Siapa kedua orang yang menemui Alea, apa ada hubungan dengan Erlangga. Yuk sumbangkan Gems kak. Agar bisa tetap eksis di aplikasi, jangan lupa baca juga cerita saya yang lainnya. 1. ISTRIKU MINTA CERAI SETELAH AKU TAGIH HUTANGNYA (Tamat) 2. KUNCI BRANGKAS RAHASIA SUAMIKU(tamat)
Maaf, Aku Pantang Cerai! (79)"Alea!"Brak ....Terdengar pintu terbuka dengan sangat kencang. Alea hanya melirik Erlangga yang tersengal menarik napas, sepertinya pria itu berlari saat naik tangga ke kamar mereka."Tetap di tempatmu, Lang. Jangan bergerak mendekat, jika tidak aku bisa kehilangan kendali."Tanpa dosa Alea membuka handuk di tubuhnya, lalu memakai daster yang dia siapkan tadi sebelum mandi. Dia bahkan tak perduli meski melihat Erlangga menatapnya nanar. Saat ini dia hanya ingin segera mengetahui, apa sebenarnya yang di sembunyikan Erlangga."Apa ada yang kau sembunyikan dariku, Lang? Apa yang tak aku ketahui tentang mas Wisnu?"Erlangga terkejut mendengar pertanyaan Alea. Dia tak mengerti, tapi otaknya benar-benar tak bisa di buat untuk berpikir, saat ini otaknya hanya mengingat tubuh istrinya yang tadi nyaris telanjang. Malangnya dia tidak berani menyentuhnya karena saat ini Alea sedang marah, entah karena apa."Nanti kita bicara lagi. Saat ini aku harus pergi ke kamar
Maaf, Aku Pantang Cerai! (80)Setelah perjuangan panjang, menjelaskan alasan dia belum bisa melayani Erlangga. Akhirnya Elea bisa bernapas lega, meski Erlangga sempat merajuk karena Alea membohongi dirinya, soal datang bulan agar tak melakukan malam pertama. Sebuah janji yang akhirnya membuat pria itu luluh " Malam Pertama yang tak akan terlupakan" Alea mendesah resah. Sebab malam ini mau tidak mau dia harus menunaikan janji yang dia buat sendiri."Ish ...bodoh. Buat apa juga aku janji seperti itu, sekarang aku tak bisa mundur lagi."Alea menatap cermin yang memantulkan sosok tubuhnya yang terbalut lingerie warna merah. Baju kurang bahan itu hanya sedikit menutupi dada dan juga daerah intimnya, perlahan dia kembali menutup lingerie itu dengan kimono. Grogi menunggu pria yang sudah sah menjadi suaminya masuk ke kamar."Sudah jam sembilan dan dia belum pulang juga. Katanya ada urusan di luar hingga tak makan malam di rumah, tapi urusan apa jam segini belum kelar juga?"Alea mendesah kesa
Maaf, Aku Pantang Cerai! (81)"Sayang, udah dong merajuknya. Sini aku akan jelaskan."Erlangga memeluk pinggang Alea. Wanita itu sibuk menyiapkan sarapan, matanya melotot karena perbuatan Erlangga, dia takut pembantu dan pengasuh Aska melihatnya di peluk seperti itu."Bisa lepaskan tanganmu itu, Lang. Tolong, malu kalau dilihat bibi dan mbak Dewi."Alea berusaha melepas pelukan Erlangga di pinggangnya. Dia saja yang tak tau, kalau Erlangga sudah meminta pembantu dan pengasuh itu untuk tidak ke dapur dulu, karena dia mau membujuk istrinya yang merajuk."Duduk dan siapkan sarapanmu. Setelah itu pergilah kerja, aku akan melihat Aska sudah di mandikan mbak Dewi atau belum."Alea bersiap untuk pergi, tapi pelukan Erlangga masih belum lepas dari pinggangnya. Ingin teriak tapi dia malu, jika orang tau mereka sedang bertengkar."Aku akan terus menempel seperti ini, sebelum kau mau mendengarkan penjelasanku."Alea benar-benar merasa putus asa. Apalagi saat ini dia merasa sesuatu menusuk bokongn
Maaf, Aku Pantang Cerai! (82)"Tinggalkan Erlangga. Aku rasa kompensasi yang kami tawarkan lebih dari cukup untuk menghidupi anakmu, sebuah apartemen dan uang satu milyar, bukankah itu jumlah yang besar bagi janda miskin sepertimu?"Alea menelan ludah saat mendengar tawaran bibi dan paman Erlangga. Tawaran yang luar biasa bagi orang miskin sepertinya, sayang Alea hanya tersenyum melihat cek dan juga sertifikat itu. Matanya lalu menatap kedua orang di depannya, yang kini justru menatapnya dengan jijik."Aku rasa tawaran kalian memang cukup mengiurkan. Sayang aku merasa ini belum cukup besar bagi harga diri suamiku, kalian pasti lebih tau apa maksudku? Jika tidak kalian tak akan semudah ini menyerahkan kompensasi ini?"Alea tersenyum sinis saat menatap dua orang manusia, yang selama ini memanfaatkan Erlangga. Manusia yang tak ada puasnya sama sekali, hingga tak ingin melepaskan keponakan yang tak sedarah dengan mereka."Aku lihat kalian bisa hidup mewah berkat Erlangga. Padahal kalian ha
