Akankah pernikahan Alea dan Erlangga baik-baik saja atau bubar di usia muda. Yuk Klik tanda vote kak. agar bisa tetap eksis di aplikasi, jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(tamat)
Maaf, Aku Pantang CERAI! (75)"Al!""Um, ada apa?"Alea mengulurkan kepala dari dapur. Menunggu Erlangga turun membawa Aksa putranya. Saat ini dia sedang menyiapkan sarapan untuk suaminya."Nanti siang bawa makanan ke kantor, kita makan siang bareng. Sepertinya aku tak bisa makan siang keluar, banyak banget kerjaan."Alea tak langsung menjawab, dia hanya meletakkan piring berisi nasi goreng seafood. Melihat nasi goreng buatan Alea, Erlangga terlihat menelan air liur. Sejak menikah tujuh hari yang lalu, perutnya benar-benar di manjakan oleh masakan istrinya."Ada apa? Perutmu sakit atau ada yang tak enak di badanmu?"Alea menatap Erlangga yang sedang membelai perutnya. Pria itu tersenyum sembari meraih piring berisi nasi goreng, tentu setelah meletakkan Aska di Strollernya."Sepertinya aku harus rajin olahraga, kalau tidak roti sobek ini akan berganti menjadi tumpukan lemak. Aku tak mau terlihat seperti om-om."Alea mendengus kesal mendengar ucapan Erlangga. Dia mencemaskan kesehatan su
Maaf, Aku Pantang CERAI!(76)Alea baru saja masuk pintu kantor Erlangga. Saat terdengar bisik-bisik para pegawai wanita, sepertinya mereka pegawai baru karena tak ada yang Alea kenal."Iya, cakep banget tuh pak Erlangga. Sayang dia sudah menikah dengan janda pula, kalau pak Erlangga mau aku rela kok naik ke ranjangnya, tak apa jadi yang kedua asal perhatian dan cinta jadi nomor satu. Secara kan aku gadis bedalah dengan janda anak satu itu."Alea berhenti mendorong stroller Aska. Kupingnya berdenging saat mendengar kata-kata tak sopan itu, entah kenapa emosinya naik ke ubun-ubun, karena wanita itu membicarakan dirinya dan juga Erlangga."Kalian berdua!"Alea berteriak cukup kuat. membuat beberapa orang berhenti bergerak hanya untuk melihatnya. Wanita itu terlihat sangat marah namun tak ada yang perduli, begitu juga dengan wanita tak tau malu yang tadi menggunjingkan dirinya dan juga Erlangga.Melihat sikap kedua wanita itu yang tak memperdulikan dirinya. Amarah Alea semakin meningkat de
Maaf, Aku Pantang Cerai! (77)Alea mencoba melepaskan gengaman tangan Erlangga, tapi pria itu justru membawanya duduk di sofa. Erlangga lalu meminta Dani untuk memeriksa CCTV, mereka terkejut saat mendengar pembicaraan kedua wanita yang bertemu Alea di lantai bawah."Kau dalam mode cemburu rupanya."Alea merasa tercekik saat mendengar ucapan Erlangga. Dani yang melihat keadaan yang aneh itu segera pamitan, dia memilih mengurus kedua pegawai baru yang tadi menyinggung istri bosnya."Cemburu? Aku rasa hubungan kita tak akan pernah mengenal kata cemburu, Lang. Kau harus ingat pernikahan ini hanya untuk memenuhi wasiat mas Wisnu, jadi kau tak perlu takut aku cemburu."Alea meraih rantang berisi makan siang Erlangga. Menyusun semua yang dia bawa ke atas meja, tanpa dia sadari Erlangga berdiri lalu melangkah menuju meja kerjanya. Wanita itu mengerutkan kening melihat Erlangga yang mulai sibuk dengan kerjaannya."Dia ngambek rupanya. Aku kira dia sudah dewasa ternyata masih kekanak-kanakan,"
Maaf, Aku Pantang Cerai! (78)"Al, bangun dong. Jangan membuatku takut."Erlangga berusaha membangunkan Alea yang masih pingsan. Memberinya minyak kayu putih di perut sang istri, lalu mengoleskan minyak kayu putih itu ke hidung Alea. Usahanya terlihat berhasil karena tak lama Alea mulai mengerakkan tubuhnya.Erlangga terlihat senang melihat Alea sudah bisa membuka mata. Wanita itu memijit kepalanya yang masih terasa pusing, hingga tiba-tiba dia terlihat panik mencari sesuatu."Kau mencari apa, Al?"Bukannya menjawab pertanyaan Erlangga. Alea justru berusaha bangun, membuat Erlangga terkejut karena Alea terlihat limbung. Pria itu buru-buru menangkap tubuh istrinya sebelum jatuh ke lantai."Aska, dimana anakku?"Erlangga terkejut melihat reaksi Alea. Wanita itu terlihat takut saat menyebut nama bayinya, bayi yang baru saja dia lahirkan beberapa bulan yang lalu."Ada, dia baik-baik saja. Sekarang kau tenang dulu duduklah di sini, minum teh hangat ini agar perutmu terasa enak."Erlangga be
