Share

Bab 129

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-22 19:09:04

Alisya mendekap bayinya erat di dadanya menimangnya dengan lembut dan mendendangkan sebuah lagu yang membuat empat orang dewasa di ruangan itu teriris hatinya.

“Kamu tahu sayang, mama sudah menyiapkan semua untukmu, kamu akan mama dandani supaya cantik, yuk bangun sayang,” katanya sambil terus menimang bayi itu.

Merasa bayi itu tak mau bangun, Alisya ganti menciumi wajah pucat bayinya. “Sayang bangun mama mohon,” kata wanita itu dengan memelas, tapi bayi itu tetap diam.

“Sudah Al, bayi kita sudah tenang, aku mohon ikhlaskan dia,” kata Pandu tak sanggup lagi melihat Alisya seperti itu.

Alisya langsung menoleh pada Pandu perlahan dia letakkan bayi dalam pelukannya itu, dia lalu menatap laki-laki itu dengan tajam. “Tolong putriku, Mas. aku akan melakukan apa saja asal putriku bisa kembali, mas pasti kenal dokter yang bisa melakukannya,” kata wanita itu sambil mengguncang tubuh Pandu dengan keras.

“Lis jangan konyol kamu,” kata Pram. 
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Siti Nurvita Vita
sukses thooor buat orang menangis juga greget.. lanjut semangat up yg banyak..
goodnovel comment avatar
Icha Majhaf
kehidupan Al penuh penderitaan ... mantap thor. Turut sedih he..he..he..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 130

    Alisya tahu banyak orang jahat di dunia ini, tapi dia tak percaya ada orang tega mencelakai bayi yang bahkan belum lahir. "Itu tidak mungkin aku tidak punya musuh," bantah Alisya Wanita itu menarik napas panjang untuk melonggarkan sesak di dadanya. "Memang sih belum ada bukti nyata, tapi apa kamu tidak curiga dengan motor yang katamu tiba-tiba muncul dengan kecepatan tinggi," kata Laras begitu mereka hanya tinggal berdua. Alisya terdiam, dari tadi dia sibuk dengan dukanya dan menyalahkan dirinya sendiri, dia merasa menjadi ibu yang sangat buruk. "Kamu yakin, Ras?" Alisya menatap Laras sekali lagi dan gadis itu mengangguk meyakinkannya. "Sangat yakin, aku rasa Pram juga berpikir demikian." "Putraku!" kata Alisya yang membuat Laras terkejut. "Apa yang kamu lakukan kamu tidak boleh turun dulu," kata Laras panik. "Jika perkiraanmu benar, putraku dalam bahaya, aku tidak bisa membiarkannya sendirian," kata Alisya sambil meringis karena tak sengaja dia mengambil selang infu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-23
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 131

    Apa dia sudah berubah jadi pendendam sekarang? Tidak Alisya menolak keras ide itu. Jika memang Sekar pelakunya dia berharap wanita itu merasakan penderitaan apa yang dia rasakan. Ucapan itu keluar begitu saja begitu dia mendengar penjelasan Pram tadi. Alisya hanya ibu yang terlalu sakit hati dan mengutuk siapa saja yang telah tega membuat bayi dalam kandungannya meninggal. Dia tak menampik kalau dia sendiri bukan wanita baik hati dan tidak sombong, tapi sebenci apapun orang padanya tidak mungkin sampai ingin melenyapkannya. "Kamu pulang saja ke rumah kita, di sana lebih aman," kata Pandu saat mengunjungi Alisya. Ini sudah lima hari Alisya dirawat dan luka dibahunya sudah sedikit membaik dan dia sudah diperbolehkan pulang selama dia dirawat di sini, Alisya kukuh bayinya juga tetap di sini, karena memang tak memiliki orang lain untuk menjaganya. Dan selama lima hari juga Pandu setiap hari datang berkunjung untuk memastikan keadaan Alisya juga bermain dengan putranya. Membu

