Share

Bab 133

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2024-11-25 19:02:00

Alisya meragukannya. 

Tentu saja jika dia jadi Alisya akan melakukan hal yang sama. 

Dulu dia memang buta dan selalu membela Sekar sesalah apapun dia, tapi kini dia telah berubah matanya telah terbuka lebar dan dia akan membuktikan itu semua. 

“Tu-tuan sudah pulang?” 

Pandu mengerutkan keningnya mendengar bu Titin yang bicara dengan tergagap. 

Sejak perjanjian yang mereka sepakati Pandu hanya datang ke apartemennya yang ditempati Sekar, seminggu sekali, itu pun dia akan tidur di kamar tamu bukan kamarnya bersama Sekar. 

Berkali-kali Sekar merayu Pandu, tapi laki-laki itu tetap bergeming dan hanya mengatakan supaya Sekar intropeksi diri, tapi wanita itu begitu bebal dan sama sekali tak merasa bersalah. 

Mungkin dia menganggap Pandu masih laki-laki bodoh yang menerima begitu saja semua kesalaha

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Asri Widiastuti
jd laki habisx bodohx dipelihara terus, masak seorang CEO klah pintar dgn Sekar yg hanya mengandalkan kelicikan dan selangkangannya aja.
goodnovel comment avatar
Choirul Khasbi04
rasain pandu wanita yang kau sanjung-sanjung yang kau manjakan telah membunuh putri kandungmu pandu hiduplah dalam penyesalan ......
goodnovel comment avatar
Icha Majhaf
baru nyesek kan Pandu....cinta mah cinta jangan terlalu hehehe..thor keren menguras emosi pembaca
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 134

    Aku adalah penyebab meninggalnya putriku. Kata itu menggema di kepala Pandu seperti kaset rusak. Laki-laki itu terduduk dengan lemas di mobilnya. Kenapa dia bisa seceroboh itu, perasaan rindu yang tiba-tiba datang membuatnya mengabaikan logika sepenuhnya. Kamu memang bodoh kok kalau soal cinta, ejek batin Pandu. Tiba-tiba ponselnya menjerit dengan keras sebuah nomer baru yang menghubunginya tapi laki-laki itu tetap mengangkatnya. “Temui aku di depan kantor polisi Sekarang.” “Pramudya.” “Iya.” Dan sambungan ditutup. Depan kantor polisi apa yang terjadi? Dadanya berdebar dengan kencang, apa ada hal lain yang terjadi? Meski mereka rekan bisnis tak pernah sekalipun mereka saling menghubungi secara pribadi. Diantara mereka saling tidak menyukai, jika Sekarang Pram menghubunginya lebih dulu pasti ada alasan yang sangat penting. Pandu tiba lima belas menit kemudian dan mendapati Pr

    Last Updated : 2024-11-26
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 135

    Manusia normal mungkin tidak akan nekad dengan mendatangi kandang macan supaya bisa selamat. Akan tetapi Sekar bangga kalau dirinya menjadi perempuan antimainstrem yang melakukannya. Jika Pandu tidak bisa membantunya dia tidak akan putus asa, di masa lalu dia mengenal Alisya sebagai gadis yang pemaaf dan cenderung bodoh, jadi di sinilah dia Sekarang di depan rumah Alisya yang dijaga beberapa satpam di depan. Cih hanya rumah kumuh saja sombong, batin perempuan itu. Akan tetapi untuk sementara dia akan mengabaikan sentimen pribadinya, nasibnya berada di tangan Alisya. Dia tidak mau dipenjara, baju penjara yang norak dan mencolok itu tidak akan cocok dengan kulitnya yang mulus dengan perawatan mahal. Dan seperti yang  Sekar duga, dia tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah itu. “Saya hanya ingin bicara dengan Alisya sebentar, tidak mungkin bukan saya berteriak dari sini.” Cih orang-orang  bodoh ini berani-beraninya mereka men

    Last Updated : 2024-11-26
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 136

