Hingga subuh, Arion terjaga demi Airyn. Gadis itu baru saja bisa tidur setelah lelah menangis. Dia bahkan lama sekali berada di bawah pancuran shower untuk membersihkan diri. Arion sampai ikutan basah saat menghentikan Airyn menyakiti diri sendiri. Arion paham bagaimana gadis itu merasa kecewa setelah dilecehkan, tetapi tidak membenarkan cara Airyn melampiaskan ke dirinya.Bagaimana pun Airyn tidak salah, dia hanyalah korban dari keberengsekan seorang pria yang tidak berotak seperti Sagara.Arion sudah menyangka jika perbuatan Sagara ini akan berdampak negatif bagi Airyn. Tindakan pria itu benar-benar gila, tidak bisa dimaklumi lagi untuk kali ini. Arion sudah mengurusnya melalui Bagas, menjebloskan Sagara ke penjara tanpa pandang bulu. Arion sama sekali tidak kasihan, bahkan kalau bisa biar dia saja yang menyiksa Sagara. Cuman, Arion masih mengingat reputasi dan kariernya sebagai putra sulung Harrison. Dia akan menjadi penerus dan harus menghindari berita tidak baik tentangnya. Jang
Sehari Arion biarkan Airyn tidak masuk kantor, memberinya waktu menenangkan diri. Namun, bagaimana jika ini sudah hari ke tiga Airyn tak memberinya kabar?Mau tidak mau, Arion terpaksa mendatangi Airyn untuk melihat keadaannya—meski hari itu Arion sudah berjanji tidak akan mengganggu Airyn dulu."Istirahatlah, saya tidak akan mengganggu kamu. Besok, jika keadaan kamu masih tidak memungkinkan, tidak usah masuk kantor. Kamu butuh waktu dan ruang untuk sendiri, saya mengerti."Itulah yang Arion katakan sebelum Airyn turun dari mobilnya. Gadis itu tampak lebih tenang, meski tatapannya masih menyirat banyak kesedihan. Airyn memang menjadi pendiam, bahkan setelah berpelukan dengan Arion di hotel, dia tampak was-was lagi."Airyn ada?" tanya Arion pada Guntur, kebetulan pria itu di rumah.Guntur menatap Arion beberapa saat, lalu tersenyum tipis sebelum mempersilakan masuk. "Terjadi sesuatu pada putri saya, 'kan?" Bukannya menjawab, Guntur malah balik bertanya. Guntur meminta waktu sebentar un
Sekitar jam sembilan malam, Airyn terbangun. Dia terkesiap melihat Arion masih berada di kursi—ketiduran, dengan menjadikan lipatan tangan sebagai bantalan di meja belajarnya. Airyn sadar jika Arion sangat lelah, pulang kantor langsung menyambangi rumahnya.Tidak langsung Airyn bangunkan, dia segera meraih handuk untuk mandi. Terakhir Airyn mandi dua hari lalu, itu pun jika dia tidak salah ingat. Airyn sibuk membereskan kamar, sebab hanya itulah yang dapat dia lakukan saat sedang stress.Selesai mandi, Airyn menyiapkan dua mangkuk mie instan untuknya dan Arion. Kebetulan sekarang Guntur sedang tidak di rumah, tadi Airyn sudah kirimkan pesan pada Veroni, katanya mereka sedang jalan-jalan.Baru berniat masuk kamar untuk membangunkan Arion, ternyata mereka malah berpapasan di pintu. "Bapak ngagetin aja. Badan udah besar, gelap juga di dalam!" decak Airyn memegangi dadanya."Saya lapar, Ai.""Aku masak, tapi cuman mie instan." Arion langsung mengangguk, duluan turun menuju dapur. "Aku tam
Ketika langit mulai menggelap, Arion baru sampai di kediamannya. Airyn menunggu sejak tadi, karena tidak betah sendirian di ruangan sebesar ini. Dia merasa ada seseorang yang mengawasi, padahal tidak ada siapa pun di sana selain dirinya.Airyn terpaksa menginap lagi, karena Guntur dan Veroni keluar kota bersama. Guntur mengantarkan kekasihnya pulang kampung, sekaligus berkenalan dengan keluarga Veroni. Entah mau menikah atau bagaimana, Airyn belum mendengar kabar pasti.Mengejutkan, Guntur menitipkan Airyn pada Arion. Alhasil dia akan menginap dua malam di kediaman Arion, sebab papanya percaya jika hanya pria itu yang bisa melindungi Airyn.Arion tidak berada di kantor seharian, alhasil Airyn benar merasa terkurung. Dia tidak bisa jalan-jalan, takut ada yang menculik lagi. Bagas juga terlihat sibuk, padahal Airyn tidak masalah jika pria itu mengajaknya bertengkar—daripada kesepian.Bohong, kata Arion di kantor banyak kerjaan. Terbukti seharian Airyn hanya mengutak-atik komputernya kar
