Share

MEZZALUNA [Indonesia]
MEZZALUNA [Indonesia]
Penulis: DRoss

PROLOGUE

Penulis: DRoss
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Peluh bercucuran membasahi kedua sisi wajah pria berhidung mancung yang tengah terengah kehabisan napas.

Rahangnya nampak begitu tegas saat segaris keringat turun melalui tulangnya yang menonjol. Ia membungkuk sembari mengusap sebagian keringat yang meluncur membasahi ekor mata kanannya.

Gadis yang ia kejar selama beberapa menit lalu akhirnya berbalik –membungkuk seraya mengulurkan tangan kanannya, hendak menyapu sebagian keringat yang membanjiri sisi kiri wajah pria yang ada di hadapannya.

"Biar aku bantu, Ash." ucap sang gadis.

Sang pemilik nama menepis uluran tangan gadis tersebut, lalu menjawab, "Tidak perlu." tegasnya.

Gadis itu memberi anggukkan kecil sebagai tanda setuju. Ia paham bahwa Ash memang menolak dibantu untuk membereskan urusan remeh macam itu.

Ash kembali menegakkan tubuhnya. Ia tatap gadis  berpakaian serba hitam itu lamat-lamat.

"Leona," panggil Ash seperti ingin menanyakan sesuatu.

"Hm?" Gadis itu menaikan pandangannya; menatap Ash yang sedikit lebih tinggi darinya.

"Bicaralah, Ash. Jangan setengah-setengah." sambung Leona.

Ash memejamkan kedua matanya seraya mengusap seluruh bagian wajahnya dengan sapuan kasar. Di detik berikutnya Ash mengusap bagian belakang kepalanya dengan cara yang sama. Kasar.

Jelas sekali Ash tengah mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk mengungkapkan beberapa hal yang membuat dadanya terasa sesak.

Satu langkah, dua langkah, Ash mendekat lalu menghentikan langkahnya saat tak ada lagi jarak antara dirinya dan Leona.

Tak ada yang dilakukannya selama lima belas detik. Ash hanya memandangi Leona yang tengah memberikan seluruh atensinya pada pria yang nampak begitu menjulang di hadapannya.

Ash mendesah pasrah. "Apa artinya hubungan ini untukmu, Leona?," tanya Ace pada Leona. "Apa kau hanya menganggapku sebagai mainan?"

Leona mengerjap; menatap Ace lamat-lamat sembari mengulas senyum simpul khasnya. "Memangnya, kau pikir aku ini sedang mempermainkanmu?"

Ash kembali mengusap wajahnya dengan sapuan kasar. Helaan napasnya terdengar begitu berat dan tertahan. Ash pun mendongak, memandangi langit yang tiba-tiba terlihat begitu sendu.

Ash menutupi sepasang netra coklatnya dengan kedua telapak tangannya. Ucapan Leona terdengar begitu menusuk walau tak ada satu kalimat pun yang diucapkan dengan penekanan.

Sekelebat bayangan yang begitu menyesakkan dada kembali muncul dalam ingatan. Segala tingkah menyebalkan Leona, sikap Leona yang selalu berubah tanpa peringatan, bahkan akhir-akhir ini Leona selalu bertindak semaunya.

Awalnya, Ash mencoba memaklumi. Baginya, mungkin itu adalah sifat alami dari seorang vampire. Akan tetapi, setelah dipikir berulang kali pun rasanya sangat tidak masuk akal.

Karena setiap kali Ash kedapatan berinteraksi dengan gadis lain, atau bahkan memberikan pertolongan-pertolongan kecil pada gadis lain, sikap Leona langsung meledak-ledak seperti orang yang tengah terbakar cemburu.

Di lain waktu, Leona bertingkah seolah Ash bukanlah siapa-siapa baginya.

Ya, sejujurnya, mungkin Ash memang bukan siapa-siapa bagi Leona. Tapi, Leona benar-benar bersikap seolah Ash bukanlah seseorang yang cukup dekat dengannya.

Kejadian itu selalu terjadi berulang-ulang setiap kali seseorang yang disebut sebagai bagian dari keluarga Skarsgard datang.