Maaf, Aku Pantang Cerai! (79)"Alea!"Brak ....Terdengar pintu terbuka dengan sangat kencang. Alea hanya melirik Erlangga yang tersengal menarik napas, sepertinya pria itu berlari saat naik tangga ke kamar mereka."Tetap di tempatmu, Lang. Jangan bergerak mendekat, jika tidak aku bisa kehilangan kendali."Tanpa dosa Alea membuka handuk di tubuhnya, lalu memakai daster yang dia siapkan tadi sebelum mandi. Dia bahkan tak perduli meski melihat Erlangga menatapnya nanar. Saat ini dia hanya ingin segera mengetahui, apa sebenarnya yang di sembunyikan Erlangga."Apa ada yang kau sembunyikan dariku, Lang? Apa yang tak aku ketahui tentang mas Wisnu?"Erlangga terkejut mendengar pertanyaan Alea. Dia tak mengerti, tapi otaknya benar-benar tak bisa di buat untuk berpikir, saat ini otaknya hanya mengingat tubuh istrinya yang tadi nyaris telanjang. Malangnya dia tidak berani menyentuhnya karena saat ini Alea sedang marah, entah karena apa."Nanti kita bicara lagi. Saat ini aku harus pergi ke kamar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (80)Setelah perjuangan panjang, menjelaskan alasan dia belum bisa melayani Erlangga. Akhirnya Elea bisa bernapas lega, meski Erlangga sempat merajuk karena Alea membohongi dirinya, soal datang bulan agar tak melakukan malam pertama. Sebuah janji yang akhirnya membuat pria itu luluh " Malam Pertama yang tak akan terlupakan" Alea mendesah resah. Sebab malam ini mau tidak mau dia harus menunaikan janji yang dia buat sendiri."Ish ...bodoh. Buat apa juga aku janji seperti itu, sekarang aku tak bisa mundur lagi."Alea menatap cermin yang memantulkan sosok tubuhnya yang terbalut lingerie warna merah. Baju kurang bahan itu hanya sedikit menutupi dada dan juga daerah intimnya, perlahan dia kembali menutup lingerie itu dengan kimono. Grogi menunggu pria yang sudah sah menjadi suaminya masuk ke kamar."Sudah jam sembilan dan dia belum pulang juga. Katanya ada urusan di luar hingga tak makan malam di rumah, tapi urusan apa jam segini belum kelar juga?"Alea mendesah kesa
Maaf, Aku Pantang Cerai! (81)"Sayang, udah dong merajuknya. Sini aku akan jelaskan."Erlangga memeluk pinggang Alea. Wanita itu sibuk menyiapkan sarapan, matanya melotot karena perbuatan Erlangga, dia takut pembantu dan pengasuh Aska melihatnya di peluk seperti itu."Bisa lepaskan tanganmu itu, Lang. Tolong, malu kalau dilihat bibi dan mbak Dewi."Alea berusaha melepas pelukan Erlangga di pinggangnya. Dia saja yang tak tau, kalau Erlangga sudah meminta pembantu dan pengasuh itu untuk tidak ke dapur dulu, karena dia mau membujuk istrinya yang merajuk."Duduk dan siapkan sarapanmu. Setelah itu pergilah kerja, aku akan melihat Aska sudah di mandikan mbak Dewi atau belum."Alea bersiap untuk pergi, tapi pelukan Erlangga masih belum lepas dari pinggangnya. Ingin teriak tapi dia malu, jika orang tau mereka sedang bertengkar."Aku akan terus menempel seperti ini, sebelum kau mau mendengarkan penjelasanku."Alea benar-benar merasa putus asa. Apalagi saat ini dia merasa sesuatu menusuk bokongn
Maaf, Aku Pantang Cerai! (82)"Tinggalkan Erlangga. Aku rasa kompensasi yang kami tawarkan lebih dari cukup untuk menghidupi anakmu, sebuah apartemen dan uang satu milyar, bukankah itu jumlah yang besar bagi janda miskin sepertimu?"Alea menelan ludah saat mendengar tawaran bibi dan paman Erlangga. Tawaran yang luar biasa bagi orang miskin sepertinya, sayang Alea hanya tersenyum melihat cek dan juga sertifikat itu. Matanya lalu menatap kedua orang di depannya, yang kini justru menatapnya dengan jijik."Aku rasa tawaran kalian memang cukup mengiurkan. Sayang aku merasa ini belum cukup besar bagi harga diri suamiku, kalian pasti lebih tau apa maksudku? Jika tidak kalian tak akan semudah ini menyerahkan kompensasi ini?"Alea tersenyum sinis saat menatap dua orang manusia, yang selama ini memanfaatkan Erlangga. Manusia yang tak ada puasnya sama sekali, hingga tak ingin melepaskan keponakan yang tak sedarah dengan mereka."Aku lihat kalian bisa hidup mewah berkat Erlangga. Padahal kalian ha