"Ai, itu kamu?"Airyn terkejut ketika mendapati Arion datang dari kegelapan ruangan. Dia memang berada di dapur, sedang membuat teh karena tidak bisa tidur setelah bermimpi buruk. "Mimpi buruk lagi?""Pak Arion, pakai baju dulu!" keluhnya enggan menatap terlalu lama. Kebiasaan Arion yang mulai Airyn pahami, pria itu tidak suka mengenakan baju saat tidur. Tidak kenal cuaca sedang dingin, tetap saja ditanggalkan.Arion menarik kursi bar, membuka kaleng bir dan menegaknya. Sedikit mencuri pandang, Airyn memerhatikan jakun Arion bergerak naik turun saat menegak bir itu. Ah, kenapa kelihatan gagah dan seksi sekali?"Aish!" decak Airyn mengisap tangannya yang kena air panas."Pelan-pelan, Ai. Apa baik-baik saja?" Airyn mengangguk, segera menaruh gula dan tehnya ke tempat semula. "Bapak kenapa belum tidur?" Dia ikut duduk di samping Arion, sebenarnya masih canggung karena ciuman tadi. Tapi karena Arion biasa saja, malu Airyn tidak terlalu mendominasi."Saya haus. Kamu kenapa selalu mimpi bur
"Untuk kamu, sesuai janji saya." Airyn sedang tidak ada kerjaan—Arion pun baru datang, sejak tadi Airyn sibuk menyelesaikan susunan puzzle milik Arion sambil menikmati kentang goreng yang dia beri bumbu pedas. "Buka, isinya bukan jebakan tikus. Kamu menyebalkan sekali, seolah sedang mencurigai saya yang tidak-tidak."Airyn terkikik berhasil mengerjai Arion, kemudian mimik wajahnya kembali ceria. "Apa, nih? Aku takut dalamnya ular mainan. Meski mainan, aku tetap takut dan geli."Arion bersandar di sofa, selesai melepaskan jas, dasi, dan membuka tiga kancing teratas kemejanya. Dia kepanasan setelah dari luar. "Kamu kira saya terpikir untuk membeli barang tidak berguna seperti itu?""Jangan marah-marah dong, aku cuman menerka dalamnya. Emosian banget dari tadi pagi, ngalah-ngalahin cewek lagi PMS." Airyn geleng-geleng, keheranan."Kamu menyulut sekali, ingin saya kunyah."Airyn cekikikan geli, segera membuka kotak yang lagi-lagi terlihat cantik dengan pita lucu di atasnya. Dia senang sek
"Tidak usah dipikirin ucapan bunda. Maaf jika mengganggu kamu." Arion menunggu Airyn mandi di kamarnya, dia membawakan pakaian baru dari Megan. "Pakai ini, punya bunda. Masih baru, cocok warnanya buat kamu."Airyn mengambil dress itu, mengangguk kecil. "Pak Arion, bilangin ya ke bunda, kalau kita nggak ada hubungan apa-apa. Aku nggak mau mereka salah paham. Kita udah omongin ini sebelumnya dan Bapak setuju.""Kalau saya beneran suka kamu gimana, Ai?"Ucapan Arion sontak menghentikan langkahan Airyn menuju ruang pakaian. Dia terdiam beberapa saat dengan debaran dada kembali kencang, tidak tahu harus menanggapinya seperti apa. Bahkan untuk sekadar menatap Arion, Airyn tidak bisa."Saya suka kamu sejak pertama kali kita ketemu. Kamu pikir saya bersikap baik selama ini hanya semata-mata ingin menolong kamu? Kamu benar tidak sadar dengan sikap dan perhatian saya, Ai?"Mau tidak mau, Airyn menghadap Arion. Dia berusaha tersenyum, sementara matanya mulai berlinang. "Pak, jangan kayak gini. A
Matahari menerobos habis-habisan melalui jendela yang terbuka lebar, angin pun ikut andil menerpa dream catcher yang tergantung di tengah jendela. Para burung dengan gagah mengepakkan sayap sambil berkicau bak alunan lagu yang sangat merdu.Cuaca pagi ini sangat cerah, namun sama sekali tak mengganggu dua insan yang tengah tertidur pulas di bawah selimut yang sama. Saking besarnya tubuh sang pria, membuat si gadis tenggelam dalam dekapannya. Semalaman penuh, Arion memberi kehangatan untuk Airyn setelah berhasil mengintimidasi gadis itu. Arion senang, Airyn cukup penurut meski terpaksa karena takut."Heuh, berisik!" decak Airyn ketika ponsel di nakas berulang kali berdering. Dia menggeliat pelan sembari pengumpulkan nyawa, menggaruk kepala yang tiba-tiba gatal sambil menguap lebar.Ketika sadar posisinya tengah berada di dada seseorang, Airyn langsung terlonjak dan menjauh. Refleks, gerakan tangkas Airyn membangunkan Arion."Ai, sakit." Arion mengeluh memegangi dadanya yang kena pukula