Share

Bab 131

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-24 19:19:54

Apa dia sudah berubah jadi pendendam sekarang? Tidak Alisya menolak keras ide itu.

Jika memang Sekar pelakunya dia berharap wanita itu merasakan penderitaan apa yang dia rasakan.

Ucapan itu keluar begitu saja begitu dia mendengar penjelasan Pram tadi.

Alisya hanya ibu yang terlalu sakit hati dan mengutuk siapa saja yang telah tega membuat bayi dalam kandungannya meninggal.

Dia tak menampik kalau dia sendiri bukan wanita baik hati dan tidak sombong, tapi sebenci apapun orang padanya tidak mungkin sampai ingin melenyapkannya.

"Kamu pulang saja ke rumah kita, di sana lebih aman," kata Pandu saat mengunjungi Alisya.

Ini sudah lima hari Alisya dirawat dan luka dibahunya sudah sedikit membaik dan dia sudah diperbolehkan pulang selama dia dirawat di sini, Alisya kukuh bayinya juga tetap di sini, karena memang tak memiliki orang lain untuk menjaganya.

Dan selama lima hari juga Pandu setiap hari datang berkunjung untuk memastikan keadaan Alisya juga bermain dengan putranya.

Membu
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Siti Nurvita Vita
thoooor napa cuma satu bab sih up nya.. gak seru bacanya kalau cuma dikit.. banyakin dong.. paling nggak 5 bab gitu kaya novel sebelah.. hwhehehe..
goodnovel comment avatar
Faidhotur Rosyadi
kok Sekarang cuma 1 bab min
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 132

    Tahu pelakunya tidak membuat ini menjadi mudah. Mereka tak punya bukti yang diperlukan.Alisya bertatapan dengan Pandu begitu keluar dari ruang introgasi.“Kurasa mas ingat ciri-ciri orang yang disebutkan pelaku tadi,” kata Alisya dengan pandangan mata yang begitu tajam pada Pandu.“Tentu, tapi kita belum punya bukti hanya omongan pelaku tak bisa menjeratnya,” jawab Pandu.“Aku akan mencari buktinya, pembunuh anakku tidak boleh berkeliaran bebas,” kata Alisya dengan pandangan mata yang menyorot tajam pada Pandu membuat laki-laki tertegun menatap wanita yang biasanya sangat lemah dan cenderung memaafkan apa yang sudah terjadi.Semut pun akan menggigit jika diinjak, begitupun dengan Alisya. Selama ini dia sudah sangat mengalah dengan semua keadaan ini. dihina dan dicaci menjadi makanan sehari-harinya membuatnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 133

    Alisya meragukannya.Tentu saja jika dia jadi Alisya akan melakukan hal yang sama.Dulu dia memang buta dan selalu membela Sekar sesalah apapun dia, tapi kini dia telah berubah matanya telah terbuka lebar dan dia akan membuktikan itu semua.“Tu-tuan sudah pulang?”Pandu mengerutkan keningnya mendengar bu Titin yang bicara dengan tergagap.Sejak perjanjian yang mereka sepakati Pandu hanya datang ke apartemennya yang ditempati Sekar, seminggu sekali, itu pun dia akan tidur di kamar tamu bukan kamarnya bersama Sekar.Berkali-kali Sekar merayu Pandu, tapi laki-laki itu tetap bergeming dan hanya mengatakan supaya Sekar intropeksi diri, tapi wanita itu begitu bebal dan sama sekali tak merasa bersalah.Mungkin dia menganggap Pandu masih laki-laki bodoh yang menerima begitu saja semua kesalaha

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 134

    Aku adalah penyebab meninggalnya putriku. Kata itu menggema di kepala Pandu seperti kaset rusak. Laki-laki itu terduduk dengan lemas di mobilnya. Kenapa dia bisa seceroboh itu, perasaan rindu yang tiba-tiba datang membuatnya mengabaikan logika sepenuhnya. Kamu memang bodoh kok kalau soal cinta, ejek batin Pandu. Tiba-tiba ponselnya menjerit dengan keras sebuah nomer baru yang menghubunginya tapi laki-laki itu tetap mengangkatnya. “Temui aku di depan kantor polisi Sekarang.” “Pramudya.” “Iya.” Dan sambungan ditutup. Depan kantor polisi apa yang terjadi? Dadanya berdebar dengan kencang, apa ada hal lain yang terjadi? Meski mereka rekan bisnis tak pernah sekalipun mereka saling menghubungi secara pribadi. Diantara mereka saling tidak menyukai, jika Sekarang Pram menghubunginya lebih dulu pasti ada alasan yang sangat penting. Pandu tiba lima belas menit kemudian dan mendapati Pr

