Drrtt! “Abizar!”Di saat bersaman ponsel Afura berdering, buru-buru dia mengambil ponsel tidak memperhatikan perkataan gadis yang di tolongnya. “Assalamualaikum Umi!” “Walaikumsallam. Gimana hasilnya?” tanya Wanita tua dari sebrang. Afura berusaha menjelaskan dengan sebaik-baiknya agar uminya tidak kecewa. “Yaudah, nggak papa. Jaga ke sehatan di sana. Entah kenapa, akhir-akhir ini perasaanmu umi nggak enak tentang kalian berdua.” “Umi tenang aja, Afura bakalan jagain anakmu dan anak umi tidak akan berkurang sedikitpun sa
POV Tresha “Kurang ngajar!” Tangan besar itu melempar kepalaku kedinding, terasa berdenyut-denyut tidak karuan. Samar-samar aku mendengar dia membisikkan sesuatu di telingaku “Ini akibat menentangku!” Dia meninggalkanku sendirian berbaring tidak berdaya. Perawat datang dan merawatku. Namaku Tresha AdiNegara, aku adalah putri dari pengusaha terkenal di Indonesia. Walaupun ayahku orang campuran dari Negara lain. Saat aku berumur 25 tahun, Ayahku mengalami masalah di perusahaan. Membuatku harus menikahi rekan kerja agar dia mau membantu keluargaku. Padahal aku sudah merelaka pacar untuk kakaku dan orang yang kucinta. Dan saat ini, aku h
Pov TreshaAku di bawa mereka ke sebuah kontrakan yang baru saja mereka pesan. Demi menampungku, mereka rela pindah dari hotel ke penginapan kecil. Sekali-kali mata nakalku menatap Abizar, tapi pria itu membuang wajah bahkan menunduk seperti melihat hantu. Jika tidak sengaja berbicara, dia hanya merespon singkat berbeda responnya pada istrinya. Saat aku hendak ke toilet, samar-samar aku mendengar suara mereka. Karena kontrakan murah. Suara mereka sangat terdengar di telingaku. Mataku mendelik saat pria itu mengatakan kata-kata manis pada Afura. Aku tahu, gadis itu istrinya. Tapi perkataanya seolah-olah ingin pamer kemesraan. Rasanya dadaku panas. Tapi aku mencoba untuk bertahan.&n
POV 3Abizar mendorong gadis di dekapnnya sampai dia terjatuh. Selang infus ikut terjatuh, bahkan jarum suntiknya ikut copot. Tetes darah bercucuran. “Kamu!” Dahi Abizar berkerut sambil telunjuknya mengarahkan pada gadis yang di tolong istrinya. “Apa maksudnya tadi?” “Abizar! Kamu benar-benar jahat. Aku tau, kamu marah sama aku karena orang tuaku kan? Tapi tolong, jangan perlakukan aku seperti orang asing.” “Aku akan memanggilkan perawat memeriksamu.” Abizar menahan amarahnya yang bergejolak. Menyadari bawah tadi gadis itu mau menciumnya. “Astagfirullah Ada apa dengannya. Belum sempat Abizar keluar, sebuah tangan menahannya. Memberikan sebuah kerudung. “Kenapa kau sampai menolongku, kenapa? Seharusnya di hari itu aku mati. Agar aku tidak bertemu pria yang sudah menyiksa batinku.”Perkataan gadis itu membuat kepalanya sakit. Ada kata-kata yang seperti tidak asing. Pernah bersemayam di benaknya dulu. “Kamu!
Di bawah sinar rembulan, seorang pria duduk di atas lantai dingin. Matanya tertutup kain dan tangannya kebelakang di lilit tali. Satu tendangan menghantam kaki, perut bahkan kepala. Hingga tubuh Pria itu tersungkur di lantai. Cairan amis mengalir di ujung bibirnya. “Oh ini, dia orangnya!” gumam suara serak berat itu. Kemudian menghantam perut pria yang meringkuk di atas lantai. “Rasakan ini! Makanya, jangan mendekati anakku.” “Hukh… hukh… aku akan tetap menikahi putrimu. Jangan halangi kami,” ujar Abizar dengan bibir bergetar. &ldqu
“Ustadzah Hanina!” panggil Afura. “Ada apa Woy?” “Aku mau mengajar.” “Terus aku harus bilang wow gitu?” “jangan bercanda. Ini loh, aku nitip Tresha. Dia nggak kerasan katanya kalau di asrama sendirian. Apalagi, hari ini Umi Ima ada acara di rumah Pak Rt.” “Yaudah, sini-sini. Kamu pergi aja. Bule cantik ini biar sama aku aja.” Setelah beberapa
Afura mundur beberapa langkah, menutup mulutnya. Setetes demi setetes air mata tumpah. Dia mencoba menghapusnya dalam diam. Sambil memperhatikan dua anak manusia yang seperti dua orang yang benar-benar saling merindukan. “Abizar, aku ada di sini!” ujar Tresha terharu. Akhirnya orang dia cintai itu memanggil namanya setelah sekian lama mereka tidak bertemu “Alhamdulilah, kamu baik-baik saja.” “Kamu marah sama aku?” tanya Tresha bibir bergetar. Dialah penyebab mereka harus berpisah. Karena ancaman papanya. Dan demi menyelamatkan Abizar, terpaksa dia meninggalkan pria itu. “Nggak, mungkin dari awal itu takdir terbaik.”Air mata Tresha tumpah
Semilir angin menerbangkan gamis dan kerudung Afura pelan. Diiringi langkahnya yang pelan menuju rumah Umi Ima. “Assalamualaikum Umi!” berulang kali gadis itu mengetuk pintu tapi tidak ada jawaban. Samar-samar dia mendengar suara tawa dari dalam. Segera, Afura melangkahkan kaki menuju samping rumah. Mengintip kaca berwarna hitam itu. Terlihat Umi Ima sedang membuat sesuatu dengan Tresha. “Umi nggak jawab karena berdua dengan Tresha.” Dia pun lekas masuk ke dalam. “Umi! Aku panggil-panggil nggak jawab.” “Umi lagi sibuk bikin pizza sama Tresha,” cetus Um