Di lain kesempatan, ketika semuanya terasa benar, ketika hanya ada dirinya dan Ash, Leona benar-benar bersikap manis. Siapapun yang tanpa sengaja menyaksikan mereka menghabiskan waktu bersama akan beranggapan bahwa mereka adalah sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara.

Ash membuang napas gusarnya sembari menyapu bawah matanya yang terasa berat. Ash kembali menurunkan pandangannya sambil lalu menatap sepasang manik hazel milik Leona.

"Apa artinya aku untukmu, Leona?" tanya Ash; nada bicaranya terdengar sedikit tinggi dan itu berhasil membuyarkan segala macam lamunan Leona.

Terdengar helaan napas cukup panjang, diiringi dengan desahan pasrah di akhir. Manik hazel Leona bergerak cepat ke segala penjuru, memandangi seluruh aspek yang ada pada diri Ash.

Lalu di detik berikutnya, Leona memberikan seluruh atensinya pada iris legam milik Ash tanpa menunjukan ekspresi apapun.

Alih-alih menjawab pertanyaan Ash, Leona justru melontarkan pertanyaan yang sama. Ia mendekatkan labiumnya pada salah satu telinga Ash, lalu berbisik, "Apa artinya aku untukmu, Ash?" bisiknya dengan penekanan pada tiga kalimat terakhir.

Leona mundur selangkah lalu kembali memandangi netra elang Ash sembari memiringkan sedikit kepalanya ke sisi kanan dan mengulas senyum simpul khasnya.

"Tanpa aku jelaskan, kau sudah tahu betul jawabannya, 'kan?" ujar Leona diiringi tawa sarkas di akhir kalimat.

Ash menunjukan seringainya sebelum akhirnya melakukan hal yang sama, –mendekatkan wajahnya pada Leona, membuat ujung hidung mereka saling beradu.

Ash mendesah pasrah. Ia memejamkan matanya selama beberapa saat, lalu menatap ke dalam netra hazel milik Leona.

"Baiklah. Lakukan sesukamu, Leona Argent." lirih Ash.

Ash berbalik, dengan langkahnya yang panjang, Ash meninggalkan Leona dalam sekejap.

Leona bergeming. Yang ia lakukan hanya memandangi kepergian Ash dengan tatapan sendunya.

Ia baru saja menyadari bahwa apa yang ada dalam pikirannya berbanding terbalik dengan apa yang ada dalam pikiran Ash.

Ia pikir Ash akan memeluknya, memintanya untuk berada di sisinya—selamanya. Namun seolah tertampar kenyataan, dengan lantang seseorang berteriak, melontarkan kalimat yang benar-benar membuat sepasang netra bulatnya terbuka lebar selama beberapa detik.

"Kalian tidak akan pernah bisa bersama!" seru seseorang dari suatu tempat.

"Menyerahlah, Argent!" sambungnya seraya menampakkan diri dari balik pohon besar; tak jauh dari tempat Leona berpijak saat itu.

Benar yang dikatakan orang itu. Sekeras apapun mereka berusaha untuk bersama, mereka memang tak akan pernah bisa menyatu.

Setelah meresapi arti kalimat yang orang tersebut katakan, Leona menundukkan kepalanya selama beberapa saat; mengembuskan napasnya dengan kasar seraya mendongak, menatap langit sore yang entah sejak kapan nampak begitu abu-abu. Seperti perasaannya.

"Sudahlah. Berhenti mendatangiku, Damien Skarsgard. Aku tidak tertarik untuk kembali padamu!" seru Leona saat ekor matanya berhasil menangkap sosok yang sangat dikenalnya. Damien Skarsgard.

"Menyerahlah jika sudah menyadarinya, Argent!" tegas Damien sekali lagi.

Netra elangnya tengah memindai Leona dari ujung kepala hingga ujung kaki. Entah apa yang ia temukan di sana, namun itu benar-benar berhasil membuatnya tersenyum miring saat netra mereka akhirnya bertemu.

Damien mengulurkan tangan kanannya ke hadapan Leona. "Kembalilah padaku, Leona. Menjadi bagian dari Keluarga Skarsgard bukanlah sebuah kesalahan." ucap Damien penuh harap.

