"Ed, hentikan!" rintih Jenifer."Bagaimana aku bisa berhenti kalau rasanya senikmat ini, Jen." Edward menghisap puncak Dada Jenifer setelah membuka kancing kemejanya Jenifer dan menarik cup bra yang menutupi kedua buah dada montok itu."Tapi jangan sekarang ….""Ayolah, aku sangat merindukanmu. Dua hari setelah berpisah denganmu, sudah membuat kepalaku ingin meledak." rayu Edward."Ed, kalau kita teruskan aku takut kau akan semakin babak belur.""Siapa lagi yang akan menghajarku?""Aku yakin, Papa dan Kak Jason sedang menuju kemari. Ahhh …," Jennifer mendesah karena Edward tidak berhenti menyerangnya."Mereka?" seketika Edward menghentikan aksinya."B-benar," suara Jennifer tertahan karena menahan nafsu yang sudah mulai memuncak."Tapi sepertinya kau sangat kesakitan sebelum kau mengeluarkan air cinta itu." ledek Edward karena melihat wajah Jenifer merah padam."Tidak apa, aku bisa menahannya …." desah Jennifer sambil menahan napasnya."Ayolah, aku bantu.""Jangan, tidak usah." tolak
"Itu tidak bisa!" Jennifer dan Edward bersamaan menjawab.Robert dan Jason memicingkan matanya melihat sepasang calon pengantin itu."M-maksudku, aku harus mengurus kafeku dulu sebelum kutinggalkan untuk acara pernikahan dan persiapannya." dusta Jennifer, ia paham jika Edward tidak akan membiarkannya untuk berpisah dengannya terlalu lama."Benar, saya juga ingin mengajak Jenifer untuk memilih tempat, makanan dan gaun pengantin. Walaupun semuanya sudah ada yang mengurus. Tapi bagian tertentu kami juga punya andil dalam persiapan nanti." Edward menambahkan."Baiklah, kami akan memberikan waktu satu minggu. Setelah itu kami akan menjemput Jenny pulang ke Texas. Kalian akan dilarang untuk bertemu hingga hari pernikahan nanti." tegas Jason.Jennifer dan Edward saling lirik, mereka sama-sama tidak setuju dengan keputusan dari Robert dan Jason."Tidak ada pembantahan, Kakakmu berkata benar, Sayang. Lagipula setelah itu kalian akan segera berstatus sebagai suami istri." ucap Robert. "Kalian be
"Prang!" suara pecahan gelas terdengar nyaring di apartemennya Jessica. Wanita cantik itu mengamuk setelah membaca pesan yang dikirimkan oleh Kim padanya. Berita mengejutkan tentang pernikahan Edward dan Jennifer yang tiba-tiba. Padahal sebelumnya, Alex memperlihatkan video rekaman di mana Edward dan Jennifer bertengkar dan Jennifer menangis lalu meninggalkan Edward. Tapi kenapa sekarang mereka sedang memesan gaun pengantin? Dan Kim memberikan beberapa photo hasil jepretan ponselnya. Di photo itu, mereka berdua sangat mesra, Edward memeluk pinggang Jennifer dan salah satu photo itu memperlihatkan Edward mencium bibir Jennifer."Sialan! Berengsek! Aaa …" Jessica berteriak seperti orang yang kesetanan. Sakit hati dan kecewa kembali ia rasakan. Cinta untuk Edward di hatinya tidak membuatnya bahagia, tapi sebaliknya membuat hidupnya sengsara."Ya Tuhan, apa salahku. Kenapa mencintainya sesakit ini. Padahal aku tulus mencintainya dan hanya menjaga hati dan tubuhku untuknya." gumam Jessica
"Ed," desah Jenifer ketika rasa hangat lidah Edward menyesap puncak dadanya. Jenifer hanya pasrah ketika Edward bergantian mengulum, melilitkan lidahnya di kedua puncak dadanya secara bergantian. Mata Jenifer terpejam karena mulai merasakan gelenyar nikmat yang bergulung-gulung menghantam pertahanan kewarasannya.Setelah puas bermain-main dengan kedua buah dada favoritnya. Edward lalu menjilat setiap inci kulitnya Jenifer, dimulai dari belahan dadanya Jenifer dan mulai turun ke bawah hingga tali pusat gadis itu. Sambil menggelitik tali pusatnya Jenifer. Edward membuka kaki Jenifer lalu menekuknya sehingga kewanitaannya Jenifer ikut terbuka. Dan Jenifer tahu ke mana arah tujuannya Edward. Jenifer sudah hafal jika kekasihnya itu akan membuatnya menahan napas karena mempermainkan kewanitaannya dengan lidah, bibir dan jarinya."Ed …." Jenifer mulai merintih nikmat. Edward memainkan klirotisnya Jenifer sedangkan lidah dan bibirnya tak henti-hentinya menyesap kedua bibir kewanitaannya Jennif
