Obat penahan rasa sakit yang diresepkan dokter ternyata membuat Aura mengantuk setelah makan malam tadi.Jam menunjukan pukul sebelas malam ketika Aura terbangun karena merasakan tenggorokannya kering.Dia hendak menurunkan kakinya namun suara bas seorang pria mendadak menghentikan niat tersebut.“Mau apa?” “Haus...” jawab Aura setelah menoleh pada asal suara yang ternyata sosok suaminya yang sedang duduk di sofa.Lelaki itu sedang menonton film Hollywood di saluran televisi berbayar.Rendra beranjak dari sofa melangkah keluar dan tidak perlu dijelaskan lagi kalau lelaki irit bicara itu tidak mengatakan sepatah kata pun walau hanya sekedar meminta Aura menunggu karena saat ini Rendra sedang menuju dapur mengambil air mineral untuk Aura.Rumah Granpa Salim yang begitu besar membutuhkan waktu bagi Rendra menjangkau dapur, beruntung sebelum sampai di dapur lelaki itu berpapasan dengan seorang pelayan dan meminta untuk membawa air mineral ke kamar.Setelah mendapat anggukan dari
Beberapa saat kemudian Rendra kembali dengan salep memar di tangan lalu duduk di sisi ranjang di mana Aura telah dalam posisi duduk.Rendra membuka tutup salep lantas mengoleskan salep seujung jari di kening Aura perlahan, sesekali Aura meringis.Setiap ringisan yang terdengar, Rendra meniup luka tersebut membuat harum mint dari nafas Rendra menerpa wajah Aura.Ya ampun, jantung Aura jadi berdebar-debar karenanya.Aura sendiri tidak mengerti kenapa, wajahnya pun merona sehingga dia harus secara perlahan menundukan kepala untuk menyembunyikannya. Tapi Aura terlambat, Rendra telah melihat rona merah itu dan begitu tampak menggemaskan di matanya.“Kamu ceroboh,” tegur Rendra dingin berusaha menetralkan perasaan aneh yang mulai menelusup ke dalam hatinya.Lelaki itu beranjak berdiri untuk menyimpan kembali salep ke tempatnya.Aura tidak perlu mengomentari karena seketus apapun Rendra padanya, dia tau kalau lelaki itu menyayanginya Hari ini berkali-kali Rendra menunjukan perhati
“Bang....” “Hem ....” Rendra bergumam sebagai respon dengan mata terpejam setelah keduanya berbaring sejajar dengan posisi terlentang di atas tempat tidur.Setelah makan malam tadi mereka sempat menonton film bersama di ruang televisi dengan Aura yang duduk manis di sampingnya tanpa suara bahkan sesaat Rendra tidak sadar ada makhluk manis yang sedari tadi menemani.Dan ketika keduanya memutuskan untuk tidur, Rendra sempat menggendong Aura yang kesulitan menaiki tangga.Lagi-lagi Rendra bisa melihat wajah Aura merona, gadis itu melingkarkan kedua tangan di leher Rendra dengan wajah menengok ke belakang membuat hembusan nafasnya mengenai leher Rendra membuat gelenyar aneh terasa di dari dalam tubuh pria itu.Beberapa hari hidup bersama Aura memang tidak begitu merepotkan karena gadis itu juga tidak banyak permintaan, lebih sering diam dan menuruti semua perkataannya.Tubuh Aura juga ringan jadi ketika Rendra harus menggendong Aura dari lantai bawah ke kamarnya yang berada di la
Rendra yang baru saja turun dari mobil disambut kepala pelayan langsung menanyakan bagaimana keadaan Aura.“Bebatnya sudah bisa dilepas dan dokter menganjurkan nyonya Aura untuk belajar berjalan,Tuan …,” jawab Agusta memberitahu.“Di mana dia sekarang?” Rendra kembali bertanya seraya melonggarkan ikatan dasi di leher.“Di taman belakang, Tuan … sedang belajar berjalan.”Setelah mendengar jawaban Agusta, Rendra menaiki anak tangga menuju kamar untuk membersihkan diri.Perhatian Rendra yang sedang membuka pakaiannya di walk in closet teralihkan ketika mendengar suara tawa Aura.Dia melangkah mendekati jendela besar yang mengarah pada halaman belakang.Aura sedang berlajar berjalan dibantu Jerry, sesekali Aura tertawa kemudian memukul pelan pundak Jerry.Seingat Rendra, Aura tidak pernah tertawa serenyah itu ketika sedang bersamanya.Kening Rendra terlipat dalam dengan sorot mata tajam menatap sang istri yang kini berada dalam dekapan Jerry yang berhasil menangkap Aura ketika g