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 135

    Manusia normal mungkin tidak akan nekad dengan mendatangi kandang macan supaya bisa selamat. Akan tetapi Sekar bangga kalau dirinya menjadi perempuan antimainstrem yang melakukannya. Jika Pandu tidak bisa membantunya dia tidak akan putus asa, di masa lalu dia mengenal Alisya sebagai gadis yang pemaaf dan cenderung bodoh, jadi di sinilah dia Sekarang di depan rumah Alisya yang dijaga beberapa satpam di depan. Cih hanya rumah kumuh saja sombong, batin perempuan itu. Akan tetapi untuk sementara dia akan mengabaikan sentimen pribadinya, nasibnya berada di tangan Alisya. Dia tidak mau dipenjara, baju penjara yang norak dan mencolok itu tidak akan cocok dengan kulitnya yang mulus dengan perawatan mahal. Dan seperti yang  Sekar duga, dia tidak diperbolehkan masuk ke dalam rumah itu. “Saya hanya ingin bicara dengan Alisya sebentar, tidak mungkin bukan saya berteriak dari sini.” Cih orang-orang  bodoh ini berani-beraninya mereka men

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 136

    Alisya menatap dua orang tamunya dengan kesal. Sudah satu jam sejak kedatangan Sekar tadi dan tiba-tiba saja Pram langsung datang -yang Alisya duga kalau orangnya yang dia tempatkan di rumah ini yang melapor- dan yang dilakukan laki-laki itu adalah mengomel, bukan hanya pada Alisya tapi juga pada dua orang satpam di depan. Alisya sampai kasihan pada mereka yang terlihat ketakutan, padahal kedua orang itu usianya setara dengan ayah Pram. "Aku baik-baik saja, Pram. Jangan berlebihan," kata Alisya entah untuk keberapa kalinya. "Apa maksudmu dengan baik-baik saja, perempuan itu berbahaya, bagaimana kalau tadi dia tadi membawa senjata, dan melukai banyak orang di sini, memangnya kamu mau tanggung jawab hah!" Sejujurnya Alisya menyadari kebenaran perkataan Pram, Sekar tega merencanakan membunuhnya, dan tidak menutupk kemungkinan perempuan itu juga bisa berbuat nekad, apalagi saat sedang kejepit seperti ini. "Aku hanya berharap dengan menemuinya bisa mendapatkan bukti yang bisa

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 137

    Dia hanya perempuan menyedihkan yang takut suami hasil mencurinya kembali dicuri. Sekar pernah diratukan oleh Pandu dan dicintai secara membabi buta, entah apa alasan rumah tangga mereka yang dibangun di atas luka Alisya bisa koyak mengingat betapa kokohnya cinta mereka yang bahkan tak hilang oleh dinding tebal pernikahannya dengan Pandu. Sekar yang hanya tahu konsep dicintai tanpa mengerti membalasnya dengan tulus pasti kehilangan arah saat semua tak seindah yang dia bayangkan. Dan Sekarang dia berjuang untuk cinta yang salah dengan jalan yang salah pula, sungguh pedih hidupnya. Alisya sebenarnya iba dengan hidup wanita-wanita yang suka mengambil milik orang lain, karena mereka tidak punya kemampuan untuk memulai sesuatu yang benar dalam hidupnya dan hanya silau dengan kebahagiaan wanita lain untuk kemudian dia perjuangkan untuk dimiliki. Sepintas memang terlihat sangat indah, diutamakan dan dilimpahi materi oleh suami orang, akan tetapi hatinya selalu tak tenang karena ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 138