    Alisya menatap dua orang tamunya dengan kesal. Sudah satu jam sejak kedatangan Sekar tadi dan tiba-tiba saja Pram langsung datang -yang Alisya duga kalau orangnya yang dia tempatkan di rumah ini yang melapor- dan yang dilakukan laki-laki itu adalah mengomel, bukan hanya pada Alisya tapi juga pada dua orang satpam di depan. Alisya sampai kasihan pada mereka yang terlihat ketakutan, padahal kedua orang itu usianya setara dengan ayah Pram. "Aku baik-baik saja, Pram. Jangan berlebihan," kata Alisya entah untuk keberapa kalinya. "Apa maksudmu dengan baik-baik saja, perempuan itu berbahaya, bagaimana kalau tadi dia tadi membawa senjata, dan melukai banyak orang di sini, memangnya kamu mau tanggung jawab hah!" Sejujurnya Alisya menyadari kebenaran perkataan Pram, Sekar tega merencanakan membunuhnya, dan tidak menutupk kemungkinan perempuan itu juga bisa berbuat nekad, apalagi saat sedang kejepit seperti ini. "Aku hanya berharap dengan menemuinya bisa mendapatkan bukti yang bisa

    Last Updated : 2024-11-27
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 137

    Dia hanya perempuan menyedihkan yang takut suami hasil mencurinya kembali dicuri. Sekar pernah diratukan oleh Pandu dan dicintai secara membabi buta, entah apa alasan rumah tangga mereka yang dibangun di atas luka Alisya bisa koyak mengingat betapa kokohnya cinta mereka yang bahkan tak hilang oleh dinding tebal pernikahannya dengan Pandu. Sekar yang hanya tahu konsep dicintai tanpa mengerti membalasnya dengan tulus pasti kehilangan arah saat semua tak seindah yang dia bayangkan. Dan Sekarang dia berjuang untuk cinta yang salah dengan jalan yang salah pula, sungguh pedih hidupnya. Alisya sebenarnya iba dengan hidup wanita-wanita yang suka mengambil milik orang lain, karena mereka tidak punya kemampuan untuk memulai sesuatu yang benar dalam hidupnya dan hanya silau dengan kebahagiaan wanita lain untuk kemudian dia perjuangkan untuk dimiliki. Sepintas memang terlihat sangat indah, diutamakan dan dilimpahi materi oleh suami orang, akan tetapi hatinya selalu tak tenang karena ber

    Last Updated : 2024-11-28
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 138

    Tempat terakhir GPS itu menyala adalah showroom mobil. “Memang perempuan ini yang menjual pada kami, tapi kami juga tidak tahu kemana dia pergi setelah itu.” Tentu saja mereka tak akan peduli kemana orang yang telah menjual mobil padanya pergi setelah ini dan digunakan untuk  apa  uang yang mereka hasilkan.Sampai di sini Pandu menemui jalan buntu, Sekar juga sudah menonakifkan ponselnya dan menarik sejumlah besar uang tunai yang ada di rekeningnya. Pelarian ini sudah direncanakan ternyata. Padahal statusnya belum menjadi tersangka, tapi dengan begini akan membuatnya tidak kooperatif dan makin memberatkan hukumannya. Akan tetapi bukan hal itu yang menganggu Pandu dia khawatir dengan keselamatan Alisya dan Bisma, putranya, kemarin saja Sekar nekad mendatangi Alisya di rumahnya. Pandu tahu kalau Alisya bukan  wanita lemah dan manja tapi tetap saja, Sekar orang yang nekad dan akan melakukan segala cara agar tujuannya tercapai. 

    Last Updated : 2024-11-28
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 139

    Sekar melempar ponselnya hingga membentur pembatas jalan dan pecah berantakan. Baru seminggu dia membeli ponsel itu dan sekarang harus membeli baru. Untung saja dia tadi tidak sengaja mendengar Benk menelpon, kalau tidak dia pasti sudah tertangkap. Sekar puas sekali tadi memukul kepalanya dan dia sangat berharap laki-laki itu mati karena pukulannya. Berani-beraninya dia mengkhianatinya. Padahal sekar sudah mengeluarkan banyak uang untuk pengkhianatan itu. Kemarahan benar-benar menguasai wanita itu, mukanya menjadi merah dan nafasnya terdengar keras seperti banteng. Seharusnya memang sejak awal Sekar tidak menemuinya, sekarang dia harus lari kemana lagi? mobilnya pasti sudah dikenali dan uang di didompetnya juga menipis, untuk mengambil uang lagi di atm pun dia tidak berani, mereka pasti akan bisa langsung melacaknya dengan mudah. Kepalanya terasa sangat pusing efek belum makan sejak tadi tapi untuk berhenti di salah satu restoran dia tidak berani, jadi pilihannya jatuh ke sebua

    Last Updated : 2024-11-29
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 140

