Klik tanda vote ya kak. agar bisa tetap eksis di aplikasi, jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(ONGOING)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (68)"Sudahlah Bu, aku sudah tak tau mau bicara apalagi dengan ibu. Aku kemari mengantar baju ibu, sekarang aku akan pergi menjalani hidupku sendiri, terserah ibu mau berbuat apa kita pisah jalan dulu."Citra segera pamitan pada sang ibu. Dia tak perduli meski wanita yang melahirkannya berteriak seperti orang gila, dia hanya berpikir bagaimana caranya untuk melanjutkan hidupnya."Akhirnya kau datang juga ke tempat ini anak cantik?" Ucap seorang wanita bermake-up tebal dan mengenggam rokok di tangannya.Matanya menatap tubuh Citra dengan tatapan senang. Sedangkan Citra terlihat menundukkan kepala sembari menarik napas panjang, entah apa yang ada di otaknya saat ini karena semua orang tau siapa wanita yang dia temui."Mamie Tami," lirih suara Citra menyebut nama wanita itu."Iya sayang, ini Mamie Tami. Mendekat kemari biar bisa mamie lihat wajah cantikmu."Wanita itu tersenyum lebih tepatnya menyeringai. Dia senang karena bakal mendapat anak asuh baru, anak asuh
Maaf, Aku Pantang Cerai! (69)"Lang, nanti aku pergi sebentar untuk imunisasi ya."Alea mengikuti langkah Erlangga menuju ke meja makan. Bayinya masih anteng di gendongan Erlangga, pria itu akan segera pergi ke kantor seperti biasa."Jam berapa?"Tanya Erlangga datar dia terlihat kesal. Pasti karena Alea meminta ijin di saat-saat akhir, Alea bukan tak tau Erlangga kesal. Dia hanya tak mau pria itu ikut seperti biasanya dan akhirnya menjadi cemoohan orang-orang."Jam sembilan," jawab Alea lirih."Dan kau baru bilang sekarang. Sana ganti baju ikut ke kantor sebentar, lalu kita pergi imunisasi."Erlangga semakin kesal membuat selera makannya hilang. Dia membawa bayi Alea turun ke bawah tanpa mau sarapan dulu, tentu membuat Alea kalang-kabut mempersiapkan diri."Memang enak."Sinis suara Erlangga mengejek, dia tau Alea bakal kalang-kabut. Mana mungkin dia mau meninggalkan bayinya bersamanya untuk di bawa ke kantor."Sepuluh menit harus sudah turun!"Erlangga berteriak sebelum menutup pintu
Maaf, Aku Pantang Cerai! (70)"Menjijikan, jadi kau sudah membawanya tinggal bersama. Wanita seperti apa yang ingin kau nikahi Erlangga!"Wanita itu meraung lalu mengeluarkan amarahnya yang terpendam. Sejak mengetahui anaknya telah tinggal bersama dengan wanita yang di cintainya, level yang tak sederajat kini di tambah dengan akhlak yang menurutnya tak baik, semakin membuatnya tak rela memiliki menantu seperti Alea."Jangan berlebihan Ma, selain kami berdua ada bibi yang juga tinggal di sini. Alea bukan wanita jalang yang mudah menyerahkan tubuhnya, aku rasa mama lebih paham seperti apa wanita jalang itu, jangan coba menyakiti Alea karena aku tak akan diam."Erlangga berkata dengan pelan namun matanya melirik wanita di samping sang mama. Sejak melihat kedua wanita itu berdiri di lobby menunggunya, Erlangga sudah merasa muak, namun tetap menghormati sang mama seperti permintaan Alea."Jaga bicaramu, Lang. Tolong jangan terpancing hingga menyakiti hati mamamu."Alea berbisik di telinga E
Maaf, Aku Pantang CERAI! (71)"Jangan terlalu ikut campur, agar kau tak terlalu pusing dengan masalah orang lain, Al." Ucapan lirih Erlangga namun cukup menusuk hati Alea.Alea tersenyum walau hatinya merasa sakit saat mendengar ucapan Erlangga. Untuk pertama kalinya dia merasa ada tirai tipis memisahkan dirinya dan Erlangga."Kau benar, tak seharusnya aku terlalu ikut campur. Maaf karena telah lancang padamu."Alea berdiri dari duduknya, lalu meninggalkan Erlangga sendiri di ruang tamu. Dia tak perduli meski terdengar helaan napas Erlangga."Duduklah jika kau masih mau mendengar ceritaku."Alea berhenti melangkah saat mendengar permintaan Erlangga. Namun dia segera sadar dari situasi yang telah ada, dia sudah tak berminat mendengar masalah Erlangga, setelah apa yang pria itu katakan tadi."Istirahatlah selagi libur kerja, aku akan melihat Aska."Alea kembali melangkah meninggalkan Erlangga. Sudah cukup kelancangannya tadi dia tak mau terulang lagi, ikut campur urusan Erlangga itu tak