Maaf, Aku Pantang Cerai! (83)Alea hendak melangkah pergi, namun dia berhenti di depan tuan Arif dan juga mama mertuanya. Meski melihat senyum puas kedua orang itu, tapi Alea tak terlalu perduli karena dia yakin dirinya tak bersalah."Jangan pergi Al. Aku ijinkan kau melihat, tapi aku mohon tenangkan dirimu terlebih dahulu."Erlangga meraih tangan Alea dan membawanya menuju ke mejanya. Kemudian dia menunjukan foto tak senonoh itu pada sang istri. Hanya selembar yang Alea ambil setelah itu dia berteriak lalu menyerang tuan Arif dengan brutal."Perempuan sialan, hentikan kalau tidak kau akan menyesal!"Alea tak mendengar teriakan mertuanya, dia bahkan tak berhenti menyerang tuan Arif. Dia berhenti saat mendengar teriakan mertuanya yang kesakitan. Dia melihat Erlangga menatap tajam mamanya."Jangan sentuh istriku, Ma. Meski selama ini tak ada yang melindungiku, tapi aku akan melindungi istriku."Alea terkejut melihat darah menetes dari tangan Erlangga. Dia tak tau apa yang terjadi saat di
Maaf, Aku Pantang Cerai! (84)"Kenapa pintu rumah terbuka, Lang? Apa ada tamu yang datang mencari kita?"Alea dan Erlangga saling pandang. Ada perasaan yang entah kenapa membuat mereka resah, Erlangga segera menekan klakson, hingga tak lama satpam membukakan pagar."Kenapa pintu terbuka? Apa ada tamu di dalam?"Erlangga segera bertanya pada satpam, yang membuat satpam itu terlihat gugup. Walau akhirnya bicara juga meski dengan nada takut-takut."Itu tuan, ada seorang wanita mengaku mertua Bu Alea. Kami sudah berusaha mengusirnya tapi dia membuat keributan, saya sudah menghubungi tuan tapi tak di angkat. Bibi bilang biarkan masuk dulu, kalau tidak nama baik tuan dan Bu Alea bisa tercemar. Sebab dia mengatakan hal-hal yang buruk."Mendengar kata ibu mertua membuat Alea berlari menuju ke rumah. Dia takut orang itu mencelakai anaknya yang masih balita."Tinggalkan anak itu, dia cucuku jadi jangan kurangajar begitu. Cepat berikan dia, aku ingin mengendong anak Wisnu."Alea semakin takut, sa
Maaf, Aku Pantang Cerai! (85)"Lakukan apa saja, aku tak perduli siapa saja yang akan kena imbasnya. Sudah cukup semua yang aku rasa dan alami selama ini, demi kebahagian dan kehormatan istriku semua harus di korbankan."Terdengar suara Erlangga penuh dengan amarah. Alea yang mendengarnya hanya bisa menarik napas panjang, bukan bodoh hingga dia tak tau arti kata "semua harus di korbankan" bukankah itu termasuk orang tua kandung Erlangga yaitu ibu mertuanya."Lakukan secepat mungkin, aku tak mau menunggu lebih lama lagi. Si tua Bangka itu harus tau siapa yang coba dia usik, berani sekali menatap istriku dia bahkan berani memikirkan tubuhnya juga."Brak ....Kembali terdengar benda di banting. Alea sadar saat ini Erlangga tengah di kuasai amarahnya, pelecehan itu hanya melalui kata-kata tapi cukup menghancurkan hati sang suami. Sama seperti kemarahan Wisnu kala itu, saat tuan Arif meminta Alea melayani nafsunya langsung pada Wisnu yang tak lain suaminya kala itu."Baik pak Erlangga, saya
Maaf, Aku Pantang Cerai! (86)Malam sudah larut saat terdengar desahan erotis di sebuah kamar. Alea terus merintih saat Erlangga menguasai tubuhnya, pria itu begitu bersemangat, tenaganya seolah tak ada habisnya saat bercinta.Keringat sudah membasahi tubuh mereka berdua, angin yang berhembus dari pendingin ruangan seolah tak ada gunanya. Tak dapat menghilangkan panas di ruangan itu."Lang, cepat selesaikan. Aku capek banget."Alea sampai harus memohon tapi Erlangga seolah tak mau tau. Tubuhnya terus menghentak dengan irama yang semakin kencang, membuat Alea merintih karena nikmat hingga aksi itu terganggu di sebabkan oleh suara ponsel sang pria, akhirnya merusak konsentrasi Alea."Lang, angkat dulu sapa tau penting."Bukannya mendengar ucapan sang istri. Erlangga justru mempercepat gerakannya membuat Alea kembali mendesah apalagi suara ponsel itu akhirnya mati. Sayang tak lama kemudian suara itu kembali dan cukup lama."Lang hentikan!"Tanpa sadar Alea berteriak dengan keras. Dia kesa