    Sudah dua hari Sekar tinggal di rumah ini dan merasa nyaman seperti rumah sendiri sampai...Brak!Brak!“Buka! Atau kami dobrak!” Sekar buru-buru menutup tubuhnya dengan selimut, begitu juga dengan laki-laki di sampingnya. Matanya melotot tajam pada laki-laki di sebelahnya yang masih seperti orang linglung “Ada apa itu?” tanya Sekar dengan wajah pucat.  Laki-laki yang menjadi patnernya itu menggeleng dan buru-buru memakai bajunya, begitu pun Sekar yang langsung menggunakan bajunya tapi belum juga selesai pintu kamar sudah dibuka dengan kasar, spontan Sekar langsung menyambar selimut lagi dan melilitkan ke tubuhnya yang setengah telanjang. “Seret mereka keluar!” “Arak ke balai desa!” Suara riuh kembali terdengar membuat wajah keduanya makin pucat, Sekar merapat ke tembok. Mereka makin beringas dan tak segan-segan menarik tangan Sekar dengan kasar. “Lepaskan! Kami tidak bersalah!” kata wanita itu dengan beran

    Last Updated : 2024-11-29
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 141

    Karena pekerjaannya, Alan bsduah banyak melihat kematian, bahkan kematian paling menyedihkan sekalipun. Akan tetapi kali ini dia begitu tak rela jika wanita itu mati begitu saja, itu terlalu mudah untuk orang yang begitu jahat pada orang lain seperti itu. Dia berhak merasakan penderitaan yang sama dengan yang dialami Alisya bahkan lebih. "Tolong selamatkan dia," kata Alan begitu dokter UGD menyambutnya yang baru saja keluar dari ambulance bersama Sekar yang bersimbah darah tapi masih hidup. Setidaknya itulah kata laki-laki yang mengaku dokter yang memeriksa tadi. Alan duduk menunggu dengan tenang, dia membuka ponselnya dan kembali menghubungi Pandu dan menceritakan apa yang terjadi. "Benar kata dokter nyonya Sekar kritis, tuan bisa langsung datang ke sini," kata Alan dengan datar, sebenarnya dokter belum mengatakan apapun terkait kondisi Sekar tapi sengaja dia mengatakan itu, dia ingin tahu bagaimana reaksi pandu. Dia adalah salah satu saksi hidup bagaimana Pandu begitu

    Last Updated : 2024-11-30

Latest chapter

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 272

    Berstrategi adalah keahliannya. Dia sudah melakukan banyak hal untuk mencapai tujuannya dan tidak pernah gagal. Akan tetapi kenapa? kali ini kegagalan itu datang. Bahkan kegagalan itu bukan hanya pada dirinya sebagai seorang hakim dan praktisi hukum, tapi juga sebagai seorang ayah dan juga kepala keluarga. Dia merasa gagal dan dia tidak bisa menerima itu begitu saja. “Pemberitaan di luar semakin liar, Pak. Ini pasti ulah keluarga Wardhana yang ingin menghancurkan reputasi nona,” kata laki-laki yang lebih muda yang sejak tadi sibuk dengan gawainya. Laki-laki itu tak bisa terima, putri yang dia besarkan dengan tangan dinginnya berakhir meninggal dalam keadaan terhina, lebih parahnya lagi dia juga dijadikan tersangka dalam kasus penusukan pewaris Wardhana itu, dan juga tersangka atas kecelakaan tunggal yang dia alami. Judul Artikel 'Pelakor gagal lalu bunuh diri' terpampang jelas di berita lokal hari ini, nama besar yang dia bangun dengan susah payah juga ikut terseret. Laki-

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 271

    “Awas kamu, mas. Ini pasti ada hubungannya sama kamu kan. Pokoknya aku minta penjelasan sedetail mungkin,” bisik Alisya yang masih menatap Pram dan bulek Par yang sedang ngobrol ringan sebelum tamu datang. Kalau Alisya pikir-pikir, Pram memang punya bakat alami untuk menjadi playboy, bahkan dengan hanya berdiri diam saja laki-laki itu sudah menarik perhatian wanita, bukan hanya yang seumuran saja yang tertarik bahkan ibu-ibu paruh baya yang cocok menjadi ibu Pram saja matanya masih bersinar seperti gadis remaja saat Pram menggodanya. Pantas saja suaminya sering cemburu pada Pram, laki-laki itu memang sangat menarik. “Nanti dijelaskan, tapi matanya jangan menatap ke sana terus, di sini yang sudah halal dan boleh dipandangi sampai puas, lebih dari itu juga boleh,” bisik Pandu balik dengan sebal. Tangannya bergerak meraih kedua sisi kepala sang istri dan menghadapkan padanya. Alisya tertawa. “Cuma sekedar melihat saja, ternyata Pram memang ganteng cocok untuk pajangan,” katanya sa

