Share

Bab 46

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-01 19:12:10

“Papa bisakah papa membantuku.”

Itu kata pertama yang diucapkan Alisya begitu panggilan terhubung dengan ayah mertunya.

Sesaat keheningan melingkupi mereka berdua, Alisya tak tahu ada di mana ayah mertuanya saat ini.

“Apa yang kamu inginkan? Maaf dari Pandu? Itukah yang kamu inginkan?” terdengar nada suara dingin ayah mertuanya.

Alisya menelan ludahnya dengan pahit. Selama ini ayah mertuanya adalah satu-satunya orang yang membelanya jika Pandu dan ibu mertunya menindasnya.

Ayah mertuanya juga yang meminta Pandu untuk lebih adil pada kedua istrinya, meski Alisya juga sempat kecewa saat laki-laki itu juga menyetujui pernikahan suaminya dengan Sekar.

Akan tetapi mendengar nada suara ayah mertuanya, Alisya tak yakin lagi untuk bisa meminta bantuan. Itu, tapi dia tidak akan kalah sebelum berperang bukan?

“Maafkan saya papa, tapi saya tak bisa meminta maaf pada mas Pandu untuk kondisi Sekar sekarang, karena saya tidak be
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Tatik Ruksin
iya muter2 teruss....mulai bosan
goodnovel comment avatar
Wani Yanuwarni
iya muter2 banget
goodnovel comment avatar
Aisyah Rajab
kenapa tdk memberi tahu papa mertua kalo ibu nya butuh tanda tangannya? authornya yg bermasalah ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 47

    Alisya tak sempat lagi mencopot sprei yang tergantung di pagar balkonSemua orang setelah ini pasti akan tahu kalau dia nekad turun dari balkon kamarnya. Perut Alisya terasa sakit tapi tak ada waktu untuk mengeluh. Tak ada kesempatan lagi, dengan langkah tertatih dia menaiki kursi rodanya, untunglah rodanya tidak macet meski di jalankan di jalan berumput. “Nyonya Alisya!” Dia ketahuan. Tukang kebun itu memang sudah tua, tapi dia tidak buta apalagi satu-satunya orang yang menggunakan kursi roda di rumah ini hanyalah Alisya.“Tunggu! Nyonya mau kemana!” Alisya tak menggubris teriakan itu, dia berjuang untuk mencapai pagar rumah. masih ada satpam tentu saja di sana, dia harus memikirkan cara untuk melalui mereka. Dan benar saja teriakan tukang kebun itu membuat semua orang di dalam rumah keluar. Alisya tak memiliki kesempatan lagi dia harus berpikir cepat. Sebuah mobil asing terlihat terparkir di halaman rumah, Alisya tak tahu itu mobil siapa tapi dia tentu tidak punya banyak pili

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 48

    Uang di Atm Alisya tidak cukup untuk uang muka operasi ibunya. Uang bulanan dari Pandu memang besar tapi dia memilih menjadikannya perhiasan. Keputusan yang tidak tepat di saat seperti ini, karena dia butuh pergi ke toko emas dulu untuk menjadikannya uang lagi. Alisya memegang ponselnya berusaha menghubungi Pram, tapi dia membatalkannya, dia tak ingin merepotkan Pram. Dia yakin masih bisa mengatasi semua ini. Sahabatnya itu sudah banyak membantunya, dan Alisya tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikan laki-laki itu. “Saya akan pergi sebentar,” kata Alisya pada petugas administrasi. Wanita itu mengangguk. Alisya menggulir kursi rodanya keluar dari rumah sakit.  pukul tiga sore, dia hanya berharap toko emas itu masih buka. “Toko emas terdekat,” kata Alisya begitu sopir taksi bertanya kemana mereka akan pergi.  Alisya tersenyum lega saat uang sudah ada di tangannya. Dia harus segera kembali ke rumah sakit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 49