    Tempat terakhir GPS itu menyala adalah showroom mobil. “Memang perempuan ini yang menjual pada kami, tapi kami juga tidak tahu kemana dia pergi setelah itu.” Tentu saja mereka tak akan peduli kemana orang yang telah menjual mobil padanya pergi setelah ini dan digunakan untuk  apa  uang yang mereka hasilkan.Sampai di sini Pandu menemui jalan buntu, Sekar juga sudah menonakifkan ponselnya dan menarik sejumlah besar uang tunai yang ada di rekeningnya. Pelarian ini sudah direncanakan ternyata. Padahal statusnya belum menjadi tersangka, tapi dengan begini akan membuatnya tidak kooperatif dan makin memberatkan hukumannya. Akan tetapi bukan hal itu yang menganggu Pandu dia khawatir dengan keselamatan Alisya dan Bisma, putranya, kemarin saja Sekar nekad mendatangi Alisya di rumahnya. Pandu tahu kalau Alisya bukan  wanita lemah dan manja tapi tetap saja, Sekar orang yang nekad dan akan melakukan segala cara agar tujuannya tercapai. 

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 139

    Sekar melempar ponselnya hingga membentur pembatas jalan dan pecah berantakan. Baru seminggu dia membeli ponsel itu dan sekarang harus membeli baru. Untung saja dia tadi tidak sengaja mendengar Benk menelpon, kalau tidak dia pasti sudah tertangkap. Sekar puas sekali tadi memukul kepalanya dan dia sangat berharap laki-laki itu mati karena pukulannya. Berani-beraninya dia mengkhianatinya. Padahal sekar sudah mengeluarkan banyak uang untuk pengkhianatan itu. Kemarahan benar-benar menguasai wanita itu, mukanya menjadi merah dan nafasnya terdengar keras seperti banteng. Seharusnya memang sejak awal Sekar tidak menemuinya, sekarang dia harus lari kemana lagi? mobilnya pasti sudah dikenali dan uang di didompetnya juga menipis, untuk mengambil uang lagi di atm pun dia tidak berani, mereka pasti akan bisa langsung melacaknya dengan mudah. Kepalanya terasa sangat pusing efek belum makan sejak tadi tapi untuk berhenti di salah satu restoran dia tidak berani, jadi pilihannya jatuh ke sebua

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 232

    "Memang harusnya istri ikut suaminya, Nduk." Hari ini Alisya datang ke rumah bulek Par, sengaja dengan membawakan kolak pisang kesukaan bulek yang tadi dia buat. Rumah bulek Par memang tidak besar tapi asri dan bersih. Alisya duduk di balai-balai bambu di teras depan rumah bulek. "Iya, bulek sepertinya ini memang sudah saatnya kasihan mas Pandu kalau pulang malam jaraknya jauh." "Lah sudah pinter kamu, pernikahan itu memang harus keduanya berjuang, kalau salah satu saja ya pincang." Alisya mengangguk, itu juga salah satu alasannya mau kembali bersama Pandu, dia melihat kalau laki-laki itu sudah berubah dan mau untuk berjuang untuk pernikahan mereka. "Tapi bulek ada yang menganggu saya sebenarnya kalau harus pindah ke rumah mas Pandu-" "Rumah kalian," koreksi bulek Par. "Iya maksud, Lisya rumah kami. Apa bulek mau ikut kami ke kota?" tanya Alisya hati-hati. Suasana desa yang tentram dan masyarakatnya yang saling tolong menolong membuat banyak warga di sini yang enggan untu

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 231

    "Mbak Alisya!" Alisya yang baru saja menyiram tanaman di depan rumahnya langsung membuang selangnya begitu Rani memeluknya erat sambil menangis. "Ada apa, Ran? ibumu baik-baik saja kan?" tanya Alisya panik, bulek Par yang pagi ini memang datang ke rumah Alisya ikut berdiri dan menatap Rani tak kalah panik.Beberapa hari yang lalu memang Alisya juga datang ke rumah Rani untuk menjenguk ibunya yang memang sudah lama mengidap penyakit darah tinggi dan sekarang saat tiba-tiba wanita itu datang dengan menangis tentu saja Alisya ikut khawatir. "Ran, ada apa?" tanya Alisya sambil merenggangkan pelukan mereka. Rani yang masih menangis langsung melongo apalagi beberapa tetangga juga sudah berkerumun ingin tahu apa yang terjadi. "Ran!" tegur Alisya lagi. "Kok banyak orang, mbak?" "Lah mereka penasaran kamu teriak tadi, ibumu kenapa?" "Hah! ibu baik-baik saja kok, aku teriak bukan karena ibu," kata Rani dan sekarang meringis salah tingkah apalagi semua mata sekarang menatapnya dengan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 230