"Berhenti mengganggunya, Damien!" pekik Ash.

Kalimat itu berhasil membuat Leona dan Damien mendongakkan kepalanya; memandangi Ash yang entah sejak kapan duduk di salah satu cabang pohon besar, persis berada di belakang Leona.

"Ash?" panggil Leona saat netranya berhasil menangkap sosok Ash yang tengah mengulas seringai tajamnya.

"Sejak kapan kau berada di atas sana?" tanya Leona penasaran.

TAP!

TAP!

TAP!

Damien mendekat, –berdiri di hadapan Leona sembari menatap gadis yang ada di hadapannya lamat-lamat. Leona mengernyit dan hendak mundur teratur, namun Damien berhasil menarik Leona mendekat –menghapus jarak di antara keduanya.

"Kembalilah padaku." bisik Damien. "Tak ada gunanya mencintai makhluk yang bukan kaummu, Argent."

Pemandangan tersebut berhasil membuat Ash memanas. Kuku-kuku tajam mulai bermunculan satu persatu. Terdengar suara sobekan halus dari pakaian yang dikenakannya.

Dalam hitungan detik semua pakaian milik Ash koyak. Tubuhnya membesar –berubah ke bentuk asli. Serigala berbulu abu-abu.

Dengan rahangnya yang mengeras ia menunjukan taring tajamnya seraya melesat ke arah Damien. Keduanya bertemu di udara, saling menyerang, dan yang terdengar selanjutnya hanya suara koyakan juga erangan dari keduanya.

***

To be continue...

***

        

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Kikiw
ninggalin jejakkk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • MEZZALUNA [Indonesia]   FIREPLACE

    Salju pertama turun sore itu. Seluruh anggota Keluarga Argent memandangi hamparan putih yang mereka pijak. Kota Moonwood menyambut kedatangan para makhluk berdarah dingin itu dengan butiran putih yang turun dari langit. Satu persatu dari mereka memasuki pekarangan rumah bergaya classic itu. Rumah yang akan mereka jadikan sebagai tempat berlindung baru, –persembunyian dari kejaran para Skarsgard.Rumah itu jauh lebih besar dari tempat tinggal mereka sebelumnya. Semuanya terlihat begitu nyaman. Bahkan, Malia banyak tersenyum sejak ia memasuki rumah itu untuk pertama kalinya. Ia tampak begitu senang. Dengan suaranya yang riang, dalam sudut pandang Malia, suasana rumah itu terasa seperti suasana tempat tinggal keluarga aslinya, Keluarga Hale. Loui yang sejak memijakkan kedua kakinya di tanah Moonwood hanya m

  • MEZZALUNA [Indonesia]   HYBRID

    Di tempat lain, tak begitu jauh dari kediaman Keluarga Argent, seorang wanita tampak sibuk –hilir mudik kesana-kemari, menjajakan berbagai macam makanan yang akan mereka santap malam itu. Erin Cooper. Seorang ibu tunggal yang menjadi tulang punggung keluarga sejak kepergian suaminya, sepuluh tahun lalu. Pagi hingga sore hari ia akan sibuk dengan segala macam pekerjaan kantor, malamnya ia menunaikan tugasnya sebagai seorang ibu bagi kedua anak kembarnya. Gabriel dan Ashton.Sekilas keluarga kecil itu nampak seperti keluarga biasa pada umumnya. Namun kenyataannya mereka bukan dari kalangan keluarga biasa. Erin adalah istri dari Dennis Cooper –seorang werewolf yang paling disegani di Kota Moonwood. Dennis meninggal sepuluh tahun lalu saat terjadi perselisihan antara klan werewolves dan klan vampire, –kematian Dennis masih menjadi mister