    “Apa yang terjadi?” Itu bukan Alisya yang bertanya tapi Pram. Laki-laki itu juga terlihat kebingungan, suster mendorong kursi roda Alisya lebih cepat dan diikuti Pram di belakangnya. “Ibu tunggu di sin dulu,” kata sang perawat. Wajah Alisya sudah memucat di tempatnya. Apa mereka memutuskan mengoperasi ibunya sekarang tanpa menunggu pembayaran uang muka? Atau tanpa sepengetahuan Alisya, Pandu sudah mengirim uang langsung ke rumah sakit. “Apa ibu akan dioperasi sekarang?” tanya Alisya. Sang suster menatapnya dengan pandangan yang tak dapat Alisya artikan, tapi satu yang pasti Alisya tak suka dengan pandangan itu. “Suster?” tanya Alisya lagi dengna tidak sabar. “Apa saya bisa bertemu ibu dulu sebelum operasi?” Remasan lembut di bahunya membuat Alisya menoleh dan mendapati Pram yang menatapnya dengan senyum sedih. “Lis tenang dulu, dokter sedang berusaha sebaik mungkin. Kamu hanya perlu berdoa.” Alisya tak menjawab dia hanya menunduk dengan tangan gemetar. Sama dengan Pram yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 50

    Tubuh Alisya luruh begitu  jasad ibunya sedikit demi sedikit tertutup tanah. “Ikhlaskan, Nak.” Seorang wanita  tua yang merupakan saudara jauh ayahnya mendekapnya dengan erat. Wanita tua itu juga yang telah berbaik hati mengizinkan rumahnya untuk tempat bersemayam jenazah sang ibu untuk sementara sebelum di kebumikan. Alisya tak sanggup melihat ini semua, kekuatan tubuhnya seolah  hilang. Kakinya yang beberapa saat lalu mampu sedikit menompang tubuhnya kini seolah hilang entah kemana. Alisya memang meninggalkan kursi rodanya di mobil Pram. Jalan tanah di area pemakanam membuatnya kesulitan untuk menggunakan kursi roda. Wanita itu sedikit menyeret Alisya menjauh, saat Alisya terlihat seperti akan pingsan. Dalam ketidakberdayaan yang menderanya, Alisya masih ingin mengikuti semua proses pemakanan ibunya, tangannya mencengkeram tanah pekuburan dengan erat seolah itu lah satu-satunya pegangan yang dia punya saat ini. 

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-03
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 51

    “Apa kamu sama sekali tidak tahu sebelumnya?” tanya Pram dengan tatapan tajamnya. Pengajian meninggalnya sang ibu memang sudah usai untuk hari ini di rumah wanita tua itu, dan rencananya akan diadakan sampai tujuh hari ke depan. Dengan Alasan kesehatannya yang tidak memungkinkan Alisya meminta pengertian pada wanita tua itu untuk tidak hadir, tentu saja setelah memberikan sejumlah uang dan apa saja yang diperlukan nantinya. Bukan Alisya tidak ingin di sana, mendoakan ayah dan ibunya tapi dia punya kewajiban lain yang harus dia penuhi. Tugasnya sebagai seorang istri di rumah besar itu belum usai ada banyak misteri dan kesalah pahaman di sana. Sebenarnya Alisya ingin pergi saja dari sana, alasannya untuk ada di sana tak ada lagi. Kehidupannya di sana bukan memberikan kebahagiaan tapi hanya sakit hati dan duka yang berkepanjangan tapi apa yang baru saja dia ketahui membuatnya berubah pikiran. Dia tak boleh egois. Anak yang dia kandung berhak diketahui ayahnya, meski mereka melakuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 52

    “Syukurlah, saya ikut lega,” jawab Alisya. Dia mengabaikan begitu saja kata-kata ‘sayang sekali’ yang tadi diucapkan oleh bibi. Entah wanita itu menyindirnya atau memang membenci Sekar, Alisya tak tahu. Akan tetapi dari sikap bibi saat dia dituduh mendorong Sekar, Alisya menyimpulkan, wanita ini bukan dipihaknya. Bibi baik padanya karena memang itu yang harus dia lakukan. Tidak seperti Alan yang terang-terangan membela dan membantunya. Alan? Bagaimana kabar laki-laki itu? Alisya sama sekali belum melihatnya sejak dia kembali ke rumah ini. “Jadi mereka minta bibi memasak untuk kepulangan Sekar?”Alisya melihat berbagai macam bahan makanan telah dikeluarkan wanita itu dari ruang penyimpanan. “Apa akan ada pesta?” tanya Alisya lagi. “Saya tidak tahu hanya diminta mempersiapkan makanan untuk merayakan kepulangan nyonya Sekar. Saya juga bingung mau masak apa.” Wanita paruh baya itu mengatak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-04
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 53