Maaf, Aku Pantang Cerai! (72)"Kau yang melakukannya sendiri, Lang?"Alea semakin lemas saat melihat Erlangga mengangguk. Airmata tumpah membasahi pipi Alea, dia semakin ingin tau beban yang selama ini di sembunyikan Erlangga."Tapi kenapa, Lang? Kau punya segalanya yang tak aku dan Wisnu miliki. Harta, tahta dan wanita semua ada dalam gengamanmu, meski untuk wanita kau sendiri yang menolaknya. Kenapa masih ada rasa tak puas hati, hingga kau menyakiti diri sendiri?"Alea menatap Erlangga yang kini memejamkan mata. Entah apa yang dia pikirkan saat ini, sedangkan Alea masih menunggu pria itu membuka mulutnya."Cinta dan kasih sayang. Itu yang tak aku miliki, Al. Hidupku seperti milik orang lain, tak ada hak untuk menikmatinya, tapi sejak mengenalmu aku ingin di cintai dan di sayangi. Meski akhirnya kau juga memilih pria lain untuk kau cintai."Alea terpaku mendengar ucapan Erlangga. Jauh dalam hatinya dia masih bingung dengan semua yang di katakan oleh Erlangga."Sejak umur sepuluh tahun
Maaf, Aku Pantang Cerai! (73)"Assalamualaikum Mas, maaf baru bisa datang menjenggukmu. Aku datang bersama putra kita, Aska Wisnu Erlangga nama pemberian Erlangga untuk anak kita. Maaf mas aku akan menikah dengan pria yang kau pilihkan untukku, jangan mencemaskan kami lagi, ada Erlangga yang akan menjaga kami menggantikanmu. Terima kasih atas semua yang kau berikan padaku selama kita menikah, dan juga hadiah terindah yang kau tinggalkan akan aku jaga sebaik mungkin."Alea menyentuh batu nisan Wisnu. Setelah membersihkan rumput liar di atas makam dia lalu berdoa, kemudian lanjut mencium nisan Wisnu seolah itu kening sang suami. Tanpa menyadari seseorang menatapnya penuh kebencian, siapa lagi kalau bukan Bu wastika mantan mertuanya.Semua yang telah dia alami ternyata tak membuatnya sadar sama sekali. Dia masih menyalahkan Alea atas semua yang telah terjadi."Ingat juga kau pada makam suamimu. Setelah bahagia bersama pria selingkuhanmu itu, aku dengar kau akan menikah, apa pria itu juga
Maaf, Aku Pantang CERAI! (74)Pernikahan baru saja selesai. Kini Alea dan juga Erlangga sudah berada di kamar hotel yang mereka sewa untuk acara resepsi, Alea sudah berada di kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Erlangga sudah menunggu karena dia duluan mandi.Erlangga sedikit heran saat tau Alea cukup lama berada di kamar mandi. Dia menduga mungkin Alea masih gugup karena ini malam pertama mereka, tanpa mengetahui kalau Alea tengah gundah gulana.Tok ...tok ...tok ...."Al, sudah lama banget keluar yuk."Erlangga mengetuk pintu dengan pelan. Agar istri segera keluar dari kamar mandi, untung tak lama Alea keluar, namun wajahnya terlihat tak biasa membuat Erlangga sedikit heran."Maaf Mas, kita tunda dulu ya malam pertamanya. Aku sedang datang bulan."Lirih terdengar suara Alea, namun cukup untuk membuat Erlangga terkejut. Meski kecewa namun Erlangga mencoba untuk tenang, karena itu hal yang terjadi bukan keinginan Alea juga."Tidak apa-apa, aku bisa kok menunggu sedikit lagi.
Maaf, Aku Pantang CERAI! (75)"Al!""Um, ada apa?"Alea mengulurkan kepala dari dapur. Menunggu Erlangga turun membawa Aksa putranya. Saat ini dia sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya."Nanti siang bawa makanan ke kantor, kita makan siang bareng. Sepertinya aku tak bisa makan siang keluar, banyak banget kerjaan."Alea tak langsung menjawab, dia hanya meletakkan piring berisi nasi goreng seafood. Melihat nasi goreng buatan Alea, Erlangga terlihat menelan air liur. Sejak menikah tujuh hari yang lalu, perutnya benar-benar di manjakan oleh masakan istrinya."Ada apa? Perutmu sakit atau ada yang tak enak di badanmu?"Alea menatap Erlangga yang sedang membelai perutnya. Pria itu tersenyum sembari meraih piring berisi nasi goreng, tentu setelah meletakkan Aska di Strollernya."Sepertinya aku harus rajin olahraga, kalau tidak roti sobek ini akan berganti menjadi tumpukan lemak. Aku tak mau terlihat seperti om-om."Alea mendengus kesal mendengar ucapan Erlangga. Dia mencemaskan kesehatan su