"Aku ingin kau sembuh, oleh sebab itu aku membawamu ke sini." ucap Alex yang tidak bergeming saat Jessica memukulinya. "Alex, Alex, bajingan! Aku tidak mau, lepaskan aku!" Jessica terus berteriak dan meronta. Semua orang yang berada di klinik Dan jalanan yang mereka lalui melirik karena teriakan keras dari Jessica.Alex menurunkan Jessica setelah sampai di ruang psikolog yang bernama Anne Davis."Nona Davis," Sapa Alex.Tuan Lewis, akhirnya Anda datang. Ini ….""Dia Jessica Hall, teman wanita saya. Dia yang pernah saya ceritakan via telepon.""Apa? Kau menceritakan kehidupanku dengan orang lain? Kurang ajar sekali dirimu, Alex! Kau tidak berhak ikut campur dengan kehidupanku, bajingan!" Jessica mulai emosi dengan memukul dadanya Alex."Nona, Nona Hall tenang, tenanglah Nona. Saya hanya ingin membantu Nona. Anggaplah saya teman Nona. Bagaimana kalau kita ngobrol tentang kehidupan kita." rayu Anne."Kau pikir aku bodoh, hah?! Kau ingin menyelidiki privasiku. Kau ingin mengorek rahasia
"Sayang," Edward memandang Jenifer dengan tatapan memohon."Jangan lama-lama," bisik Jenifer."Aku tidak janji," Edward langsung membuka kancing kemejanya Jennifer lalu membuka pengait bra nya. Seperti biasa, Edward langsung menghisap puncak dadanya Jenifer."Ed, geli." Jennifer menggelinjang dan ingin bangun dari pangkuannya Edward. Namun Edward lebih gesit memeluk punggung Jennifer sehingga gadis itu tidak bisa menghindari lumatan panas mulutnya Edward. Jennifer pun akhirnya pasrah, mendesahkan nama Edward sambil meremas rambut tebalnya.Edward perlahan bangkit dari duduknya lalu mengangkat tubuh Jenifer. Jennifer seperti anak koala yang menempel pada Edward. Sedangkan Edward menenggelamkan wajahnya di belahan dadanya Jenifer. Ranjang king size miliknya menjadi tujuannya Edward. Ia perlahan menurunkan tubuh Jenifer di ranjang lalu menindihnya."Jen, aku menginginkanmu. Aku sangat menginginkanmu saat ini." Edward berusaha membuka resleting celana jeansnya Jennifer."Ed," Jennifer mera
Setelah semalaman tidak bisa tidur pagi-pagi sekali Edward sudah menyambangi kafe milik Jennifer yang berlokasi tepat di depan kantor William Corporation. Edward memutuskan sebelum berangkat kerja, ia ingin melihat Jennifer terlebih dahulu. Dalam semalam saja rindunya sudah tidak dapat dibendung. Edward membayangkan satu minggu ke depan tanpa bisa melihat Jennifer membuatnya sangat frustasi."Selamat pagi," sapa Edward kepada Ema, asisten pribadinya Jennifer."Selamat pagi, Tuan Williams.""Ema, apakah Nona Watson sudah berangkat pagi ini?" "Maaf Tuan, hari ini Nona Watson tidak akan berangkat ke kafe." "Apa?!" mata Edward terbelalak karena terkejut mendengar ucapan Ema yang mengatakan bahwa Jennifer hari ini tidak akan berada di kafe."Kenapa tidak berangkat?""Saya tidak tahu, Tuan. Semalam Nona Watson mengirimkan pesan kepada saya katanya ada hal penting yang harus diurus. Sehingga hari ini Nona Watson tidak akan datang ke kafe dan menyuruh saya untuk menghandle pekerjaan yang ber
"Tian," Samantha mendesah saat dirinya mencapai klimaks. Saat ini Samantha sedang duduk di pangkuan Bastian. Laki-laki muda yang sudah menjadi kekasihnya selama empat bulan itu sulit untuk ditolak kemauannya. Bastian sangat bersemangat. Kejantanannya yang masih menyatu dengan kewanitaannya Samantha terasa dicengkram karena Samantha telah mencapai klimaks."Tian, aku lapar." rengek Samantha."Tunggu sebentar, aku hampir keluar." Bastian menggeram sambil memeluk tubuh polos Samantha ketika dirinya mengeluarkan cairan pelepasannya."S-sam," Bastian sudah tidak tahan lagi. Cairan pelepasannya masuk ke dalam kewanitaannya Samantha.Bastian terkekeh, ia mengecup bibir Samantha lalu mengelus perut buncit wanita itu dengan sayang. "Dia baik-baik saja, kan?""Dia baik," ucap Samantha sambil mengelus perut buncitnya."Tadi aku takut dia terluka ketika aku memelukmu."Samantha terkekeh lalu turun dari pangkuannya Bastian."Kenapa turun?""Kau lupa? Aku sudah lapar dan Bos sudah menunggu kita."