  • MEZZALUNA [Indonesia]   PUREBLOODS

    "Katakan yang sejujurnya. Siapa yang telah mengubahmu menjadi seorang Hybrid, Archie?" tuntut Ash.Archie menggaruk ujung alisnya, ia benar-benar sudah ketahuan. "Ah. Itu... Sebenarnya, aku juga tidak tahu pasti siapa yang melakukannya saat itu. Karena-"Archie terperangah. Ia belum benar-benar menyelesaikan kalimatnya, namun Ash dengan begitu tenang menyela ucapannya."Apa sang Purebloods itu ada di dalam sana?" tanya Ash seraya mengulurkan telunjuk kanannya ke bangunan megah Mitchell mansion yang terpampang jelas di hadapan mereka.Ini bahaya. Ash tak melepaskan tatapan tajamnya barang sedetik pun dari bangunan megah itu. Ia berusaha memindai, mencari pelaku yang telah mengubah sahabatnya itu.Meski tatapan dan nada bicaranya begitu tenang, hal itu justru membahayakan. Ash tengah mengumpulkan seluruh ke

  • MEZZALUNA [Indonesia]   SIBLINGS

    Masih di ruangan yang sama, semua anggota Keluarga Argent memberikan seluruh atensinya pada Charles seorang. Ia menyimpan sendiri kegusarannya, dan berhasil membuat anak juga cucunya merasa khawatir –penasaran dengan penyebabnya.Ketiga cucunya mendekat, lalu berdiri melingkari sang kakek."Apa mulut Kakek tidak terasa asam? Kakek menjadi pendiam setelah bersentuhan dengan bocah hybrid tadi." cecar Leona.Leona merotasikan bola matanya saat Charles tiba-tiba tertawa geli melihat tingkah dan ucapannya.Tidak. Bukan hanya Charles, tapi semua orang yang ada di ruangan itu pun ikut tertawa. Ia melemparkan tatapan nyalangnya pada mereka yang telah menertawainya sejak beberapa saat lalu."Bisakah Kakek berhenti tertawa? Bukan saatnya untuk menertawakanku, kek." Leona bersungut-sungut.

  • MEZZALUNA [Indonesia]   RESTLESS

    "Ashton! Kemarilah, Nak." panggil Erin saat pintu depan rumahnya berderit disusul suara langkah kaki.Ash segera menegakkan tubuhnya setelah berhasil menutup rapat pintu –dihampirinya Erin dengan langkah panjangnya. "Maaf, Bu. Aku lupa kalau hari ini kita punya acara makan malam bersama." jelasnya.Erin segera memeluk putranya sambil lalu mengucap selamat disertai serangkaian doa dan harapannya pada sang sulung.Ash bergeming. Ia mengeratkan pelukannya pada Erin."Aku hampir membuat keributan, bu." lirih Ash."Apa kau membuat keributan di Mitchell Hills, Ash?" Erin penasaran.Di sepersekian detik berikutnya Ash melepaskan pelukannya, –menatap ke dalam netra sendu milik Erin.

  • MEZZALUNA [Indonesia]   KISSES

    Malia tengah asyik menuangkan air panas ke dalam mug besar kesayangannya. Senyumnya mengembang saat mendengar suara langkah kaki yang bersahutan semakin mendekat padanya."Loui. Kita bisa mengobrol di balkon kamarmu, 'kan? Aku tidak ingin memandangi bulan sen-" Malia melonjak kaget saat berbalik; Luca berdiri di ambang pintu dan menatapnya dengan sendu.Malia terus menyunggingkan senyum manisnya –ia berusaha keras mencairkan kecanggungan yang baru saja dibuatnya tanpa sengaja. "Mau bercerita tentang sesuatu?" tanya Malia penuh semangat.Luca beranjak, berjalan mendahului setelah memberikan sebuah anggukkan sebagai jawaban.Malia mengekorinya dengan canggung. Ia benar-benar bingung dan merasa tak enak hati. Ia memanggil nama Loui sebelum berbalik dan memastikan siapa yang mendatanginya saat itu.

  • MEZZALUNA [Indonesia]   CAN WE TALK?