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 270

    Pesta itu sedikit tertunda karena Bisma protes keras saat wajah sang mama ditemploki berbagai make up. Dalam kesehariannya memang Alisya tidak pernah menggunakan make up berlebih, bahkan cenderung natural, pantas saja Bisma menjadi takut melihat muka ibunya sendiri yang kata beberapa orang yang sudah melihatnya sangat ‘mangglingi’ meski dia sudah punya anak. “Bisa sama kakek saja, yuk kita lihat mobil,” kata sang ayah mertua saat sang istri menyerah tak bisa memisahkan ibu dan anak itu. “Maama! Mama!” hanya itu kata yang diucapkan Bisma sambil memukuli sang Mua, seolah wanita itu sangat jahat sehingga membuat wajah sang mama berubah bentuk. Sedangkan Pandu yang seharusnya bisa membantu menenangkan Bisma, masih harus berganti pakaian di kamar lain dan belum diijinkan untuk bertemu Alisya. “Bisma mau naik mobil sama kakek ke tempat papa. Yuk kita naik mobil, biar mama jadi cantik ya Bisma tunggu dulu,” bujuk sang kakek dengan lembut. 

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 269

    Pandu tidak pernah menduga kalau diusianya yang sudah memasuki kepala tiga ini masih mengalami kegugupan saat akan bertemu dengan seorang wanita, apalagi wanita itu sudah beberapa bulan ini menjadi istrinya. Dia bahkan berkali-kali mengecek penampilannya. Apa warna bajunya sudah serasi, apa ada yang kusut atau dasinya miring?Hal yang sangat konyol tentu saja karena wanita yang akan dia temui sebentar lagi adalah pelaku yang mendadaninya setiap hari, dan tentu saja lebih tahu baju apa yang cocok dia pakai.“Astaga aku kayak remaja baru pertama kali jatuh cinta saja,” katanya gemas pada dirinya sendiri. Meski berkata begitu nyatanya tak mengurangi kegugupannya. Saat dia melewati toko bunga, Pandu berpikir untuk mampir membeli bunga, dulu Sekar sekali menerima bunga darinya tapi dia segera menepis pemikiran itu. “Alisya tak suka bunga, aku ras coklat yang tadi sudah cukup,” gumamnya yang kembali melajukan mobilnya menuju tempat sang istri bekerja. Satu jam yang lalu dia sudah mengir

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 268

    Pagi ini Alisya tidak menyiapkan baju kerja untuk Pandu seperti biasa. Bodoh amat jika suaminya mengatakan dia pendendam dan kekanak-kanakan. Dia sakit hati banget dituduh hal yang sama berulang kali, mulut Alisya sampai berbusa mengatakan sejak awal pada Pandu kalau dia sama sekali tidak ada hubungan apapun dengan Pram, tapi suaminya itu seolah tuli dan hanya mau mendengarkan asumsinya sendiri. “Mbak Alisya kok sudah di kamar Bisma?” tanya Rani yang pagi ini masuk ke kamar Bisma dan bersiap memandikan anak itu. “Aku kira kamu masih tidur tadi, Ran,” kata Alisya mengalihkan pembicaraan. Gadis itu menoleh pada jam dinding di sana, seingatnya dia tidak telat datang, memang sih semalam ibunya minta dipijit sebentar dan pagi ini minta dibuatkan bubur untuk sarapan, tapi... “Maaf, mbak. Tadi ibu minta buatkan bubur dulu.” “Ibumu kenapa, Ran?” tanya Alisya langsung khawatir. “Ibu nggak apa-apa, mbak hanya capek katanya di sini malah jarang bekerja,” kata Rani sambil meringis