    "Lihat kelakukan wanita ini makin membuatku muak saja!" Wanita paruh baya yang menjadi mama mertuanya itu, menatap Alisya dengan marah. Sangat berbeda perlakuannya saat menghadapi Sekar. "Seharusnya kamu dipenjara kelakuanmu seperti kriminal!" "Ma! cukup!" "Lihat inilah perempuan yang selalu papa bela, dia berniat membunuhnya." Wanita itu menatap putranya dengan tajam. "Ceraikan perempuan ini!" teriak wanita itu kalap. Di tempatnya Alisya hanya membeku menatap ibu mertunya lalu pada suaminya. "Ma, cukup! tidak ada perceraian di keluarga kita!" "Dia hampir saja membunuh cucu kita, kenapa papa-" "Siapa yang mama maksud dengan membunuh?" tanya Alisya gerah dengan perkataan ibu mertunya. "Alisya, diam lah dan kita akan makan!" Alisya hanya menatap datar Pandu yang baru saja membentaknya. Akan tetapi wanita itu memilih diam, dan mengambil tempat seperti biasa. Sejujurnya dia tidak lapar, karena sarapan paginya yang terlalu siang tadi, tapi akan sangat tidak sopan jika dia men

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-05
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 54

    Alisya terbangun dengan mata sembab dan wajah kuyu. Rasa pusing hebat melanda. Hal itu di perparah dengan rasa mual yang membuatnya harus buru-buru ke kamar mandi, bahkan dengan meninggalkan kursi rodanya. Sejak mengetahui kehamilannya. Janin dalam perut Alisya seolah menuntut untuk selalu diperhatikan. Bukan dengan makanan atau permintaan aneh-aneh yang disebut ngidam seperti halnya Sekar, tapi rasa pusing dan mual yang selalu melandanya di pagi hari atau bahkan saat memasak. Hal yang dulu menjadi kegemarannya ini, sekarang menjadi hal yang sangat dia benci. Pembicaraannya dengan Pandu tadi malam mampu membuat wanita itu makin terpuruk. Menangis, hanya itu yang bisa dia lakukan. Dia bahkan belum mengatakan tentang kehamilanya ataupun kematian ibunya. Laki-laki yang menjadi suaminya itu mencerca dan menghinanya tanpa mau melihat faktanya. “Saya sudah menyiapkan bahan untuk membuat nasi bakar,” kata bibi begitu Alisya masuk ke dapur. “Nasi bakar?” tanya wanita itu bingung. “Nyon

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-07

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 251

    Jika diberi pilihan hidup sekali lagi apa orang-orang itu akan memilih pilihan yang berbeda atau masih keras kepala kalau pilihannya sudah tepat. Meski pilihan itu mengorbankan orang lain atau bahkan dirinya sendiri?"Seharusnya saya tadi tidak bicara dengannya," kata Alisya lirih penuh penyesalan. Sungguh Alisya menyesal dengan apa yang terjadi pagi ini, wanita itu menunduk dengan kedua tangan saling menggenggam erat. Saat ini dia ada di ruang tunggu ruang perawatan Pandu, bersama sang ibu mertua tentu saja karena ayah mertuanya harus mengurus insiden yang terjadi pagi ini. "Seharusnya memang begitu." Alisya langsung mendongak mendengar suara dingin ibu mertuanya, suara yang sejak kemarin tidak dia dengar lagi. "Kamu memang bodoh, bukankah aku sudah bilang untuk menjauhinya tapi kamu sok baik dengan meladeninya bicara." Kalimat itu memang menyakitkan tapi Alisya tak bisa menyangkal kebenaran kalimat itu. "Maaf." Hanya itu yang bisa dia katakan, andaikan waktu bisa diputar lag

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 250

    Alisya menatap tetesan darah di lantai dengan tubuh bergetar. Dia selalu meyakinkan diri kalau dirinya adalah wanita yang mandiri dan kuat, akan tetapi saat ini dia tak yakin lagi dengan hal itu. Dia bahkan tak tahu bagaimana dia bisa ada di sini, yang dia tahu dia hanya sekuat tenaga mendekap luka di punggung sang suami dan berusaha menghentikan darah yang terus saja mengalir. Sedangkan Bisma seperti mengerti kalau sang ayah butuh pertolongan anak itu menangis begitu kencang dan berlari ke dalam rumah mencari pertolongan. "Pandu pasti akan baik-baik saja dia laki-laki yang kuat, dulu dia sendirian menghadapi segala ujian hidupnya mampu sekarang dia pasti sangat mampu dengan adanya kamu dan anak kalian." Kalimat itu diucapkan ayah mertuanya dengan mata berkaca-kaca. Alisya tahu bukan hanya dirinya yang shock, tapi juga semua orang yang ada di sana.Meski dia sama sekali tidak menyukai Silvia karena berusaha merusak rumah tangganya, tapi Alisya masih menghormati wanita itu sebaga