“Abang....” Rendra menoleh ketika suara lembut memanggilnya.Dia bisa melihat bola mata jernih istrinya menunggu jawaban, sudah tentu jawaban mengenai alasan kenapa dia bersikap dingin kemarin malam.Rendra menghembuskan nafas kasar dan suara pintu diketuk menyelamatkannya.Detik berikutnya grandpa Salim dan grandma Merry masuk ke dalam kamar.Mereka berempat kini duduk di sofa set yang berada di sudut kamar Rendra.“Grandpa dan grandma sudah memikirkan keinginan kalian yang ingin tinggal terpisah.…” Grandpa menjeda kalimatnya.Kata ‘kalian' yang terlontar dari mulut grandpa membuat Aura meringis di dalam hati karena dirinya sungguh tidak menginginkan tinggal terpisah.Kehadiran tante Mery justru bisa membuatnya lepas dari rasa sepi.Ketika makan malam tadi Rendra mengungkapkan keinginannya untuk tinggal terpisah, grandma Mery sempat menolak begitu pula grandpa Salim namun Rendra adalah Rendra yang keras kepala seperti sang papa.Rendra mendesak agar grandpa Salim memikirka
Setelah mengganti pakaiannya, Rendra kembali ke ruang televisi di mana Aura sudah ada di sana memakai gaun tidur dengan warna senada.Gaun tidur berbahan satin yang seolah menempel membentuk lekukan tubuh Aura walau sudah dilapisi nightrobe.Aura nampak lebih dewasa dari umurnya dan mampu membuat Rendra...terpesona.Rendra berdeham kemudian mengalihkan pandangannya ke segala arah sedang merutuki matanya yang lancang menikmati keindahan tubuh sang istri.“Bang...Sini kita foto dulu, siapa tau kita dapet hadiah! Di sini ada petunjuknya, jadi baju tidur ini memang gift untuk pasangan pengantin baru dan pengantin baru yang mendapat hadiah ini boleh mengirimkan foto selfie, nanti dipilih foto yang paling bagus akan mendapatkan voucher belanja! Ayo Bang kita selfie!” seru Aura penuh semangat“Ogah!” Rendra menjawab disertai kerutan di antara alisnya.Apa-apaan gadis ini, sudah memintanya berganti pakaian kini memintanya foto bersama apalagi foto yang diperuntukan kepada sepasang suami
Malam berlalu di sambut pagi dengan udara dingin yang seolah enggan untuk pergi memaksa Rendra memeluk Aura lebih erat.Sempat pelukan itu terlepas karena sensai kebas dan kram menyerang di lengan yang dijadikan bantal oleh Aura namun saat Aura kembali terbatuk, Rendra menarik Aura kembali dalam dekapannya.Ketika Aura membuka mata, dia telah menyadari bila sang suami memeluknya semalaman.Ingin rasanya setiap malam seperti ini, diperhatikan dan disayangi seorang pria apa lagi kalau pria itu adalah suami sendiri.Tapi Aura pernah dikecewakan dan dia harus menekan harapannya sedalam mungkin agar tidak merasakan sakit yang dulu pernah ditorehkan Sigit terlebih Rendra yang menjadi suaminya saat ini tidak mencintainya.Tapi boleh kah, sebentar saja Aura menikmati hangatnya pelukan pria yang telah syah menjadi suaminya?Dan berpura-pura bila lelaki yang memeluknya ini menyayanginya?Kalau sayang mungkin iya, tapi hanya sayang sebagai seorang kakak kepada adik.Aura mendengus pelan
“Bagaimana hari ini?” Tumben-tumbenan Rendra bertanya.Walau demikian, mata lelaki itu fokus pada makanan malam di piringnya.Mereka kini sudah berada di rumah sedang menikmati makan malam setelah keduanya kucing-kucingan dengan para karyawan agar bisa pulang bersama.Status pernikahan yang mereka sembunyikan memang membuat keduanya kesulitan ketika akan pergi atau pulang berbarengan sementara mereka bekerja di tempat yang sama.“Baik,” balas Aura singkat sambil menunduk.Tidak perlu diceritakan ketika mr Spike menggodanya karena Rendra sendiri berada di sana,“Kamu suka magang di perusahaan grandpa?” Aura mengangguk sambil tersenyum ketika Rendra menatapnya. “Dari pada di rumah sendirian,” balas Aura penuh syukur.“Ra.…”“Hem.…”“Soal ucapan kamu beberapa hari lalu.…” Rendra ragu melanjutkan kalimatnya.“Ya?” “Kamu bilang, aku bisa kapan saja menceraikan kamu...apa kamu serius?” Rendra bertanya dengan suara pelan, sorot matanya tampak serius membuat Aura susah payah m