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 132

    Tahu pelakunya tidak membuat ini menjadi mudah. Mereka tak punya bukti yang diperlukan.Alisya bertatapan dengan Pandu begitu keluar dari ruang introgasi.“Kurasa mas ingat ciri-ciri orang yang disebutkan pelaku tadi,” kata Alisya dengan pandangan mata yang begitu tajam pada Pandu.“Tentu, tapi kita belum punya bukti hanya omongan pelaku tak bisa menjeratnya,” jawab Pandu.“Aku akan mencari buktinya, pembunuh anakku tidak boleh berkeliaran bebas,” kata Alisya dengan pandangan mata yang menyorot tajam pada Pandu membuat laki-laki tertegun menatap wanita yang biasanya sangat lemah dan cenderung memaafkan apa yang sudah terjadi.Semut pun akan menggigit jika diinjak, begitupun dengan Alisya. Selama ini dia sudah sangat mengalah dengan semua keadaan ini. dihina dan dicaci menjadi makanan sehari-harinya membuatnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 133

    Alisya meragukannya.Tentu saja jika dia jadi Alisya akan melakukan hal yang sama.Dulu dia memang buta dan selalu membela Sekar sesalah apapun dia, tapi kini dia telah berubah matanya telah terbuka lebar dan dia akan membuktikan itu semua.“Tu-tuan sudah pulang?”Pandu mengerutkan keningnya mendengar bu Titin yang bicara dengan tergagap.Sejak perjanjian yang mereka sepakati Pandu hanya datang ke apartemennya yang ditempati Sekar, seminggu sekali, itu pun dia akan tidur di kamar tamu bukan kamarnya bersama Sekar.Berkali-kali Sekar merayu Pandu, tapi laki-laki itu tetap bergeming dan hanya mengatakan supaya Sekar intropeksi diri, tapi wanita itu begitu bebal dan sama sekali tak merasa bersalah.Mungkin dia menganggap Pandu masih laki-laki bodoh yang menerima begitu saja semua kesalaha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 134

    Aku adalah penyebab meninggalnya putriku. Kata itu menggema di kepala Pandu seperti kaset rusak. Laki-laki itu terduduk dengan lemas di mobilnya. Kenapa dia bisa seceroboh itu, perasaan rindu yang tiba-tiba datang membuatnya mengabaikan logika sepenuhnya. Kamu memang bodoh kok kalau soal cinta, ejek batin Pandu. Tiba-tiba ponselnya menjerit dengan keras sebuah nomer baru yang menghubunginya tapi laki-laki itu tetap mengangkatnya. “Temui aku di depan kantor polisi Sekarang.” “Pramudya.” “Iya.” Dan sambungan ditutup. Depan kantor polisi apa yang terjadi? Dadanya berdebar dengan kencang, apa ada hal lain yang terjadi? Meski mereka rekan bisnis tak pernah sekalipun mereka saling menghubungi secara pribadi. Diantara mereka saling tidak menyukai, jika Sekarang Pram menghubunginya lebih dulu pasti ada alasan yang sangat penting. Pandu tiba lima belas menit kemudian dan mendapati Pr

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 135

    Manusia normal mungkin tidak akan nekad dengan mendatangi kandang macan supaya bisa selamat. Akan tetapi Sekar bangga kalau dirinya menjadi perempuan antimainstrem yang melakukannya. Jika Pandu tidak bisa membantunya dia tidak akan putus asa, di masa lalu dia mengenal Alisya sebagai gadis yang pemaaf dan cenderung bodoh, jadi di sinilah dia Sekarang di depan rumah Alisya yang dijaga beberapa satpam di depan. Cih hanya rumah kumuh saja sombong, batin perempuan itu. Akan tetapi untuk sementara dia akan mengabaikan sentimen pribadinya, nasibnya berada di tangan Alisya. Dia tidak mau dipenjara, baju penjara yang norak dan mencolok itu tidak akan cocok dengan kulitnya yang mulus dengan perawatan mahal. Dan seperti yang  Sekar duga, dia tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah itu. “Saya hanya ingin bicara dengan Alisya sebentar, tidak mungkin bukan saya berteriak dari sini.” Cih orang-orang  bodoh ini berani-beraninya mereka men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 136