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 249

    "Mas."Ini kayak maling kolor terus ketahuan lagi sama orang sekampung, hasil curiannya nggak seberapa tapi malunya itu lho yang akan melekat erat selama hidupnya, entah tadi dia ngomong apa saja, Alisya saja sampai lupa. Mau bagaimana lagi dia yang biasanya terorganisir dan sangat realistis, hanya mengandalkan emosinya saja, yah mau bagaimana lagi pelakor di depannya ini sangat menyebalkan dan tak tahu malu. Bukan Alisya takut kalau sang suami akan membela pelakor ini sebenarnya tapi lebih kepada harga dirinya yang terbanting jatuh, jangan sampai deh suaminya ini besar kepala karena diperebutkan dua orang wanita, apalagi pelakor ini sangat gigih dan memiliki background yang luar biasa. Alisya sedang tidak menuduh suaminya akan tergoda oleh wanita ini sih, tapi tetap saja suaminya adalah laki-laki biasa dan bisa saja melakukan kesalahan. "Bisma mencarimu, Sayang," kata Pandu lembut. "Aku kira kamu di dapur." "Oh tadi memang ada di sana buatin makanan untuk mas sama Bisma tapi non

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 248

    "Bagaimana kamu melakukannya?" tanya Pandu takjub ketika mereka masuk ke dalam kamar. Malam ini adalah pesta ulang tahun Panji Wardhana, bukan pesta yang meriah memang hanya makan malam keluarga besar dan juga sedikit bertukar cerita, tapi hal yang sangat epik terjadi adalah, istri Panji Wardhan sekaligus ibu mertua Alisya yang dulu terlihat sangat anti dengan menantunya, tiba-tiba saja membela sang menantu, bahkan mengesankan mereka sudah akrab satu sama lain. "Melakukan apa?" "Menjadi soulmate mama," kata Pandu sambil menarik Alisya dalam pelukannya. "Mama hanya cerita masa lalunya saja, dan beliau juga bilang kalau hal yang sama terjadi padanya dulu, maksudku tante Agnes menjodohkan suaminya dengan wanita lain." "Iya pola yang sama untuk orang yang berbeda, tanteku sangat tidak kreatif bukan," kata Pandu sambil tertawa getir. "Dia hanya tidak mau kehilangan kendali pada keluarga." "Benar, tapi opa juga bukan orang bodoh dia tahu mana anaknya yang mampu menjadi pewaris kekaya

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 247

    "Jangan pergi jika ada yang harus pergi dari sini itu orang lain, ini pesta ayah kalian, sama halnya kalian tuan rumah di sini." Pandu yang terlihat sangat emosi sambil menggandeng tangan Alisya langsung menghentikan langkahnya.Sang mama tadi memang tidak ikut ada di sana tapi suara keras mereka pasti menarik perhatian semua orang, apa karena Pandu pernah mengkhianati pernikahannya dulu, bukan berarti dia akan mudah mengkhianati pernikahannya lagi. "Mama." "Apa kamu kira mama tidak pernah mengalaminya, jawabnya sering tapi mama bukan orang yang mudah menyerah," kata sang mama dengan pandangan penuh tekad."Mama tahu kamu selama ini sudah sangat menderita, dan sekarang buktikan kamu memang layak untuk menjadi pewaris bukan hanya karena kamu anak papamu." Pandu menatap mamanya kaget, ada kesedihan, penyesalan juga rasa bersalah di mata wanita yang telah melahirkannya itu, tapi dia tahu mamanya memang menyesal sudah menelantarkannya dulu, tapi bukan berarti mamanya berubah menjadi l

