"Hentikan, Jason. Hentikan!" Robert terperangah melihat putra kandungnya sedang memukuli seseorang. Laki-laki setengah baya itu mendorong tubuh Jason hingga terjatuh ke belakang."Apa yang kau lakukan hah?! bentak Robert.Jennifer langsung menghambur menghampiri Edward. "Bagaimana keadaanmu, Ed?" Jennifer menangis sedangkan Edward sudah tidak bisa bergerak. Laki-laki itu sudah sangat lemah dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya."Tenang, Sayang. Jangan menangis. Biar Papa akan memanggil ambulans kemari." Robert dengan cekatan merogoh saku celananya lalu menelepon ambulans.Anthony yang sedang duduk di rerumputan, merasa iri ketika Jennifer sangat mengkhawatirkan Edward laki-laki yang telah memukulnya dengan membabi buta."Pa, dia telah menyakiti Jenny itu sebabnya kenapa Jenu pulang ke rumah kita dan bersedih." ucap Jason."Apapun masalahnya, kau tidak berhak untuk main tangan. Semuanya harus kita selesaikan secara baik-baik dan semua keputusan berada di tangan adikmu. Bagaimanapun j
"Aku hanya menagih janjiku, Jes." Alex mengungkung tubuh Jessica, sehingga wanita itu tidak dapat bergerak. "Jika mereka benar-benar berpisah, aku akan memenuhi janjiku." Jessica mencari alasan untuk menolak keinginan Alex malam ini."Jangan mencari alasan. Aku sudah membuktikannya, tapi kau mencari-cari alasan""Aku tidak mau, kau baru saja menyentuh wanita lain." tolak Jessica."Itu karena kau selalu menolakku. Aku laki-laki normal yang punya kebutuhan. Bagaimana denganmu, setelah aku pindah ke luar negri. Berapa banyak laki-laki yang kau tiduri? Bukankah kau akan berganti pacar, satu minggu sekali?""Bukan urusanmu!""Jangan sok suci setelah bertemu dengan laki-laki pujaanmu itu!" hardik Alex."Tidak ada sangkut pautnya dengan Edward!""Kalau laki-laki itu bisa membuatmu berhenti berpetualang dari laki-laki satu ke laki-laki lainnya. Aku juga bisa berbuat yang sama. Aku mencintaimu, terima aku dan aku hanya akan menyentuh satu wanita. Yaitu kamu, cuma kamu, Jes.""Tapi masalahnya,
"Ed, hentikan!" rintih Jenifer."Bagaimana aku bisa berhenti kalau rasanya senikmat ini, Jen." Edward menghisap puncak Dada Jenifer setelah membuka kancing kemejanya Jenifer dan menarik cup bra yang menutupi kedua buah dada montok itu."Tapi jangan sekarang ….""Ayolah, aku sangat merindukanmu. Dua hari setelah berpisah denganmu, sudah membuat kepalaku ingin meledak." rayu Edward."Ed, kalau kita teruskan aku takut kau akan semakin babak belur.""Siapa lagi yang akan menghajarku?""Aku yakin, Papa dan Kak Jason sedang menuju kemari. Ahhh …," Jennifer mendesah karena Edward tidak berhenti menyerangnya."Mereka?" seketika Edward menghentikan aksinya."B-benar," suara Jennifer tertahan karena menahan nafsu yang sudah mulai memuncak."Tapi sepertinya kau sangat kesakitan sebelum kau mengeluarkan air cinta itu." ledek Edward karena melihat wajah Jenifer merah padam."Tidak apa, aku bisa menahannya …." desah Jennifer sambil menahan napasnya."Ayolah, aku bantu.""Jangan, tidak usah." tolak
"Itu tidak bisa!" Jennifer dan Edward bersamaan menjawab.Robert dan Jason memicingkan matanya melihat sepasang calon pengantin itu."M-maksudku, aku harus mengurus kafeku dulu sebelum kutinggalkan untuk acara pernikahan dan persiapannya." dusta Jennifer, ia paham jika Edward tidak akan membiarkannya untuk berpisah dengannya terlalu lama."Benar, saya juga ingin mengajak Jenifer untuk memilih tempat, makanan dan gaun pengantin. Walaupun semuanya sudah ada yang mengurus. Tapi bagian tertentu kami juga punya andil dalam persiapan nanti." Edward menambahkan."Baiklah, kami akan memberikan waktu satu minggu. Setelah itu kami akan menjemput Jenny pulang ke Texas. Kalian akan dilarang untuk bertemu hingga hari pernikahan nanti." tegas Jason.Jennifer dan Edward saling lirik, mereka sama-sama tidak setuju dengan keputusan dari Robert dan Jason."Tidak ada pembantahan, Kakakmu berkata benar, Sayang. Lagipula setelah itu kalian akan segera berstatus sebagai suami istri." ucap Robert. "Kalian be