    "Kakak! Apa kau membuat Malia marah?" Leona angkat bicara setelah hampir tiga puluh menit hening karena semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing.Loui fokus mengemudi dan memperhatikan jalanan di depannya. Luca yang duduk di belakangnya sedang tenggelam bersama buku tebal yang ada dalam genggamannya.Malia yang hari itu memilih duduk di samping Luca menyandarkan kepalanya pada kaca jendela, sambil memejamkan mata –berpura-pura tidur."Loui Argent! Can you hear me?" Leona memiringkan sedikit kepalanya; memperhatikan Loui yang begitu asyik mengendarai mobil baru mereka.Loui melirik Leona sekilas, lalu kembali memberikan seluruh atensinya pada jalanan di depan mereka. Ia terkekeh pelan saat menangkap raut kesal yang ditunjukan Leona padanya. "Kita bicarakan itu nanti, Leona Argent." bisiknya.Leona menci

  • MEZZALUNA [Indonesia]   IT'S LUCIEN

    "Leona, kami tunggu di parkiran, ya? Sepertinya Ash ingin membicarakan banyak hal."Malia segera menarik Loui –membawanya pergi meninggalkan Leona bersama Ash.Mereka menghentikan langkahnya saat netra keduanya menangkap Leona dan Ash pergi menuju hutan belakang gedung Universitas.Awalnya, Malia dan Loui ingin membiarkan mereka menyelesaikan urusan yang harus mereka selesaikan. Namun saat indera penciuman Loui menangkap bau yang sangat tak asing. Ia menjadi khawatir.Segera Loui membawa Malia ke tempat di mana Gabe dan Archie berada –menitipkan Malia pada keduanya."Hey!" pekik Malia. "Memangnya aku barang? Kenapa kamu menitipkanku pada mereka?" Malia bersungut-sungut kesal mendengar kata 'titip' yang Loui ucapkan pada Gabe dan Archie.Loui mengulas senyum simpulnya seraya mengusap puncak kepala Malia dengan lembut dan berkata, "Ma

Bab terbaru

  • MEZZALUNA [Indonesia]   EPILOGUE

    Sejak kejadian hari itu Lyla tak pernah muncul di manapun, bahkan nomer ponselnya tak aktif. Bahkan bibi, paman, juga kakak sepupunya tak pernah tahu Lyla pergi ke mana. Yang mereka tahu, malam itu Lyla hanya berpamitan untuk pergi menemui seseorang dengan berbekal long coath ungu kesayangannya.Tiga bulan lamanya, seluruh anggota kepolisian dikerahkan untuk mencari Lyla. Namun seharipun, segala usaha yang mereka lakukan tak membuahkan hasil. Nihil.Dan pada akhirnya, seluruh anggota Keluarga Justice menyerah untuk mencari Lyla. Namun mereka tetap memasang iklan berbayar yang ditayangkan di seluruh stasiun Televisi Nasional dan Swasta tentang hilangnya salah satu anggota keluarga mereka.Di sisi lain, Archie yang masih belum bisa mengurangi rasa sukanya pada Malia memilih untuk mengencani gadis manapun. Hingga hari ini, identitas baru Archie sebagai seorang Hybrid masih dirahasiakan —tidak diungkapkan secara terang-terangan. Hanya saja, ketika ada yang bertanya, ia akan men

  • MEZZALUNA [Indonesia]   DEAD END

    Ash memberikan seluruh atensinya pada Rosalie, mengunci tatapannya pada wanita berpakaian serba merah di hadapannya. Ia tahu, meski Rosalie tampak pasrah, sebagai seorang ibu, Rosalie ingin mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk menemukan di mana jasad putri kesayangannya berada.Saat itu juga, setelah masing-masing memberi anggukkan sepakat, mereka berpencar menyusuri hutan pada garis lurus —sejajar demi memudahkan titik temu saat mereka menemukan apa yang mereka cari. *** Di Kastil Skarsgard Gabe bersama dua kawanannya tampak khawatir menyaksikan sebagian gedung kokoh itu ambruk sebagian. Tidak seperti yang dikatakan Loui sebelumnya. Alih-alih dilalap si jago merah, bangunan klasik itu justru luruh sebagian.Sang Beta mengelilingi setiap sudut bangunan kastil, mencari jalan masuk aman sekedar untuk memberikan pertolongan pada si sulung Argent yang masih berada di dalam sana.Saat ia hendak membawa keempat tungkainya memasuki salah