    Pandu sudah ada di lobi begitu jam kantor Alisya bubar. Tumben. "Mas sejak tadi di sini?" tanya Alisya, resepsionis sama sekali tidak memberi tahunya, padahal setahunya Pandu sama sekali tak suka menunggu. Pandu mengangguk lalu berdiri memeluk anak dan istrinya, Bisma yang mungkin engap terjepit antara ayah dan ibunya langsung merengek. "Mas, ih peluk-peluk sembarangan." Pandu mengedikkan bahunya dengan acuh. "Kan istri sendiri." "Ye siapa bilang istri tetangga." Pandu hanya tersenyum, lalu membimbing sang istri untuk menuju mobilnya. "Bisma nggak rewel setelah imunisasi?" tanya Pandu begitu dia sudah ada di balik kemudi dengan Alisya yang sudah duduk di sampingnya. "Enggak cuma tadi tidur terus setelah minum obat." Pandu mengusap kepala Bisma dengan tangan kirinya dengan sayang, perjalanan menjadi sunyi karena Bisma yang terlihat masih ngantuk menempel erat di dada ibunya sedangkan Rani duduk di bangku belakang dengan terkantuk-kantuk, astaga padahal anak itu juga seharian

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 229

    "Mbak aku mau beli cilok dulu," kata Rani dengan ceria saat melihat penjual cilok langganannya. "Mbak mau juga?" "Tidak, itu tidak higenis."Jawaban itu bukan dari Alisya tentu saja tapi dari Pandu yang sejak mereka berangkat tadi seperti terkena sariawan. "Ta...tapi abangnya bersih kok, tuan. Pancinya juga pakai tutup." Alisya tak bisa menahan tawanya dia melihat wajah Rani yang ingin menangis saat mengatakan itu, meski begitu gadis itu nekad banget mendebat Pandu.Dan Tuan? Alisya baru saja kalau Rani selama ini memanggil Pandu dengan sebutan tuan, sama dengan semua asisten rumah tangga di rumah laki-laki itu, padahal memanggilnya dengan sebutan mbak bukan nyonya. "Ciloknya enak dan bersih kok, mas," bela Alisya. Orang kaya sih memang seperti itu, dia bahkan tidak yakin Pandu pernah makan jajanan rakyat yang tersebar di pinggir-pinggir jalan. "Memangnya kamu tidak bisa buat itu, ma. Atau nanti aku minta salah satu chef rumah mama untuk membuatkan." "Ish... mas jangan keterla

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 228

    "Lho mbak Alisya tidak ke kantor?" Orang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam rumah tangga. Ayah dan ibu Alisya dulu bukannya tak pernah bertengkar, diam-diam saat malam hari ketika Alisya terbangun dia sering mendengar orang tuanya berdebat. Bukan jenis pertengkaran yang bar-bar memang karena ayah Alisya adalah tipe laki-laki lemah lembut dalam memperlakukan istrinya, hal itu jugalah yang menjadi alasan sang ibu tidak mau menikah lagi setelah sang ayah meninggal. Hidup Alisya memang penuh dengan hinaan dan cacian, tapi tentu saja itu dilakukan orang lain, bukan orang yang dia sayangi dan Alisya memilih masa bodoh. Akan tetapi hari ini mendapati kembali wajah marah Pandu membuat tubuh Alisya gemetar, dia jadi ingat masa-masa kelam pernikahan pertama mereka. "Mbak kok malah bengong, ini Bisma kenapa kok kayak habis nangis?" Bisma memang menangis keras karena kaget dengan bentakan sang papa, karena itu tanpa banyak kata Alisya mengambil alih Bisma dan menenangkannya di tanah la