    Alisya menatap dua orang tamunya dengan kesal. Sudah satu jam sejak kedatangan Sekar tadi dan tiba-tiba saja Pram langsung datang -yang Alisya duga kalau orangnya yang dia tempatkan di rumah ini yang melapor- dan yang dilakukan laki-laki itu adalah mengomel, bukan hanya pada Alisya tapi juga pada dua orang satpam di depan. Alisya sampai kasihan pada mereka yang terlihat ketakutan, padahal kedua orang itu usianya setara dengan ayah Pram. "Aku baik-baik saja, Pram. Jangan berlebihan," kata Alisya entah untuk keberapa kalinya. "Apa maksudmu dengan baik-baik saja, perempuan itu berbahaya, bagaimana kalau tadi dia tadi membawa senjata, dan melukai banyak orang di sini, memangnya kamu mau tanggung jawab hah!" Sejujurnya Alisya menyadari kebenaran perkataan Pram, Sekar tega merencanakan membunuhnya, dan tidak menutupk kemungkinan perempuan itu juga bisa berbuat nekad, apalagi saat sedang kejepit seperti ini. "Aku hanya berharap dengan menemuinya bisa mendapatkan bukti yang bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 137

    Dia hanya perempuan menyedihkan yang takut suami hasil mencurinya kembali dicuri. Sekar pernah diratukan oleh Pandu dan dicintai secara membabi buta, entah apa alasan rumah tangga mereka yang dibangun di atas luka Alisya bisa koyak mengingat betapa kokohnya cinta mereka yang bahkan tak hilang oleh dinding tebal pernikahannya dengan Pandu. Sekar yang hanya tahu konsep dicintai tanpa mengerti membalasnya dengan tulus pasti kehilangan arah saat semua tak seindah yang dia bayangkan. Dan Sekarang dia berjuang untuk cinta yang salah dengan jalan yang salah pula, sungguh pedih hidupnya. Alisya sebenarnya iba dengan hidup wanita-wanita yang suka mengambil milik orang lain, karena mereka tidak punya kemampuan untuk memulai sesuatu yang benar dalam hidupnya dan hanya silau dengan kebahagiaan wanita lain untuk kemudian dia perjuangkan untuk dimiliki. Sepintas memang terlihat sangat indah, diutamakan dan dilimpahi materi oleh suami orang, akan tetapi hatinya selalu tak tenang karena ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 292

    “Ya nggak bisa gitu pak, hpl itu bisa maju atau mundur, suka-suka bayinya mau keluar kapan. Kecuali bapak sudah merencanakan operasi, nah itu bisa tuh pilih tanggal cantik,” kata salah satu manager yang ikut makan siang bersama mereka.Meski sang istri sudah tidak bekerja lagi, tapi Alisya tetap mengirimkan makan siang untuk suaminya melalui sopir, kecuali hari di mana Pandu harus meeting di luar dan menemani kliennya makan, baru dia bilang pada sang istri untuk tidak perlu memberikan bekal. Jika dulu dia lebih suka menjelajah restoran mahal saat jam makan siang, sekarang dia akan anteng saja makan di kantor dan tak perlu kepanasan atau kena macet. “Memang bisa begitu ya, pak?” tanya Pandu bingung, kali ini memang bukan kehamilan pertama untuk Alisya, tapi ini kali pertama dia benar-benar menemani seorang istri yang hamil dan akan melahirkan, bukan itu saja dia bahkan juga ikut merasakan ngidamnya. Dulu saat Sekar hamil, mereka memang masih suami istri tapi wanita itu menolak saat

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 291

    “Tuan masih belum mengangkat panggilannya, nyonya. Apa saya harus menghubungi tuan dan nyonya besar?” tanya bibi ikut panik melihat Alisya yang merintih kesakitan memegang perut besarnya.Alisya memejamkan matanya berusaha keras agar tak merintih kesakitan, benar apa yang dia khawatirkan tak ada yang bisa dia andalkan untuk mengambil keputusan saat dia kesakitan seperti ini, seharusnya dia tinggal saja di rumahnya di desa sejak minggu lalu, bulik Par pasti dengan senang hati akan menemaninya tidur di rumahnya itu.“Tolong bawa saya ke rumah sakit saja, Bi. Masih lama memang tapi itu lebih baik dari pada menunggu di rumah dan tolong panggil Rani untuk menjaga Bisma,” kata Alisya mengambil keputusan cepat saat rasa sakit masih tak menghilangkan akal sehatnya.Sore itu setelah memastikan Bisma aman bersama Rani dan ibunya, Alisya berangkat ke rumah sakit hanya ditemani bibi saja. Dia berusaha tetap tenang dan berpikiran jenih meski kadang ra