  • MEZZALUNA [Indonesia]   ALREADY GONE

    Rosalie hanya mengangguk ketika mendengar segala macam informasi yang disampaikan pria bertubuh tinggi besar di hadapannya.Ia mengabarkan tentang perkelahian yang terjadi antara Ash, Damien dan Leona. Dan sang gadis menjadi satu-satunya korban dalam kejadian tersebut.Sementara Stefan juga Charles hanya bisa menghela napas, Malia menjadi satu-satunya yang meneteskan air mata, serta Luca tampak begitu marah ketika mendengar seluruh rentetan kejadiannya."Bagaimana dengan Loui?" tanya Malia pada pria besar di hadapan mereka.Sang gadis tampak begitu mengkhawatirkan keadaan si Sulung Argent yang kini telah menjadi bagian dari Keluarga Skarsgard."Apakah Loui baik-baik saja di sana?" tanya Malia lagi.Pria itu bungkam, tak bisa memberikan jawaban pasti pada gadis bertubuh mungil di hadapannya, sebab ia belum sempat memasuki Kastil Skarsgard ketika tiba di depan perbatasan.Di sepersekian detik berikutnya ia mengendikkan bahunya, lantas memberikan sebu

  • MEZZALUNA [Indonesia]   ALMOST DONE - II

    Dengan tenang Loui melepas cengkraman Irina dalam satu kali sentakan, lantas menarik selembar penutup besi di sisi tungku —menutup lubang tersebut dengan segera.Dalam sekejap lubang besar itu tertutup sempurna. Loui hanya bisa mendengar teriakan Irina setelah tungku perapian itu berhasil disumpal lembaran besi tebal."Maaf, Irina. Ini bukanlah hari kematianku." monolog Loui sebelum akhirnya ia beranjak menuruni tangga dan mencari sisa penghuni kastil tersebut. Lucien, dan Victoria tentunya.***Hutan yang sebelumnya dijadikan tempat bertarung oleh Ash dan Damien kembali hening seperti sebelum tersentuh oleh keduanya. Hanya terdengar suara kicauan burung hantu ketika malam bertugas menggantikan segala kicauan riang yang hanya muncul ketika langit terang.Sepasang kaki memasuki hutan, sesekali menghentikan langkahnya sembari memperhatikan sekitar —memindai setiap sudut yang ada.Sang pemilik tungkai kembali bergerak menuju sat

  • MEZZALUNA [Indonesia]   ALMOST DONE - I

    CRASH!Damien memisahkan kepala sang gadis dari tubuhnya dalam satu tarikan kuat. Di saat yang sama Ash berbalik. Tubuhnya mematung melihat sebelah tangan Damien memegangi kepala sang gadis yang telah terpisah dari tubuhnya."Take this!" Damien melemparkan kepala sang gadis pada Ash yang tengah mematung di sebrang sana. "Have fun with her!"Damien tertawa. Suara husky-nya menguar, memenuhi segala keheningan dan kegelapan yang mulai menyelimuti hutan.Ia masih enggan meninggalkan tempat tersebut —ingin melihat reaksi seperti apa yang akan ditunjukkan sang Alpha ketika melihat gadisnya sudah tak bernyawa karena ulahnya.Ash spontan menangkap apa yang dilemparkan Damien ke hadapannya. Dipeluknya, lantas dipandanginya wajah sang gadis yang terlihat jauh lebih pucat. Diusapnya kelopak mata sang gadis yang semula tertutup.Beberapa detik setelah Ash membawa tungkainya ke tempat di mana tubuh sang gadis tumbang. Dengan tangannya yang gemetar, san

  • MEZZALUNA [Indonesia]   VERSUS

    "Pulanglah. Aku tahu apa yang harus kuperbuat."Suara baritone itu terdengar tegas dan dalam. Lain dari biasanya. Tidak seperti Ash yang dikenalnya. Bahkan sorot tajamnya tampak lain. Gelap. Seperti yang ditunjukkan Damien ketika menyaksikan segala keintiman yang mereka tunjukkan di hadapannya.Tanpa mengatakan apapun kedua pemuda itu bergeser dan berbondong-bondong menuju hutan pinus di belakang perbukitan.Leona mengejar, namun dengan sigap —tanpa mempertimbangkan segala macam resikonya Damien mengibakan sebelah tangannya pada gadis yang tengah berusaha membututinya dan Sang Alpha.Sang gadis terlempar jauh —berguling dari puncak bukit. Di sepersekian detik berikutnya Damien kembali mengibaskan tangannya, lantas membuat sebuah gerakan seperti tengah mengikat sesuatu dari kejauhan. Di saat yang sama Leona mengerang ketika tubuhnya terasa seperti diikat.Ash berbalik, melompat ke udara dengan sebagian tubuhnya yang mulai ditumbuhi bulu abu-abu, l

  • MEZZALUNA [Indonesia]   GO HOME, LEONA.