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 227

    "Selamat pagi, Al," sapa Pandu dengan wajah kuyu menahan kantuk.Pandu memang sangat tampan dan berkarisma Alisya akui itu. Hal itu jugalah salah satu hal yang membuatnya dulu jatuh hati. Bahkan celana pendek dan kaos oblong terbukti tidak melunturkan ketampanan itu. Akan tetapi wajahnya yang lelah tidak bisa berbohong, seperti sayur kangkung yang sudah dua hari di atas meja dapur, layu."Mas kalau masih ngantuk tidur saja," kata Alisya. "Kenapa kamu pikir mas masih ngantuk?" tanya Pandu sambil cemberut lalu menggeret kursi meja makan dan duduk di sana. "Karena aku bisa melihat," kata Alisya kesal. "Oh," jawab laki-laki itu tak fokus, dia malah duduk bengong menatap Alisya yang sedang memasak. "Atau mas mau mandi sekarang, biar aku siapkan dulu." "Masak mandi dulu baru menyapu?" "Aku bisa menyapu nanti atau aku bisa minta tolong bulek Par, mas mandi saja." "Mas masih ngantuk tapi," jawab Pandu tanpa dosa. Alisya langsung meletakkan spatulanya, melotot kesal pada sang suami ya

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 226

    "Aku suka baumu, Al." Alisya tahu ada yang salah di sini, ini bukan hanya soal pulang telat atau tidak adanya pesan mesra lagi yang Pandu kirimkan ada masalah berat yang mungkin sebentar lagi menyambangi mereka, Alisya sih tidak suka berandai-andai, dia melihat apa yang nyata di depannya saja. "Mas terlihat capek sekali, mandi dulu baru istirahat," kata Alisya sambil berusaha melerai pelukan Pandu. Di masa lalu dia tahu laki-laki ini bahkan pernah pulang tengah malam juga, tapi kali ini meski hanya pulang jam sembilan malam wajahnya sekusut saat dia pulang dini hari. Bukannya melepas Alisya, Pandu malah kembali mengeratkan pelukannya di tubuh sang istri dan tangannya yang sudah gentayangan kemana-mana, mengabsen semua bagian tubuh istrinya. Alisya hanya diam dan membiarkan saja apa yang Pandu lakukan, sebagai seorang suami tentu Pandu berhak atas tubuhnya. Pandu mulai menciumi wajah Alisya juga bagian atas tubuh istrinya, tapi saat dia sudah mengangkat sang istri dan bersiap men

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 225

    Ibunya pernah bilang kalau semua hal di dunia ini berpasangan. Baik dan buruk. Laki-laki dan perempuan. Cinta dan benci. Harap dan kecewa. Alisya sangat memahami hal itu, dan dia setuju pada sang ibu, karena itu dia selalu melakukan segala sesuatu dengan hati-hati, berharap bisa meminimalisir harapan dalam hatinya agar jika semua tak seperti yang dia inginkan kekecewaan tak akan menghancurkannya. Dia pernah mendapat pelajaran yang sangat berharga karena melupakan pesan itu, pernikahannya dengan Pandu dulu membuat rasa cinta yang begitu besar dalam hatinya langsung tumbuh subur dan kehilangan akal sehat, saat semua tak sesuai dengan angannya Alisya sangat kecewa dan memilih melarikan diri demi kewarasannya juga. Dan sekarang dalam pernikahannya yang kedua ini menekan hatinya untuk tak terlalu berharap, tapi perhatian Pandu dan kelembutan laki-laki itu membuatnya terbuai. Tidak menghubunginya saat makan siang sebenarnya hanya masalah kecil saja, tapi membuat hatinya begitu kecew

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 224

    "Apa saja jadwalku hari ini, Nad?" tanya Pandu begitu dia memasuki ruangannya dengan sang sekretaris yang mengekorinya di belakang. Ini hari Senin, dan dia harus dibuat kesal dengan kemacetan tadi pagi, padahal Alisya sudah membangunkannya lebih awal tapi kegiatan menyenangkan tadi selepas subuh bersama sang istri membuat mereka terlambat bangun. Seharusnya dia memang mencari akal untuk merayu sang istri untuk pindah rumah, dia sih senang-senang saja tinggal di sana apalagi orang-orangnya yang sangat ramah, tapi melewati jalanan yang macet tiap pagi bukan hobinya. "Baik, pak." Sang sekretaris langsung membacakan jadwalnya hari ini. "Kamu yakin semua jadwal yang kamu buat itu, bahkan kamu menjadwalkan makan siang dengan klien, kamu tahu bukan kalau aku selalu makan masakan istriku," kata Pandu tak senang, tadi pagi Alisya hanya membuatkan roti dengan selai strawberry, buah dan segelas kopi susu. Bagi Pandu yang perutnya sudah terbiasa dengan berbagai macam masakan Indonesia bua

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status