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 267

    “Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi kalau mas terus seperti ini bukan aku yang rugi,” kata Alisya melihat sang suami lagi-lagi mengabaikannya.Pandu terdia, Alisya sepenuhnya benar. Dia kelaparan dan makan buah dan minum susu seperti Bisma tidak akan membuatnya kenyang.“Jadi bagaimana? mas mau aku buatkan nasi goreng atau lauk sayur lodeh sisa makan malam tadi?” tawar sang istri lagi.Tentu saja dalam keadaan normal Pandu akan langsung bilang untuk membuatkan nasi goreng saja, di samping nasi goreng buatan sang istri terkenal lezat, juga cocok di makan malam hari seperti ini, tapi sepertinya gengsi mengalahkan logikanya.“Sayur sisa tadi saja, di mana kamu menaruhnya?’ tanya Pandu tanpa senyum.“Yakin? Aku bisa buat nasi goreng cepat lho mas tidak perlu nunggu lama kok,” tawar Alisya lagi.Demi Tuhan kenapa istrinya ini tidak menunjukkan saja dimana dia meletakkan makanan itu saja, kenapa malah menggodanya seperti ini...“Aku ingin makan sayur tadi malam saja,” kata Pandu kukuh.Di

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 266

    Alisya tak tahu apa kesalahannya sampai sang suami mengabaikannya. Padahal tadi pagi mereka masih baik-baik saja. “Mas mau langsung makan atau mandi dulu?” tanya Alisya berusaha bersikap seperti biasa meski Pandu jelas-jelas menolak air minum yang sengaja dia siapkan, malah laki-laki itu berjalan ke dapur dan mengambil lagi. Dia memperlakukan Alisya seolah mahluk tak kasat mata.Kesal. Bingung. Marah. Sudah pasti tapi dia bukan lagi gadis remaja yang mudah marah dan mengamuk untuk sesuatu yang belum jelas ujung pangkalnya. Pandu tak menjawab dia langsung ngeloyor pergi ke kamar mereka dan segera mandi. Alisya menghela napas berusaha memupuk rasa sabar, suaminya mungkin saja sedang ada masalah dan capek pasti, apalagi dari informasi Nadia, sekretaris suaminya. Pandu terlihat bengong saja dari tadi sambil menatap keluar jendela ruangannya. Alisya tahu selama kita hidup di dunia masalah akan terus menghampiri kita, tergantung dengan kesanggupan kita, dia percaya Tuhan tidak aka

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 265

    “Urusi saja urusanmu jangan suka mencampuri urusan orang lain,” geram Pandu. Di ruang rapat dengan meja yang cukup menampung sepulu orang ini mereka duduk berhadapan, meski meja yang membatasi keduanya cukup lebar tapi Pandu tetap bisa mengamati wajah laki-laki di depannya ini dengan seksama, tidak ada nada bercanda dalam suara Pram kendati kalimatnya barusan diucapkan dengan santai. “Alisya  bukan orang lain bagiku,” jawab Pram dengan pandangan langsung menusuk bola mata Pandu. Amarah Pandu langsung naik, meski begitu sebagai orang yang sejak kecil dididik untuk memiliki pengendalian diri, Pandu tentu tidak langsung gegabah dengan memukul wajah laki-laki di depannya ini. Sebagai gantinya Pandu menggenggam tangannya dengan erat, sampai terasa perih di sana. “Kamu mencintai istriku?” tanya Pandu dengan suara mendesis.Dia tahu apapun jawaban Pram pasti berpotensi untuk membangkitkan amarahnya, dia tidak buta untuk melihat kasih sayang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 264

    “Ngomong-ngomong bulek Par sudah diberitahu bukan kalau beliau akan mendampingi kamu di pelaminan, kalau bisa beliau membawa saudara atau siapa yang akan menemaninya,” kata Pandu begitu mereka dalam perjalanan pulang ke rumah. Tentu saja Alisya belum berpikir ke sana, acara ini kesannya memang mendadak jadi dia belum sempat mengatakan pada bulek Par yang kemarin baru saja kembali ke desa setelah mengunjunginya. Memang sih pada dekorasi yang dia pilih tadi ada tempat untuk orang tua kedua belah pihak, tapi karena dia yatim piatu dan mirisnya lagi sebatang kara tanpa sanak saudara jadi dia tidak tahu  harus memajang siapa di sampingnya, memang ada bulek Par yang sudah dia anggap sebagai pengganti ibunya sendiri, tapi acara itu pasti lama dan melelahkan, dia tidak mau bulek jatuh sakit. “Apa menurut, mas, tidak akan merepotkan bulek, acara itu pasti sangat melelahkan.” “Bulek pasti seneng, mbak kalau bisa dampingi mbak Alisya, dulu saat nikahan a

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status