Afura mengenggam erat telapak tangan Abizar. Tidak sengaja kuku panjangnya mencakar pria itu. “Awas Mas!” Di depan mereka ada kucing yang melintas. Mata Abizar menoleh ke Afura yang terus mengenggam tangannya.M
Bruk!
Mobil Abizar tidak sengaja menambrak kucing tersebut. “Astagfirullah!”
Mereka berdua turun dari mobil, memeriksa keadaan kucing tersebut. Ternyata kaki kucing malang itu terserempet mobil. “Astagfirullah, Mas ada kota P3K?”
“Kayaknya ada di belakang.”
Semenjak kepergian Salman, sikap Abizar sangat aneh. Dia mendiamkan Afura beberapa hari. Bahkan, hanya berbicara seperlunya. Membuat perasaan Afura tidak enak. “Ih, emang aku pernah ada salah gitu? Kok, diemin aku,” gertu Afura sambil mondar-mandir di depan Asrama Ustadzah. “Seharusnya kan, aku yang marah. Dia udah udah bilang kasar sama aku kemarin.” “Hai Bu Nyai, lagi apa sih. Kok, mukanya kayak seterika rusak.” “Bukan apa-apa.” “Bohong!” tunjuk Hanina tidak percaya.&nbs
Pyar! Sebuah batu besar menghantam kaca asramaputra membuat seluruh santri keluar dengan ketakutan. Kejadian itu bukan hanya sekali tapi berulang kali selama satu minggu. Abah dan Abizar bergegas menuju tempat kerjadian perkara dengan wajah panik. “Mana batunya?” “Ini Ustadz!” Rama ketua pengurus asrama Khalid bin walid menyerahkan batu yang di bungkus kertas. Abizar membuka isi surat tersebut yang bertulis ‘Pondok Pembunuh’ “Astagfirullah siapa yang menulis ini?” “Bawa dia ke kantor Abah. Dan kerahkan seluruh santri untuk menjaga keamaan pondok lebih ketat.” “Baik Bah!” Abizar tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah Abah Rifaai. Di dalam kantor pengasuh, Abah memegang kepalanya yang penat. Sudah puluhan tahun pria tua itu mengurus santri. Tapi belum pernah ada kejadian seperti ini. “Gimana Bah, udah hampir seminggu pondok di terror. Alangkah lebih baiknya kita lapor ke polisi.”
“Gimana Mas? Kasus terror di pondok sudah selesai?” tanya Afura sambil meletakkan sup di atas meja. “Udah.” “Alhamdulilah Mas… Mas!” “Iya, ada apa?”Afura meletakkan tangan suaminya di atas kepala. “Maaf Mas, aku baru memintak maaf sekarang. Dan apapun kesalahnku, aku benar-benar mintak maaf.” “Gadis ini, apa aku terlalu keras padanya,” batin Abizar. “Saya maafkan.”&nbs
“Maaf Mas!” tutur Afura di depan pintu toilet pesawat. Dia benar-benar merasa bersalah karena muntah di kemeja Abizar. Pria itu keluar dari toilet dengan wajah datar. Terlihat wajah lelah kesal bercampur menjadi satu. “Masukin bajuku ke kresek!” “Iya Mas.” Mereka pun meneruskan perjalan dengan diam-diaman. Hingga sesampainya di bandara, Ulin di abaikan oleh Abizar. “Kumat deh Mas Abizar,” batin Afura. “Tunggu Mas!” teriak Afura sambil membawa barangnya yang banyak. Hingga dia menabrak seseorang bertubuh besar. Membuat badannya meringsut kebelakang. “Aw!” “I’am Sorry!” ujar B
“Tumben Umi senyam-senyum sendiri pagi-pagi,” tanya Abah duduk di samping Umi sambil membuka lembaran Alquran dan menyeruput kopi. “Ini loh Bah, Umi seneng banget.” “Senang kenapa? Mau dapat arisan.” “Bukan Bah, kabar Abizar sama Afura. Kayaknya kita bakalan punya cucu lagi deh Bah.” “Yang bener.” “Lah iya, orang tadi Afura nelfon Umi terus muntah-muntah. Berarti dia hamil dong Bah!” ucap Umi Ima antusias. “Pokoknya, mereka pulang Umi mau bikin syukuran yang besar.” “Kan, kabarnya belum pasti Umi.” “Umi udah yakin pasti Afura pasti hamil.” Abah mengeleng-gelengkan kepala. “Terserah Umi, mending Abah lanjut baca Quran.” Sebenarnya Abah juga berharap, ada suara bayi lagi di rumah mereka. Setelah kepergian Zahra dan cucunya. Rumah mereka ini semakin sepi. Tapi, melihat hubungan Abizar dan Afura. Dia tidak yakin bahwa mereka akan punya anak. *** “Kan, bener aku nggak ha
Yodania5 Tahun laluPria tinggi yang memakai kopyah arab, dan menenteng tas itu berhenti di ujung jalan. Melihat Sebuah mobil Jeep berhenti di dekat lampu jalan yang sepi, mengeluarkan sesuatu dari dalam mobil. Kemudian mereka terlihat ketakutan dan pergi begitu saja. Karena rasa penasarannya, Abizar mendekati barang yang dibuang mereka. Perasaannya benar-benar tidak enak. Terlebih saat dia lihat, ternyata yang di buang mereka adalah seorang gadis dengan rambut acak-acakan dan baju yang sudah di robek. Abizar tersentak melihat sesuatu yang di lihatnya, “Astagfirullah, Kenapa dia bisa seperti ini?” Buru-buru dia membopong gadis itu menuju rumah saki terdekat.Malam ini, dia baru pulang dari kajian syekh Ali Mahmud yang diadakan setiap Seminggu sekali. Tapi karena harus membantu membersihkan masjid dia harus pulang terlambat. Sedangkan teman-temannya lain sudah pulang. “alraja' musaeidat hadhih almar'a!” teriak Abizar dengan suara lantang
Drrtt! “Abizar!”Di saat bersaman ponsel Afura berdering, buru-buru dia mengambil ponsel tidak memperhatikan perkataan gadis yang di tolongnya. “Assalamualaikum Umi!” “Walaikumsallam. Gimana hasilnya?” tanya Wanita tua dari sebrang. Afura berusaha menjelaskan dengan sebaik-baiknya agar uminya tidak kecewa. “Yaudah, nggak papa. Jaga ke sehatan di sana. Entah kenapa, akhir-akhir ini perasaanmu umi nggak enak tentang kalian berdua.” “Umi tenang aja, Afura bakalan jagain anakmu dan anak umi tidak akan berkurang sedikitpun sa
POV Tresha “Kurang ngajar!” Tangan besar itu melempar kepalaku kedinding, terasa berdenyut-denyut tidak karuan. Samar-samar aku mendengar dia membisikkan sesuatu di telingaku “Ini akibat menentangku!” Dia meninggalkanku sendirian berbaring tidak berdaya. Perawat datang dan merawatku. Namaku Tresha AdiNegara, aku adalah putri dari pengusaha terkenal di Indonesia. Walaupun ayahku orang campuran dari Negara lain. Saat aku berumur 25 tahun, Ayahku mengalami masalah di perusahaan. Membuatku harus menikahi rekan kerja agar dia mau membantu keluargaku. Padahal aku sudah merelaka pacar untuk kakaku dan orang yang kucinta. Dan saat ini, aku h