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 290

    Janji satu bulan sudah terlewati tapi tak nampak tanda-tanda kalau kesibukan Pandu akan berakhir.Laki-laki malah makin sibuk dengan pergi pagi-pagi sekali bahkan sebelum matahari terbit dan pulang hampir tengah malam.Keadaan ini mengingatkan Alisya seperti saat Pandu tiba-tiba membawa pulang Sekar untuk dijadikan istri kedua.Jadi di suatu pagi yang masih gelap tapi Pandu sudah bersiap untuk pergi bekerja. Laki-laki itu mendekati sang istri.“Biar aku bantu kamu mandi sekarang aku harus menghadiri rapat pagi ini,” katanya dengan jejak kelelahan semalam yang belum juga hilang.Sejak kehamilannya semakin besar Alisya memang kesulitan untuk bahkan bangun dari duduknya, kehamilannya memang tak sebesar dulu tapi tubuhnya menjadi cepat lelah dan rasanya dia ingin sekali tidur dan bermanja pada sang suami, tapi tentu saja itu tidak mungkin jika sang suami saja lebih suka memanjakan pekerjaannya.Alisya sudah mencoba berbagai cara untuk bersabar, dia bahkan mengingatkan dirinya sendiri kala

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 289

    “Masih juga belum tidur,” gerutu Alisya.Ini hampir jam satu dini hari, dia bahkan tidak tahu suaminya pulang jam berapa tadi malam.Sudah satu bulan sejak usia kandungan Alisya menginjak bulan ke delapan Pandu selalu pulang larut malam.Awalnya Alisya menunggunya di sofa ruang tamu sambil terkantuk-kantuk dengan gelas berisi teh hangat yang sudah dingin, satu dua hari dia bisa bertahan melakukan itu, tapi pada hari ketiga Alisya menyerah karena tubuhnya tak bisa lagi berkompromi dan kantuk begitu hebat menyerangnya bahkan setelah makan malam berakhir.Dan Pandu yang sejak awal mengatakan pada sang istri untuk berhenti menunggunya pulang, dengan senang hati akan menyiapkan sendiri apa yang dia butuhkan setelah bekerja, Pandu yang sekarang memang sudah lebih bisa diandalkan dalam mengerjakan hal-hal kecil.Dia sudah bisa menyapu lantai dengan baik, membuatkan susu dan makanan untuk Bisma bahkan menggoreng telur mata sapi untuk dirinya sendiri karena harus mengumpat kulit telurnya yang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 288

    “Aku seperti tahanan saja,” keluh Alisya untuk kesekian kalinya. Dia menatap putus asa pada empat orang yang menatapnya, dua orang laki-laki dan dua orang perempuan. Mereka terlihat siap siaga melakukan apapun untuknya, bahkan meski mengorbankan nyawa. Ini terlalu berlebihan. Alisya sangat sadar dia menikahi siapa, meski bukan keturunan bangsawan apalagi sultan, tapi Pandu salah satu orang penting sebagai penggiat ekonomi negeri ini, dia adalah pewaris perusahaan yang di dalamnya mempekerjakan puluhan ribu karyawan. Sekarang dia salah salah satu kelemahan Pandu yang harus dijaga dengan baik, dari musuh yang bahkan tak terlihat sekalipun. Tapi tetap saja ini berlebihan. Alisya merasa dia sangat mampu menjaga dirinya sendiri dan juga anak-anaknya. Dia terbiasa bebas dan mandiri tanpa ada orang lain yang diandalkan jadi saat mendapati sekarang dia dikelilingi orang-orang yang siap siaga membantunya dia merasa... tak biasa. “Maaf, tapi dengan adanya mereka membuatku menjadi tenang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 287

