menahan tangis.Hati Rendra mencelos, lagi-lagi sikap ego
Desas-desus mengenai Aura sebagai wanita penggoda sudah menyebar di kantor tempatnya magang.Pagi hari sesampainya di kantor tatapan sinis langsung menyambut Aura.Tidak ada bedanya dengan dua teman barunya Deasy dan Lucky.Mereka mengacuhkan Aura saat gadis itu menyapa.Satu chat muncul di layar komputer, miss Addison meminta Aura datang keruangannya.Bergegas Aura melangkah menuju ruangan miss Addison lalu mendorong pintu kaca di sana setelah suara perintah untuk masuk terdengar.“Anda memanggil saya, Miss?” Aura bertanya setelah dirinya sampai di depan meja Miss Addison.“Bisa jelaskan mengenai ini?” Miss Addison bertanya dengan nada ketus seraya melempar macbooknya ke sisi meja yang lebih dekat dengan Aura.Aura terperangah ketika melihat foto-foto dirinya dengan George pada saat makan siang, ada juga foto bersama Rendra ketika pulang dan pergi bersama juga foto ketika di depan danau di mana dia dan Rendra sedang berpelukan dan berciuman. Foto ketika Ben mengecup tangann
Mata semua karyawan di sana membulat sempurna sama seperti mulut mereka yang menganga tidak terkecuali Deasy dan Lucky juga Patricia.Derap langkah sepatu fantovel Rendra terdengar semakin mendekat ke arah Aura yang sejak tadi menundukkan kepala menahan tangis.Rendra mengeluarkan sapu tangan kemudian membersihkan kemeja Aura yang telah berubah warna.Semua seolah tidak percaya, wajah wanita yang baru saja membentak Aura seketika pucat pasi dengan bibir bergetar meminta maaf.“Ma...maaf Tuan, sa...saya tidak tau,ka...kalau—“ Kalimat wanita itu terjeda.“Kalau Aura istriku?” sambar Rendra tidak sabaran.Wanita itu menganggukan kepalanya cepat dengan ekspresi takut.”Hentikan gosip kalian mengenai istriku! Dia hanya makan siang dengan George dan tuan muda dari perusahaan di Jerman hanya menghargai Aura sebagai istri dari klien bisnisnya,” tegas Rendra mengkonfirmasi dengan balutan kebohongan.Karena sampai detik ini Ben belum mengetahui bila Aura adalah istrinya.Tapi untuk mem