    "I said, can't you stop talking?"Untuk kesekian kali Leona kembali mengulangi ucapannya. Ia menginginkan hal lain daripada mengobrol dengan pemuda yang tengah berada dalam rengkuhannya."Will do. But, can you promise me something?"Sorot mata Ash tampak begitu serius. Lain dari yang ia tunjukkan sebelumnya. Ia tengah bersungguh-sungguh dengan ucapannya, menginginkan sang gadis untuk menjanjikannya sesuatu.Leona menarik napas panjang sebelum kembali bersuara dan menjawab permintaan sang Alpha. "Go on. Say it." tantangnya."Let me set you free. Will you?" balas sang Alpha dengan segala kesungguhan yang dituangkannya melalui tatapan.Leona mengernyit bingung. Kedua pangkal alisnya hampir menyatu —bertemu di titik yang sama. Ia tergugu-gugu. Bukan enggan menjawab, hanya saja, ia tahu maksud sesungguhnya dari ucapan sang Alpha.Leona sadar bahwa Ash tahu apa yang tengah di hadapinya saat ini. Melalui sorot tajamnya, ia memberikan sebuah tanda ya

  • MEZZALUNA [Indonesia]   WILL YOU

    Hening. Gadis di hadapannya itu tak memberikan jawaban apapun. Bahkan tatapannya tampak kosong tanpa ekspresi apapun. Terlihat dingin dan menyeramkan dalam satu waktu.Sadar dengan atmosfir tersebut, Ash memilih memakaikan sebuah helm ke atas kepala Leona dengan sangat hati-hati hingga terpasang dengan benar —melindungi salah satu bagian berharga di tubuh sang gadis.Setelah berhasil memakai pelindung kepala, Ash naik ke atas motornya —menyalakan mesin, lantas mengulurkan tangan kanannya ke hadapan sang gadis dengan maksud memberi bantuan untuk menaiki kuda besinya yang berperawakan tinggi besar, agak sulit untuk dinaiki para gadis.Ash menancap gas setelah Leona duduk dengan aman di balik punggungnya sembari memeluknya dari belakang. Gadis itu bungkam, tak mengatakan apapun, bahkan wajahnya tak hidup seperti sebelumnya. Meski tak merasa melakukan sesuatu hal yang menyinggung bahkan menyakiti hati Leona, Ash memilih menepi di bahu jalan dan mengajaknya ber

  • MEZZALUNA [Indonesia]   YOU LOOK GREAT

    Ash terus menerus mengulas senyum —memandangi pantulan dirinya di cermin, sudah 15 menit lamanya ia melakukan hal tersebut. Ia terus memandangi seluruh aspek yang ada pada dirinya, dari ujung kepala hingga ujung kaki —termasuk pakaian yang melekat di tubuhnya saat itu.Jika bergeser sedikit ke belakang, persis di balik punggungnya Ash menyembunyikan setumpuk pakaian yang telah dicobanya sejak 30 menit yang lalu.Ia benar-benar sibuk memilah pakaian dan tampilan apa yang cocok ia gunakan untuk menemui Leona, melakukan segala macam hal dengan sang gadis selama satu hari penuh, seperti yang ia janjikan padanya beberapa hari lalu.***"Bisakah kita piknik ke perbukitan —tempat favorit kedua orang tuamu, Leona?"Sepasang mata bulat Leona memicing, mencurigai sesuatu. "Apa kau sedang berusaha mengajakku berkencan?" selidik Leona percaya diri.Tanpa ragu Ash mengangguk, lalu memberi respon, "Jika ya, apa kau akan menolak?"Alis

DMCA.com Protection Status