    "Benarkah Pram pernah mengalami hal seperti itu? Kapan?" Nada tak percaya dalam suara sang istri membuat Pandu menoleh dan mengernyitkan kening, dia menoleh ke bangku belakang dan melihat Bisma sudah tertidur di kursi bayinya. Untunglah kursi itu terlihat nyaman untuknya. "Kamu tidak tahu? Kok bisa?" Ingin sekali Alisya menggeplak kepala sang suami supaya ingat siapa yang telah membuatnya melakukan semua ini, tapi tentu saja dia masih tahu itu dosa."Apalah dayaku yang ingin jadi istri solehah yang menurut pada suami," kata Alisya dengan gaya ukhti-ukhti soleha yang sering dia lihat di medsos, berharap sang suami tertawa tapi Pandu malah menatap sang istri sambil tertegun."Aku tahu aku memang orang yang sangat beruntung bisa menjadi suamimu kembali," kata Pandu dengan serius. Alisya berdehem untuk mengurangi kecanggungan, apalagi sang suami mengatakan sambil menatapnya penuh arti, untung saja lalu lintas sudah menyala hijau. "Mas terlalu berlebihan, aku yang beruntung dengan m

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 286

    "Enak banget ya sampai nambah," kata Alisya geli sendiri melihat sang suami yang sudah menghabiskan mangkok soto yang keduanya. Tempat ini ternyata sebuah rumah makan khas jaman dulu yang menyediakan menu soto yang khas dengan gerobak di depan, penyajiannya menggunakan mangkuk kecil yang penuh dengan rempah dan daging, dengan nasi yang disediakan terpisah di piring. Rasanya memang enak apalagi cara memasaknya yang menggunakan arang. "Porsinya kecil," bisik Pandu sambil tersenyum mengangkat mangkuk keduanya yang sudah licin. Alisya tertawa, untuk ukuran Pandu porsi yang disuguhkan memang kecil, tapi sangat pas untuk Alisya. Bukan hanya Pandu yang menyukai rasa soto ini, tampaknya sang putra juga suka, meski dengan tambahan lontong dan kuah saja. Seperti biasa mereka makan bergantian untuk menyuapi sang putra. "Mau bawa pulang?" tanya Alisya menggoda. "Boleh saja, tanya saja orang bibi masak atau tidak," kata Pandu enteng. "Bibi tadi masak ayam bakar madu, maksudku untuk mas l

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 285

    Senyum tak bisa lepas dari bibir Pandu. Sambil menyetir dia beberapa kali ikut bernyanyi bersama Bisma. Lagu anak-anak yang menurut Alisya entah kenapa nadanya berubah tak karuan seperti itu. Terlihat sangat bahagia sekali. Kehamilannya kali ini memang sangat menyenangkan untuk Alisya, dia  tidak lagi merasa sendiri, ada suami dan mertuanya yang memperhatikannya, meski kadang dia sebal juga jika mereka terlalu melarangnya untuk melakukan ini itu. Bahkan si kecil Bisma juga sangat antusias saat diberi tahu dia akan punya adik kecil, anak itu suka sekali mengelus perut besar sang mama, dan berbicara dengan bahasanya sendiri. “Mas senang sekali hari ini? apa baru menang tender?” tanya Alisya usil meski dia tahu apa alasan senyum yang tersungging di wajah sang suami itu. “Iya, ini tender yang lebih berharga dari semua tender yang aku punya,” katanya sambil tersenyum. “Oh ya, bagus dong kalau begitu, pasti nilainya san

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 284

    Alisya bangun dengan tubuh yang segar keesokan harinya. Tanpa dia sangka Bisma juga sudah bangun dan berceloteh riang dengan bahasa bayinya, membuat wanita itu menghela napas lega, setidaknya hari ini suasana hati Bisma membaik. “Bisma mau main?” tanya wanita itu, tapi bukannya mengangguk seperti biasa, Bisma malah memeluk mamanya erat seolah takut untuk ditinggal. “Wah kamu masih mau tidur sambil mama peluk ya,” kata Alisya sambil memeluk putranya erat menciumi wajahnya hingga anak itu tertawa kegelian. Keseruan mereka langsung terhenti saat mendengar suara benda jatuh keras sekali dari dalam kamar satunya. Seolah mengerti ada yang tak beres anak itu terdiam, Alisya menduga kalau Pandu hanya sedang menunjukkan aksi protesnya saja, tapi itu tak membuat rasa penasarannya berakhir. Wanita itu bangun dari ranjang dan mengulurkan tangan pada Bisma untuk menggendongnya, tapi saat ingat peringatan keras sang suami, Alisya menurun

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status