"Prang!" suara pecahan gelas terdengar nyaring di apartemennya Jessica. Wanita cantik itu mengamuk setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Kim padanya. Berita mengejutkan tentang pernikahan Edward dan Jennifer yang tiba-tiba. Padahal sebelumnya, Alex memperlihatkan video rekaman di mana Edward dan Jennifer bertengkar dan Jennifer menangis lalu meninggalkan Edward. Tapi kenapa sekarang mereka sedang memesan gaun pengantin? Dan Kim memberikan beberapa photo hasil jepretan ponselnya. Di photo itu, mereka berdua sangat mesra, Edward memeluk pinggang Jennifer dan salah satu photo itu memperlihatkan Edward mencium bibir Jennifer."Sialan! Berengsek! Aaa …" Jessica berteriak seperti orang yang kesetanan. Sakit hati dan kecewa kembali ia rasakan. Cinta untuk Edward di hatinya tidak membuatnya bahagia, tapi sebaliknya membuat hidupnya sengsara."Ya Tuhan, apa salahku. Kenapa mencintainya sesakit ini. Padahal aku tulus mencintainya dan hanya menjaga hati dan tubuhku untuknya." gumam Jessica
"Ed," desah Jenifer ketika rasa hangat lidah Edward menyesap puncak dadanya. Jenifer hanya pasrah ketika Edward bergantian mengulum, melilitkan lidahnya di kedua puncak dadanya secara bergantian. Mata Jenifer terpejam karena mulai merasakan gelenyar nikmat yang bergulung-gulung menghantam pertahanan kewarasannya.Setelah puas bermain-main dengan kedua buah dada favoritnya. Edward lalu menjilat setiap inci kulitnya Jenifer, dimulai dari belahan dadanya Jenifer dan mulai turun ke bawah hingga tali pusat gadis itu. Sambil menggelitik tali pusatnya Jenifer. Edward membuka kaki Jenifer lalu menekuknya sehingga kewanitaannya Jenifer ikut terbuka. Dan Jenifer tahu ke mana arah tujuannya Edward. Jenifer sudah hafal jika kekasihnya itu akan membuatnya menahan napas karena mempermainkan kewanitaannya dengan lidah, bibir dan jarinya."Ed …." Jenifer mulai merintih nikmat. Edward memainkan klirotisnya Jenifer sedangkan lidah dan bibirnya tak henti-hentinya menyesap kedua bibir kewanitaannya Jennif
"Aku ingin kau sembuh, oleh sebab itu aku membawamu ke sini." ucap Alex yang tidak bergeming saat Jessica memukulinya. "Alex, Alex, bajingan! Aku tidak mau, lepaskan aku!" Jessica terus berteriak dan meronta. Semua orang yang berada di klinik Dan jalanan yang mereka lalui melirik karena teriakan keras dari Jessica.Alex menurunkan Jessica setelah sampai di ruang psikolog yang bernama Anne Davis."Nona Davis," Sapa Alex.Tuan Lewis, akhirnya Anda datang. Ini ….""Dia Jessica Hall, teman wanita saya. Dia yang pernah saya ceritakan via telepon.""Apa? Kau menceritakan kehidupanku dengan orang lain? Kurang ajar sekali dirimu, Alex! Kau tidak berhak ikut campur dengan kehidupanku, bajingan!" Jessica mulai emosi dengan memukul dadanya Alex."Nona, Nona Hall tenang, tenanglah Nona. Saya hanya ingin membantu Nona. Anggaplah saya teman Nona. Bagaimana kalau kita ngobrol tentang kehidupan kita." rayu Anne."Kau pikir aku bodoh, hah?! Kau ingin menyelidiki privasiku. Kau ingin mengorek rahasia
"Sayang," Edward memandang Jenifer dengan tatapan memohon."Jangan lama-lama," bisik Jenifer."Aku tidak janji," Edward langsung membuka kancing kemejanya Jennifer lalu membuka pengait bra nya. Seperti biasa, Edward langsung menghisap puncak dadanya Jenifer."Ed, geli." Jennifer menggelinjang dan ingin bangun dari pangkuannya Edward. Namun Edward lebih gesit memeluk punggung Jennifer sehingga gadis itu tidak bisa menghindari lumatan panas mulutnya Edward. Jennifer pun akhirnya pasrah, mendesahkan nama Edward sambil meremas rambut tebalnya.Edward perlahan bangkit dari duduknya lalu mengangkat tubuh Jenifer. Jennifer seperti anak koala yang menempel pada Edward. Sedangkan Edward menenggelamkan wajahnya di belahan dadanya Jenifer. Ranjang king size miliknya menjadi tujuannya Edward. Ia perlahan menurunkan tubuh Jenifer di ranjang lalu menindihnya."Jen, aku menginginkanmu. Aku sangat menginginkanmu saat ini." Edward berusaha membuka resleting celana jeansnya Jennifer."Ed," Jennifer mera