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 246

    "Maaf, mbak hanya kamar itu yang masih tersisa, aku kira tadi mbak hanya datang bersama keluarga seperti biasa."Alisya melihat ayah mertuanya menghela napas dalam, sementara ibu mertuanya memilih memalingkan muka, terlihat sekali kalau wanita itu sama sekali tidak menyukai saudara iparnya ini. "Kamu bagaimana sih, Ji. seharusnya sebagai tuan rumah kamu sudah memperkirakan hal seperti ini," omel sang tante. Sebagai seorang pewaris utama semua aset keluarga tentu saja ayah mertuanya tidak ingin nama baik keluarga besarnya menjadi tercoreng, memang sih di sini sama sekali tidak ada orang lain, tapi ada para saudara serta anak menantu mereka yang tentu akan menilai sang pewaris bukan orang yang cakap untuk menghandle keluarga besarnya. "Maaf, mbak. Untuk sementara nona... ehm.. Silvia, benar namamu itu bukan kamu anak hakim Raharja?" Silvia lalu mengangguk dengan tak enak hati. "Kamu tidak masalahkan, menempati kamar tamu di belakang, maaf kalau kesannya malah tidak sopan.""Tidak apa

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 245

    Acara itu dilakukan di salah satu villa keluarga Wardhana. Ini pertama kalinya memang Alisya mengikuti acara keluarga suaminya. "Apa setiap tahun hanya seperti ini?" tanya Alisya pada sang suami yang sedang menyetir di sampingnya. "Seperti ini bagaimana?" "Hanya acara kumpul keluarga?" "Iya memangnya harus bagaimana, papa bilang dia sudah terlalu tua untuk acara seperti ini." "Oh, aku kira ulang tahun papa akan dirayakan besar-besaran dan mengundang koleganya, karena Silvia-" "Dia tak pernah datang ke acara keluarga kami, entah kalau keluarga tante," potong Pandu yang tak ingin nama itu lagi-lagi di sebut oleh istrinya, dia cukup kesal dengan ulah wanita itu. Setelah pembicaraan mereka berdua kemarin, Pandu kira wanita seperti Silvia akan merasa marah dan lebih memilih pulang saja tapi wanita itu cukup tebal muka, Pandu saja sampai terkejut saat kembali ke dalam mobil setelah menjemput Alisya yang sedang mengajak anak mereka bermain, sudah duduk seperti semula di dalam mobil d

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 244

    "Mbak Silvia mau duduk di depan?" tanya Alisya.Pandu mengangkat alisnya mendengar pertanyaan Alisya, tapi dia sama sekali tak berkomentar apapun. Usia pernikahan mereka memang masih seumur jagung, tapi komunikasi yang efektif juga pelajaran berharga yang mereka dapatkan di pernikahan sebelum ini menjadikan ikatan mereka makin kuat. Keduanya masih muda, masih memiliki waktu yang panjang untuk mengarungi bahtera rumah tangga yang penuh duri, tapi mereka yakin dengan saling percaya satu sama lain, membuat keduanya akan mampu bertahan di tengah badai yang menerjang. Sengaja memang Alisya bertanya seperti itu untuk memancing wanita di depannya ini tapi Silvia bukan orang bodoh dia tahu sekali maksud Alisya. "Saya dibelakang saja, saya tidak ingin diusir karena dianggap menganggu suami orang." "Jawaban yang bijak, saya harap itu tidak hanya dimulut saja," balas Alisya tak lupa memberikan senyum semanis mungkin. Alisya membuka pintu penumpang samping, lalu Pandu memberikan putra merek

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 243

    Silvia yang Pandu kenal dulu adalah gadis yang lemah lembut dan baik hati, karena itu dia tidak keberatan saat sang tante merekomendasikan wanita itu untuk menangani perceraiannya dengan Sekar yang pasti tidak akan berlangsung dengan mudah. Sekian lama tidak bertemu meski mereka memang dalam lingkungan pergaulan yang sama membuat Pandu terkejut dengan perubahan wanita itu, tutur katanya memang masih halus dan lembut seperti dulum tapi Silvia yang sekarang berubah menjadi wanita yang ambisius dan manipulatif. Apalagi sejak wanita itu nekad menerobos masuk ke dalam mobilnya dengan alasan ingin menjelaskan kesalahpahaman pada Alisya, tapi nyatanya hal yang terjadi malah sebaliknya, Alisya emnjadi tambah marah dan Silvia seolah menikmati semua itu dan menambah parah kesalahpahaman mereka. Harusnya sejak awal Pandu memang tidak berhubungan dengan wanita ini, dia bukannya tidak menyadari kalau Silvia punya ketertarikan lebih pada dirinya diperparah dengan dukungan sang tante yang

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status